Minggu, 13 Desember 2020

Inspirasi Hari Ibu

Beberapa waktu lalu, setelah melihat sebuah iklan di televisi, dua bocah kecilku mulai membuat rencana. "Bang, ayo kita bikin kue atau pudding untuk hadiah pas Hari Ibu." usul si nomer 5.

"Ah, ya... seru kayaknya. Ayo." sambut saudaranya gembira. Lalu keduanya sibuk mereka-reka rencana yang tentu saja saat terdengar justru geli yang terasa.

"Ibu, apa kalau hari ibu kita harus kasih hadiah?" Bungsuku tampak penasaran.

"Tidak, sama seperti ulang tahun, kita juga tak diharuskan memberi hadiah atau kado."

"Trus kalo ada Hari Ibu, apa ada Hari Ayah, Hari Anak?" Kakak si bungsu ikutan berdiskusi.

Saya mengangguk. "Ada, hari ayah kalo tidak salah 12 November dan hari anak 23 Juli. Semua ada sejarahnya. Ada asal usulnya."

"Lalu apa sejarah Hari Ibu?" 

Saya terangkan sekilas tentang sejarah hari ibu dengan bekal setipis ingatan pelajaran sejarah. Intinya tentang pendidikan bagi kaum ibu. Terlepas dari kontek peringatannya di zaman now yang berubah menjadi hari mengenang kasih ibu. Ahh... rasanya sebagai seorang ibu saya juga senang kalau dalam satu tahun ada istilah cuti sesaat dari aktifitas domestik. Walau pada kenyataannya itu nonsens.

Berkaitan dengan pendidikan bagi kaum ibu, saya tercenung dengan pendapat seorang pujangga asal Kairo Mesir :

Sebagai sosok pertama yang akan ditanya  pertama kali oleh anaknya  dalam konteks apapun, seorang ibu memang dituntut memiliki keluasan wawasan dan ilmu. Di zaman ini di mana internet sudah masuk ke dalam rumah-rumah mestinya bisa menjadi jalan belajar lebih mudah bagi kaum ibu. Terlebih di musim BDR seperti ini, dimana peran guru diserahkan di pundak-pundak pada ibu. 

Saya yakin sekali, pendidikan itu tidak mesti di dapat di bangku sekolah atau kuliah. Seringnya pendidikan yang tinggi dengan gelar berderet-deret tidak menjamin seorang bisa menjadi pengajar apalagi pendidik. Yang marak sih, pendidikan tinggi malah melahirkan tuntutan untuk bekerja sebagai bukti ijazah yang sudah didapat.  Malah jadi pertanyaan saat anaknya lulus S1 atay S2 kerjanya ngurus anak saja, katanya sayang kuliah mahal...

Pendidikan bisa didapat dari taklim, belajar langsung dari ibu- bagaimana melaksanakan peran istri dan ibu- melalui sharing bahkan obrolan ringan antara ibu dengan anak. Seorang teman safar saya pernah mengungkapkan pendapatnya tentang suksesnya seorang ibu mendidik anak perempuannya adalah saat si anak menyadari dan melaksanakan tugasnya sebagai istri dan ibu yang baik. 

Saat mendengarnya saya terkekeh pelan, mengingat tahun-tahun pertama dalam rumah tangga. Seandainya tidak ingat menikah adalah ibadah, pastinya ego yang akan dimunculkan. Jika tidak ingat bahwa berumah tangga adalah atas nama Allah pasti akan main-main atau minimalnya tidak akan serius. Jika tidak mengingat ada pahala ada syurga, tidak pernah bersungguh-sungguh dalam memperbaiki diri.

Pendidikan seorang menjadi ibu bukan sekedar pada pekerjaan domestik seorang wanita saja. Mencuci bisa saja diserahkan ke loundry atau mesin cuci. Memasak bisa juga diganti oleh makanan warteg, warung padang dan warung-warung lainnya. Tapi lebih ke arah visi misi hidup itu sendiri. Bukankah berumah tangga adalah cara untuk membuat sebuah generasi yang berarti menjaga keberlangsungan kehidupan itu sendiri?

Mendidik seorang ibu dimulai dari mengenal diri di hadapan Sang Khaliq dan tugas-tugasnya berkaitan dengan makhluk. Agar ketika dituntut hormat pada suami, dia merasa Allah-lah yang menyuruhnya. Pun saat dia diminta taat, itu oun dalam rangka taat pada Allah. Sehingga saat mendidik anak pun yang pertama dikenalkan adalah Allah sebagai pemilik dan penguasa hidup. Sehingga saat merasa lelah menjalani proses mendidik anak yang panjangnya melebihi ular naga ( hahaha ya iya kalii ) akan bisa kembali meminta pertolongan dan bersandar pada-Nya.

Ahh... anggaplah saya terlalu serius, atau mungkin tidak suka something sweets seperti menunjukkan kasih sayang. Atau tipe kaku dan konservatif yang bau tanah. Karena  menjelang hari ibu saya terlalu serius memikirkan apa saya sudah menyiapkan anak -anak gadis saya menjadi ibu dari generasi yang bisa jadi lebih milenial dari yang sekarang. Ah... kalau terlalu berat senyumin saja, tidak perlu panggil Dylan untuk ikut menanggungnya 😅😅😅.




Senin, 07 Desember 2020

Gadget dan Generasi Milenial


Ahad kemarin, 6 Desember 2020 webinar parenting yanh direncanakan kawan-kawan di Rumah Muslimah Juara Alhamdulillah sukses terlaksana. Hujan dari semalam seolah menjadi uji keberanian dan juga ketawakalan kepada panitia dan petugas yang tetap offline. Artinya tetap datang ke tempat diadakan syuting untuk kegiatan webinar. 

Mendekati waktu acara, dag dig dug pastinya. MC belum juga datang. Mungkin masih terjebak hujan yang masih setia turun dari subuh. Begitupun dengan tim IT yang harus bermotor ke on the spot. Baiklah, keep possitive thinking. Misuh-misuh gak ada manfaat, bikin senewen sih iya. Saatnya meyakini ini qudrat iradat Allah yang harus diterima dengan lapang dada.

Lanjut ya..

Di menit- menit terakhir petugas semua datang, Alhamdulillah. Tenang walau persiapan masih belum 90%. Gak papa..., MC diminta cuap -cuap dulu setelah tarik nafas hehehe. Dan Bismillah, jam sembilan lebuh acara dimulai. Dan semua dilancarkan walau jauh dari kata perfect. Aih... siapalah kita yang hanya makhluk lemah. Sempurna itu milik Allah lah...

Saya memang berniat tidak berpanjang lebar memberi sambutan di acara tersebut. Hanya mengingatkan bahwa kunci penting dari mendidik generasi milenial yang sejak dalam kandungan saja sudah kenalan deng an gadget, kecil-kecil sudah lincah memainkan hape dibanding orang tuanya, adalah kemauan dari orang tua untuk senantiasa memperbaiki diri. Seperti yang dikatakan oleh Imam Al Ghazali .


Menjadi orang tua itu belajarnya sama panjangnya dengan usia si anak. Iman dan ilmu jelas bekal terbaik. Maka carilah ilmu yang bisa digunakan untuk memperbaiki diri, bukan untuk merasa diri lebih baik dari orang lain ( ana khairu minkum ). Yakinkan bahwa Allah sudah menyiapkan kita menjadi oran tua dengan juklaknya yaitu Al Qur'anul Karim.  Maka jangan pernah ragu mencari jawaban dari setiap permasalahan baik dalam mendidik anak maupun hidup dalam Al Qur'an. Karena Al Qur'an itu cocok untuk manusia di segala zaman.


Ditambah mau berupaya terus menerus. Zaman now memang zaman segala serba instan. Tapi dalam urusan ibadah jangan berpikir asal jadi. Karena Allah tidak melihat hasil tapi proses dari yang kita lakukan. Jika anak diingatkan susah nempelnya, anggaplah sedang dikasih ladang amal yang luasnya gak ketulungan. Sedih, kesal manusiawi kok. Agar tidak jadi kecewa bahkan sampai putus asa, maka iringi langkah dan upaya diri dengan doa. Bukankah Ibrahim as., berdoa ketika memohon agar keturunannya menegakkan shalat? Bukankah Zakaria as., berdoa agar diberi keturunan yang baik yang shalih? 


Berdoa juga menghindarkan kita dari ujub dan sombong. Ingat keberhasilan mendidik anak bukan lahir dari tangan sendiri. Tapi ada peran dari lingkungan, pendidik, teman dan juga keluarga.


Nah, bagi yang belum ikutan acaranya bisa lihat di youtube Yayasan Juara Insan Mandiri. Stay tune yaa. Semoga bermanfaat .***



Jumat, 25 September 2020

Gejala Alergi yang Harus Dikenali

             Dokumentasi guesehat.com


Beberapa waktu lalu, saya mengikuti webinar yang diselenggarakan oleh klinik Dokter Kita. Temanya betul-betul saya butuhkan, mengingat di rumah pak suami memang didiagnosa memiliki rhinitis alergi. Banyak yang belum tahu bahwa rhinitis itu bukan pilek menahun, walau gejalanya bisa jadi terlihat sama. Seperti bersin-bersin, keluar ingus bening sampai badan yang terlihat kurang fit. 

Awalnya saya juga bingung melihat kebiasaan pak suami, bersin -bersin di pagi hari, dan bersinnya itu beruntun, susah untuk berhenti. Tubuh gampang drop terutama saat kelelahan, musim hujan atau terpapar debu dan bau yang menyengat. Karena penasaran dan tidak mau minum obat flu terus meneruas, kita pun periksa ke dokter THT dan kenallah dengan namanya Rhinitis Alergi. Karena penyebabnya alergi maka perlu diketahui juga apa sih yang jadi pemicunya. Apa debu, serbuk bunga, bulu binatang, suhu ekstrim misal terlalu dingin atau panas,makanan tertentu dan masih banyak lagi. 

Alergi memang terkesan sepele, tapi menyusahkan jika tidak dikenali dan ditangani dengan baik. Terlebih alergi ini bisa diturunkan lho, jadi bukan hanya harta, uang, tanah atau rumah saja yang bisa diwariskan. Tapi penyakit ataupun alergi bisa diturunkan. Jadi, tidak usah heran jika seorang ayah atau ibu yang memiliki alergi saat mendapati anak memiliki alergi yang sama bisa juga berbeda dengan gejala yang berbeda juga 

Gejala yang umum seperti bersin-bersin, gatal di kulit, bercak merah, mata berair, bengkak di wajah, kebas di tangan. Ada juga gejala yang sering dianggap bukan karena alergi yaitu gatak di daerah bawah mata, gatal di hidung bahkan gatal di dalam telinga. Nah, pada kasus pak suami, kebiasaan bersin di pagi hari, meler sampai badan berasa kehilangan energi ternyata muncul pada anak laki-laki pertama. Dan gejala itu makin terlihat saat si anak sekolah di pondok pesantren tang lokasinya di dataran tinggi dengn suhu dingin.

Satu lagi gejala yang terlewati adalah seringnya merasa telinga gatal. Awalnya saya hanya mengira memang karena ada kotoran atau air masuk saat mandi atau renang. Gejala ini tampaknya mulai muncul saat si anak di pondok pesantren hingga saat pulang saya heran kok rajin amat bersihin telinga. Dia malah sering cari cari cotton bud yang sebelumnya tidak pernah tersedia di rumah ( atas saran dokter ). Ternyata, saat di pondok si anak beli sendiri dan setiap telihganya terasa gatal maka dia bersihkan dengan cutton bud.  Yang berakibat telinganya iritasi bahkan sampai luka, subhanallah.

Saat anak mengeluh telinganya sakit, saya pun kontak lagi klinik Dokter Kita yang memang mempunyai pelayanan dokter THT. Janji dibuat dan karena masa pandemi maka pemeriksaan dilakukan via video call.  Dan saya diingatkan lagi tentang gejalq sepele yang sering tidak dikenali seperti sering gatal di telinga sebagai bagian dari gejala rhinitis alergi. Sekaranh sudah dalam masa pengobatan selama 3 hari, dapat obat antibiotik, pereda sakit, obat tetes telinga dan obat anti alergi. 

Dan pesan dokter yang paling kena adalah, " Jaga tangan untuk tidak ngoprek atau korek korek telinga saat terasa gatal, karena alergi tidak akan hilang." Upayakan untuk hidup sehat, rutin olah raga, makanan bergizi, minum vitamin agar imunitas tubuh oke sehingga tubuh pun lebih fit dan kuat terhadap pemicu alergi.

Semoga cepet sembuh Aa, dan satu lagi pelajaran buat kami yang memang memiliki riwayat alergi dalam keluarga. Semoga bermanfaat...


Sabtu, 25 Juli 2020

Dzulhijjah dan Teladan Keluarga Ibrahim as.


Di penghujung Dzulqa'dah alangkah baiknya jika kita bersiap menyambut kedatangan Dzulhijjah yang tak kalah mulianya. Termasuk dalam jajaran bulan haram bersama Dzulqa'dah, Muharram dan Rajab. Yang artinya hari-hari dibulan ini sangat dianjurkan untuk memperbanyak amal ibadah serta menjaga diri dari melakukan kedzaliman, terutama kedzaliman paling besar yaitu mensekutukan Allah Swt.

"Sesungguhnya hari yang agung di sisi Allah adalah hari nahr, lalu hari tasyrik ( setelah hari nahr )." HR. Abu Dawud yang disahihkan oleh Hakim.

Hari agung yang dimaksud adalah hari ketika seorang hamba membuktikan ketaatannya dengan berqurban. Seperti Nabi Ibrahim as.,  ketika menunjukkan kualitas keimanannya dengan menjalankan perintah Allah yang bisa jadi diluar logika manusia. Sebuah perintah yang pastinya sangat berat karena menyangkut cinta dan perasaan. Yaitu mengorbankan putra yang sudah ditunggu kehadirannya bertahun-tahun lalu.
Pelajaran taat kepada Allah dari Nabi Ibrahim as.

Maka bersegeralah membuktikan ketaatan kita kepada Allah dengan melakukan amaliah-amaliah yang sangat dianjurkan di 10 hari pertama bulan Dzulhijjah, seperti :

1.  Puasa 
Perbanyak puasa di 9 hari pertama bulan Dzulhijjah.  Terutama di tanggal 9 Dzulhijjah yang dikenal dengan shaum Arafah. Dalam beberapa hadist diterangkan keutamaan shaum Arafah ini yaitu menghapuskan dosa setahun yang lalu dan setahun yang akan datang. Maka, jika kita tidak ada halangan dan tidak sedang wujuf di Arafah jangan lewatkan kesempatan emas untuk mendapatkan ampunan Allah di hari ini.

2. Memperbanyak takbir dan dzikir
Meyakini bahwa semua yang terjadi dalam kehidupan kita semata-mata karena kebesaran Allah, maka agungkanlah Allah dan sebutlah baik dalam kondisi berdiri, duduk maupunh berbaring seperti dalam QS. Ali Imran : 191.

3. Haji
Haji merupakan ibadah yang mengabadikan ketaatan keluarga Ibrahim as. Sehingga ada yang menyebut haji sebagai napak tilas perjalanan suci. Perjalanan yang lahir dari ketauhidan yang amat kuat. Perjalanan dari seorang Khalilullah dalam menguatkan mental dan tekad untuk melaksanakn perintah besar dari Rabbnya. Maka, tidak ada balasan bagi orang-orang yang berhaji karena mengharap ridha Allah semata melainkan mendapatkan syurga.

"Dan haji yang mabrur, tidak ada balasan baginya selain syurga." HR. Muslim.

4. Qurban
Meneladai Qurbannya Nabi Ibrahim as.
Banyak pemahaman yang kurang tepat bahwa berqurban adalah amalan sunnat belaka. Nyatanya, dalam Al Qur'an di QS. Al Kautsar bahkan sampai diancam untuk menjauhi  tempat shalat jika mampu berkurban tapi enggan melaksanakannya. Karena berqurban adalah sejatinya bukti keimanan kita. Seperti kisah Nabi Ibrahim as., beserta sang  putra yang sampai diabadikan daam Al Qur'an tepatnya di Qs. As Saffat : 99- 108. 

Berqurban adalah bentuk ujian keimanan. Untuk melihat sekualitas apa iman yang selama ini diaku ada di dalam dada. Semakin besar keimanan pasti ujiannya atau pengorbanannya pun semakin sulit. Seperti yang terjadi pada Ibrahim as. Untuk kualitas keimanan  Nabi Ibrahim yang dijuluki Bapak Tauhid maka objek qurban juga tak main-main. Yaitu anak yang menjadi harapan, penerus visi misi hidup, bahkan investasi terbaik di akhirat, anak seshalih Ismail, masyaa Allah.

Mari perhatikan keluarga mulai ini saat Ibrahim as., mendapatkan perintah ini. Beliau menemui sang istri dan istrinya ini bukannya melemahkan apalagi memperturutkan perasaan yang menjadi dominasi kaum hawa. Ibunda Hajar mendukung dan memberi keyakinan bahwa Allah tidak akan dzalim terhadap hambaNya, dan tidak mungkin perintah Allah itu akan menyusahkan.
Satu sikap yang diwariskan dan dididik benar-benar kepada sang putra yang selama 13 tahun dibawah bimbingannya di tanah Bakka. 

Maka ketika Ibrahim as., menyampaikan perintah itu kepada Ismail, sebagai bentuk pemimpin yang baik yang tidak otoriter tapi menerapkan diskusi dan musyawarah ( syuro ), maka jawaban Ismail pun tak kalah hebat dari sang ibu. 
Jawaban yang hanya lahir dari jiwa-jiwa yang paham bahwa berqurban itu mendekat pada Allah ( menuju kepada Rabbku dzahaba ila rabbi ). 

Bahwa berqurban itu kesiapan diri dalam menjalankan perintah Allah. Bahwa sejatinya qurban melahirkan kesabaran unggul buah ketaatan. Bahwa dalam qurban ada sebuah tekad mengutamakan dan menempatkan perintah Allah dalam prioritas pertama. Bahwa dalam sebuah cinta pasti ada pengorbanan untuk merayu dan mendapatkan keridhaan dari sang tercinta. 

Maka lihatlah balasan bagi Ibrahim dan Ismail setelah mereka memilih taat dalam perintah. Seorang generasi penerus yang shalih yang sabar ( halim ).  Seorang penerus visi misi hidup yang tidak akan membuat orang tuanya galau, melow penuh kekhawatiran saat meninggalkannya. Bahkan akhirnya visi misi Nabi ibrahim ini sampai pada cicit buyutnya yang berjarak ribuan tahun yaitu Nabi Muhammad Saw.

5. Taubat
Caranya bisa dengan memperbanyak shalat, sehingga memperbanyak sujud kita untuk memohon ampunan Allah, memperbanyak istighfar dan menjaga diri dari maksiat dan hal-hal keji. 

6. Memperbanyak amal-amal shalih 
seperi tilawah Al Qur'an, sedekah, birrulwalidain, silaturrahim  serta mempermudah urusan sesama muslim bahkan jika itu baru bisa dilakukan melalui doa. 

Wallohu a'lam bishowab.***
 


Sabtu, 27 Juni 2020

Dzulqa'dah dan Keistimewaannya


Alhamdulillah,  setelah menjalani pembinaan, gemblengan, serta latihan di Ramadhan yang iatimewa tahun ini, kita dipertemukan dengan bulan Dzulqa'dah. Disebut Istimewa karena di tahun ini Ramadhan berlangsung diluar kebiasaan. Sejak dunia terpapar pandemi global covid 19, ibadah khusu Ramadhan yang biasanya dilakukan sekampunh bahkan senegaranya, kini paling banter satu keluarga. Tidak ada buka bersama, taraweh berjama'ah, bahkan iktikaf pun di rumah. Ya, semua serba di rumah, dari rumah, diam di rumah.

Begitupun dengan Lebaran yang terasa sepi tanpa mudik. Tapi dibalik itu semua tetap saja ada kebahagiaan yang dikirm Allah Swt. Jika biasanya makan masakan mamah karena mudik, kini seminggu sebelumnya sudah kumpul-kumpul bahan untuk menu ketupat opor ayam. Niatnya agar anak-anak tidak terlalu kecewa karena jatah uang salam tempel tahun sekarang pun berkurang. Nyatanya tetep ada rezeki dan tetep dapat THR kan gaess hehehe.

Jika di Ramadhan adalah bulan latihan maka bulan syawal adalah bulan mempertahankan hasil latihan. Bulan dimana kita menjaga amal-amal dan kebiasaan baik di Ramadhan. Tidak ada istilah di syawal bebas tak berbekas. Masih ada shaum Syawal untuk menyempurnakan shaum di Ramadhan. Shalat malampun tetap dilakukan. Kan sudah bisa taraweh di Ramadhan, kan? Jangan lupakan juga shadaqah, berinfak bahkan membayar nadzar bagi yang memiliki.

Di bulan Dzulqa'dah maka kita sejatinya sedang  di maqam ( posisi kita ). Sesuai dari arti kata Dzulqa'dah yang artinya duduk. Duduk disini berati kita dalam posisi sudah stabil dengan latihan/ amal kebaikan yang dilakukan. Maqam di sini juga harus dibuktikan dengan pengorbanan yang akan dilakukan di bulan berikutnya yaitu Dzulhijjah dengan berhaji, maupun berqurban. 

Dzulqa'dah satu dari bulan haram
Dalam kalender Islam, terdapat 12 bulan yang semuanya memiliki keistimewaan dan kemuliaan dalam peribadahan. Tidak ada istilah waktu kosong, bersantai atau liburan dari urusan Ibadah. Dari 12 bulan yang sudah ditetapkan Allah ini, terdapat 4 bulan haram. Yaitu bulan-bulan dimana diharamkan melakukan hal-hal yang menganiaya diri sendiri. Masyarakat Jahiliyah malah memegang larangan berperang saat bulan haram. Sehingga mereka akan melakukan gencatan senjata di bulan-bulan haram ( sesuai keyakinan mereka ).

Allah Swt., menjelaskan tentang bulan haram ini dalam QS. At Taubah ayat 36 ;

"Sesungguhnya jumlah bulan menurut Allah ialah 12 bulan, ( sebagaimana) dalam ketetapan Allah pada waktu Dia menciptakan langit dan bumi, diantaranya ada 4 bulan haram. Itulah ( ketetapan) agama yang lurus. Maka janganlah kamu mendzalimi dirimu ( dalam 4 bulan haram ) itu, dan perangilah kaum musyrikin semuanya sebagaimana merekapun memerangi kamu semuanya. Dan ketahuilaj bahwa Allah beserta orang-orang bertaqwa."  QS 9 : 36


Dalam hadist diterangkan tentang bulan-bulan haram. yaitu :

"Setahun berputar sebagaimana keadaannya sejak Allah menciptakan langit dan bumi. Satu tahun itu ada dua belas bulan. Di antaranya ada empat bulan haram (suci). Tiga bulannya berturut-turut yaitu Dzulqo’dah, Dzulhijjah dan Muharram. (Satu bulan lagi adalah) Rajab Mudhor yang terletak antara Jumadal (akhir) dan Sya’ban.” (HR. Bukhari no. 3197 dan Muslim no. 1679)


Ibnu Abbas ra., mengatakan, ”Allah mengkhususkan empat bulan tersebut sebagai bulan haram, dianggap sebagai bulan suci, melakukan maksiat pada bulan tersebut dosanya akan lebih besar, dan amalan sholeh yang dilakukan akan menuai pahala yang lebih banyak.” (Latho-if Al Ma’arif, 207

Adakah amalan khusus di Dzulqa'dah?
Berbiacara amalan atau beribadahan semua harus ada dasarnya. Dan ternyata belum ditemukan riwayat khusus tentang amalan yang memang dikaitkan dengan Dzulqa'dah. Jika Dzulhijjah ada amalan khusus seperti haji, shaum arafah dan berqurban, di Muharram ada puasa hari Assyura, maka sebagaimana Rajab maka di bulan Dzulqa'dah tidak ada amalan khusus. 

Bukan berarti kita merasa biasa saja atau tidak ada istimewanya. Karena termasuk dalam bulan haram, maka perbanyaklah amal kebaikan yang disukai Allah Swt. Serta jauhi kemaksiatan yang dimurkaiNya. Karena di bulan haram itu pahala dilipat gandakan, demikian juga dengan dosa.

Di bulan ini Rasulullah melakukan 3 kali umrah dan yang keempat dilakukan bertepatan dengan haji ( umrah rukun haji) di bulan Dzulhijjah bertepatan dengan Haji Wada'. Ditengah kabar penundaan kabar ibadah haji tahun 2020, maka yang bisa dilakukan adalah persiapan untuk berqurban. Terlebih di masa pandemi seperi sekarang ini. Bahkan Rasulullah Saw., adalah orang yang paling banyak berqurban. Saat sempit beliau tetap berkurban meski dengan seekor biri-biri.

Nah, sudah sampai mana persiapanmu di Dzulqa'dah ini?


Sumber :


Shahih Bukhari Muslim

Ramadhan Sepanjang masa

Jumat, 24 April 2020

Agar Tetap Semangat Menjalani Ramadhan di Tengah Wabah Covid 19

Sejak awal minggu ini unggahan-unggahan berisi Ramadhan sudah mulai terlihat. Di WAG, FB, IG pun sudah mulai bermunculan. Intinya hampir sama mengingatkan datangnya tamu agung bernama Ramadhan dan saling menyemangati agar tetap bisa menjalani hari-hari bermakna di bulan suci dengan amal shalih dan segudang kreatifitas.

Jujur banyak yang kaget dengan Ramadhan kali ini. Yang biasanya taraweh di masjid, kini harus puas berjama'ah di rumah bersama keluarga. Biasanya dua anak laki-laki di rumah akan jadi para pencari takjil yang kerjaannya jam lina sore sudah start ke masjid untuk buka bersama sambil ngabuburit. Kini mereka merasa gabut karena nunggu adzan maghrib yang hanya ditemani murojaah atau paling banter nonton film kartun dengan durasi dibatasi. Bagi si santri ini adalah Ramadhan pertama kali di rumah, setelah tiga tahun di pondok pesantren. Mungkin dari segi hidangan dia merasa enjoy, bisa memuaskan lidah dengan masakan rumah. Tapi dari segi aktifitas jelas membosankan. Saudara-saudaranya tidak ada yang dijadikan sparing patner untuk hapalan Al Qur'an. Karena selain dia sudah jauh, kecepatan menghapalnya juga di atas saudara-saudaranya. 

Bagi suami, Ramadhan kali ini betul-betul dimanfaatkan untuk makin mendekat dengan keluarga. Dia berusaha menata kembali program- program dan kisi-kisi agar bisa benar-benar membimbing keluarga ke arah tujuan utama yaitu ridha Allah, jannahNya. Saya tetep kebagian jadi tim masak, menyiapkan makan buka dan sahur. Dibantu oleh tiga gadis yang stay di rumah. Ditambah jadi tim pantau murojaah hapalana anak-anak. Selebihnya tetap dengan target - target pribadi yang mesti segera dieksekusi.

Tapi diluar semua kekurangan tadi, ternyata banyak sekali nikmat dan hikmah yaang diberikan Allah. Contoh kecil saja, meski taraweh di rumah karena imamnya anak pondok tetap terasa feel nya hehehe. Ayat dibada surat Al Baqarah, kadang ada request dari para makmum untuk mengurangi panjang ayat dengan baca juz amma saja. Tapi langsung diputuskkan oleh pak suami dengan mengurangi jumlah ayat yang dibaca. Ujian aja buat kita-kita terutama emaknya yang merasa kaki pegal dan panggilan bantal yang melambai-lambai...

Lainnya, seperti yang dijelaskan oleh Teteh adzkiya pas taklim, bahwa sisi positif yang harus disyukuri saat Ramadhan di rumah bersama keluarga. Antara lain :

1. Ekonomis karena kita tidak kemana-mana, di rumah saja. Tidak boleh mudik, jadi uang dialokasikan untuk kebutuhan lain. Atau untuk nambah shadaqah, infaq atau berbagi dengan sesama.

2. Terhindar dari maksiat, dalam artian biasanya nih walau di bulan suci, masih banyak juga yang siang-siang pacaran di taman kota atau di sekolah. Nah, dengan stay at home di rumah jadi terhindar dari hal-hal tersebut. Terlebih di rumah walau akses internet ada tetap saja diingatkan untuk menjaga mata, telinga, mulut dari hal-hal yang tidak halal.

3. Terhindar dari ghibah, ini menurut Teteh karena kalau sekolah ghibah ibn julid itu memang sangat gampang dan nikmat ( whattt!!! ). Ya walaupun di dunia maya gampang banget julid tapi kan tidak sensasinya tidak seperti saat di dunia nyata, begitu katanya. Lagian kalau di dunia nyata ya, ngapain julidin orang gak kenal atau artis, ahh... sok kenal banget ( hemmm...., itu masih kata si Teteh ).

4. Lebih dekat dengan keluarga, lebih tumbuh rasa kasih sayang, saling bantu, saling tolong.

5. Punya waktu lebih banyak mengejar target-target di Ramadhan ini. Bosen juga kan hampr sebulan jadi kaum rebahan. Nah, di bulan Ramadhan dimana ama-amal dilipatgandakan ya mendng buat beramalkan dari pada sekedar rebahan?

Terlebih jika ingat bahwa bagi orang beriman kondisi apapun yang diberikan Allah itu pasti baik, takdir apapun pasti baik. Tinggal bagaimana kita bisa bersyukur dan bersabar dalam menjalaninya. Tuk gak? Sekali lagi, banyakin doa ya temen temen, semoga kondisi ini segera usai, wabah ini segera diangkat oleh Allah Swt aamiin... Allahumma aamiin...

Wallohu a'lam...

Senin, 13 April 2020

Kisah Sedekah Pencegah Bencana

Perhatikanlah Adab-Adab Ini Sebelum Anda Ber-Infaq dan Ber ...
https://i2.wp.com/www.islamkafah.com/wp-content/uploads/2017/03/
keutamaan-adb.jpg?fit=700%2C465&ssl=1

Sedekah berasal dari kata 'shadaqah' ( Bahasa Arab ), yang artianya adalah pemberian atau membelanjakan harta  yang ditujukan untuk mendapatkan keridhaan Allah Swt. Secara kata sedekah dekat dengan kata Shadiq yang berarti jujur atau teman yang selalu bisa dipercaya ( benar ). Juga berkaitan dengan kata shadaaq yang diartikan sebagai mahar yaitu bentuk keseriusan dari seorang laki-laki yang mengajak seorang perempuan untuk mengikatknya dalam akad pernikahan.  


Dalam Al Qur'an, kata shadaqah sering diikuti dengan zakat. Hal ini menunjukkan adanya shadaqah yang bersifat wajib, mengikat, lengkap dengan nisobnya. Namun dibeberapa yang lain kata shadaqah kadang berdiri sendiri, yang diartikan lebih umum yaitu mengeluarkan sebagian harta baik kepada kerabat, keluarga, fakir miskin hanya mengharap ridha Allah Swt. Bahkan ada juga ulama yang pendapat bahwa shadaqah itu memiliki arti lebih luas, dalam artian bukan saja mengeluarkan harta tapi hal-hal yang bersifat non materi juga bisa masuk kategori shadaqah, seperti senyum pada saudaramu, menyingkirkan duri atau bahaya di tengah jalan dan lain sebagainya.

Selain sebagai pembawa keberkahan harta, penghapus dosa, bahkan menghindarkan dari kematian yang su'ul khatimah, sedekah juga memiliki keutamaan atau manfaat sebagai penghindar dari bencana atau marabahaya. Berikut beberapa kisah yang bisa kita ambil hikmahnya tentang sedekah:

1. Kisah ini terjadi di zaman Bani Israil, seorang ibu yang merupakan janda miskin tinggal berdua dengan bayinya. Untuk memenuhi kebutuhannya si ibu mencari kayu bakar di hutan untuk dijual. Pagi ini setelah menyiapkan sarapan, si ibu mendengar ketukan di pintu rumahnya. Ternyata seorang pengemis yang terlihat kelaparan. Di meja makan tersedia dua roti yang menjadi pengganjal perutnya hari ini. Satu untuk pagi hari dan satu lagi untuk sore hari. Namun melihat wajah memelas dari pengemis di depan rumahnya, ibu itu langsung memberikan satu rotinya. Dia pun memotong roti yang sisa menjadi dua bagian, setengah untuk sarapan dan sisanya untuk makan malam. 

Tak berapa lama, dengan menggendong bayinya si ibu pun mulai bekerja mencari kayu bakar. Tanpa di sadari si ibu, ternyata seekor srigala sudah mengamati bayi dalam gendongannya. Dan saat si ibu lengah, si bayi pun langung disambar dan dibawa pergi. Saat itu si ibu hanya bisa berteriak minta tolong. Merasa tidak bisa berbuat banyak untuk mengejar srigala  tadi, si ibu pun berdoa dengan sungguh-sungguh. Dia sangat berharap akan pertolongan Allah Swt.

Atas ijin Allah, si bayi selamat diantarkan oleh seseorang yang tidak pernah terlintas ada hutan. Mengingat huutan itu termasuk sepi, tidak banyak orang yang lewat. Mendengar cerita si ibu sampai kejadian di serang serigala,  si penolong pun berkata, "Ketahuilah ibu bahwa itu adalah buah dari sedekah  sepotong roti tadi pagi."


2. Di sebuah desa tinggallan keluarga  kecil dengan anak yang masih balita. Keceriaan si anak adalah kegembiraan dari keluarga kecil tersebut. Sayang, suatu hari si anak sakit. Beberapa dokter sudah didatangi namun kesembuhan tak kunjung datang. Melihat wajah si anak yang layu tak bercahaya membuat kedua orang tuanya sedih. Hingga mereka pun mendengar kabar tentang seorang ulama yang dikenal bisa menyembuhkan beberapa penyakit yang susah obatnya. 

Suami istri itu berunding lalu memutuskan si suami untuk mendatangi ulama tersebut. "Wahai Syekh... sesungguhnya anakku sakit ini dan itu. gejalanya seperti ini seperti itu. Banyak dokter dan tabib sudah kami datangi tapi hasilnya nol besar. Apa yang harus kami lakukan?" Tanya bapak si anak setelah mengucapkan salam.

"Bersedekahlah dan mintalah kesembuhan anakmu pada Allah. Sesungguhnya sedekah itu bisa menjadi obat penyakit." Ujar ulama tersebut.

Di tengah jalan, laki-laki itu langsung membelanjakan uang yang dia punya, lalu dibagikan ke fakir miskin yang dia temua. Sambil terus berdoa untuk kesembuhan si anak. Alangkah terkejutnya laki-laki itu begitu sampai rumah dan melihat si anak kesayangan sudah ceria lagi. Sakitnya sudah hilang dan tawanya sudah terdengar lagi.


3. Tahun ini betul-betul tahun yang berat untuk para petani. Wabah hama menjadikan gagal panen di mana-mana. Tapi hal itu tidak berlaku pada seorang petani, sebut saja bernama Pak Fulan. Di tengah serangan hama, sawahnya tetap tumbuh subur dan panen dengan hasil terbaik. Banyak yang merasa heran, tak sedikit yang bingung dan menaruh curiga. Sampai akhirnya bisik-bisik selidik itu sampai ke telinga Pak Fulan. "Sesungguhnya aku tidak pernah mengambil yang bukan hak ku ( dalam artian dia tidak pernah mengambil milik orang lain ), dan aku juga selalu mengeluarkan yang menjadi hak Allah ( setiap panen segera dikeluarkan zakat dan sedekah )."


"Sedekah dapat menolak 70 macam bencana, dan yang paling ringan ( diantara bencana itu ) adalah penyakit kusta dan lepra." HR. Thabrani

Minggu, 12 April 2020

Hadapi Covid-19 dengan 5 Langkah sesuai Tuntunan Islam

Benarkah Musim Kemarau Penyebaran Covid-19 Melambat? | GEOTIMES



Di awal tahun, saat mengetahui wabah penyakit corona di kota Wuhan, tak pernah terlintas bahwa kini kita pun akan mengalaminya juga. Kepanikan langsung merebak di tengah masyarakat. Berbagai pendapat dari mulai yang terkesan menyepelekan sampai ketakutan berlebihan bermunculan di mana-mana. Pemerintah, tokoh agama bersinergi menyadarkan masyarakat untuk tidak abai terhadap wabah yang sudah berubah menjadi pandemi karena skalanya yang sudah internasional.

Namun, dibalik semua kejadian ini satu yang harus diingat, bahwa datangnya pandemi ini tidak lepas dari ketetapan Allah Swt. Bahkan kejadian ini sudah tercatat di Lauhful Mahfudz jauh sebelum ada kehidupan di bumi ini. Dan selaku orang beriman maka menyikapi wabah ini melalui dua cara pandang. Yaitu yang pertama sebagai ujian dan kedua adalah sebagai teguran.

Ujian dilaksanakan biasanya untuk mengevaluasi apa yang sudah didapat oleh manusia. Seorang murid mengikuti ujian pastinya untuk mengetahui sejauh mana hasil dari pembelajarannya beberapa waktu lalu. Demikian juga dengan ujian dari Allah, pastinya ada patokan yang jelas yaitu meningkatkan kualitas keimanan dari sang hamba. Harapannya setelah ujian usai, si hamba bisa naik level dalam hal keimanan dan ketaqwaan.

Sedang wabah sebagai teguran adalah satu jalan untuk introspeksi. Jika memang ada kesalahan, maka waktunya untuk memperbaiki. Jika ada yang dirasa menyimpang maka melalui wabah ini, maka sekaranglah waktu yang tepat untuk kembali menapaki koridor keridhaan Allah Swt. Bertobat atas segala apa-apa kesalahan yang dibuat, dengan harapan kembali suci dan mulia. Karena sejatinya tidak ada kehinaan bagi hamba yang bertobat.

Lalu bagaimana langkah-langkah yang tepat dalam menghadapi pandemi Covid 19 ini. Agar tidak terkesan lebai tapi juga tidak abai. Apalagi tidak mau tahu. Terlebih dalam Islam semua sudah ada tuntunannya, baik hidup dalam masa tenang maupun masa wabah. Berikut 5 langkah menghadapi pandemi covid 19 sesuai dengan tuntunan wahyu :


1. Hadapi dengan sabar 

"Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar. Dan janganlah kamu mengatakan terhadap orang-orang yang gugur di jalan Allah, (bahwa mereka itu ) mati; bahkan (sebenarnya) mereka itu hidup, tetapi kamu tidak menyadarinya. Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: "Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun". Mereka adalah orang yang mendapatkan keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk." QS. Al Baqarah ( 2 ) : 153-157

Satu langkah agar kita bisa sabar ya menerima bahwa semua yang terjadi, yang mendatangi diri semata-mata karena kehendak Allah Swt. Jika sudah pada tahap itu maka kita akan bisa untuk berupaya dengan sungguh-sungguh dalam menghadapi ujian yang didapat. Ketika virus covid 19 ini berar- benar datang, maka yakini bahwa itu pun ketetapan Allah Swt.  Jika sudah yakin bahwa ini datang dari Allah, maka yakin juga pasti akan ada penyelesaiannya juga. Allah yang menurunkan sakit, Allah juga menurunkan obat.

Dalam sejarah peradaban Islam, beberapa wabah sudah pernah datang. Bahkan di zaman Umar bin Khattab ra., menjabat sebagai Amirul Mukminin pernah terjadi wabah thaun di daerah Syam.  Saat itu Amirul Mukminin akan mengadakan kunjungan ke daerah Syam yang diperintah oleh Abu Ubaidah bin Al Jarrah. Mendengar kabar ini Umar ra., memutuskan untuk kembali ke Madinah setelah diingatkan oleh Abdurrahman bin Aufra., tentang sabda Rasulullah Saw., tentang wabah penyakit.  "Jika terjadi wabah, maka janganlah kalian mendatanginya. Dan jika kalian di daerah wabah maka janganlah kalian pergi dari sana."

Masyaa Allah ternyata sejak 14 Abad yang lalu sudah ada solusi semacam lockdown ala Nabi Muhammad Saw. Ternyata oleh pemerintah China, hal itu dilakukan saat wabah mulai berkembang di kota Wuhan. Kota itu betul-betul dibarikade, dijaga ketat. Tidak ada boleh yang masuk, dan yang ada di kota Wuhan tidak boleh keluar. Hal ini adalah upaya agar wabah tidak menyebar ke daerah-daerah yang lain.


2. Perbanyak Sholat
Sholat bisa diartikan dengan doa. Dan doa adalah adab dari seorang hamba saat meminta apa pun kepada Allah Swt. Shalat juga bisa menjadi jalan kita mendekat kepada Allah, memperpendek jarak dengan Allah.

3. Tenang
Tenang  bisa didapat dengan memperbanyak tilawah Al Qu'an dan juga berdzikir. Dalam teori imunitas tubuh, maka pikiran yang tenang akan membuat imunitas tubuh kita naik. Sehingga kita lebih bisa bertahan menghadapi serangan virus, termasuk virus covid 19. Sebaliknya, pikiran yang penuh kecemasan alias stress akan membuat imunitas juga turun, sehingga kemungkinan kita tertular dan terjangkit corona lebih besar.

4. Positif Thingking
Bagi orang beriman apapun yang diberikan Allah pasti akan ada sisi sisi baik yang patut disyukuri. Nah, dari perasaan bersyukur itu lahirlah positif thingking yang menjadikan diri kita lebih optimis menghadapi wabah ini. Dari awal ditetapkan sosial distancing sampai menjadi physical distancing, mestinya banyak efek positif yang bisa kita ambil, seperti kita jadi lebih hati-hati, tidak sembarangan saat di tempat umum. Kalaupun harus antri kita lebih sabar dan tidak saling berebut.

Jika biasanya kita asyik berkegiatan bersama teman-teman, setelah ada upaya stay at home maka ambil sisi positifnya untuk berkegiatan bersama keluarga. Dan ternyata hasilnya tidak kalah seru dan menarik. Orang tua jadi tahu apa yang dipelajari anak di sekolah karena jadi guru selama anak school from home. Anak juga mendapat pendidikan skill of life, seperti memasak, membantu pekerjaan ibu, bersih-bersih rumah dan menjaga adik.

5. Perbanyak Sedekah
"Segeralah bersedekah karena sesungguhnya bala bencana tidak bisa mendahului sedekah." HR. Imam Baihaqi

Satu dari keutamaan sedekah adalah menghindarkan bala bencana. Insya Allah banyak kisah-kisah sudah pernah dibaca tentang keutamaan shadakah. Terlebih sekarang banyak dari tetangga dekat maupun masyarakat yang terkena dampak langsung dari pemberlakuan stay at home. Misal tukang angkot, driver ojol maupun ongpal. Jangan lupa mereka yang kerjanya di restoran, hotel dan tempat-tempat wisata. Nah, mari sisihkan dari rezeki kita untuk membantu mereka yang membutuhkan.  Tidak perlu takut akan berkurang rezeki kita karena sejatinya malah akan bertambah dan bertambah.


Semoga bermanfaat, wallohua'lam bisshowab.