Kamis, 04 Desember 2014

The Journey : Storycake of your life Nikmatnya Syukur


Bismillah...
Awalnya, tidak banyak harapan saat saya menuliskan ide ini. Saya hanya ingin membuat buku kumpulan kisah-kisah inspiratif yang bertemakan syukur. bagi saya, syukur itu tidak mudah. Aslinya berat ( walau beluam pernah dikilo hehehe), karena bersyukur tentunya bukan sekedar pekerjaan lisan. Tapi juga pekerjaan batin yang akhirnya berperan penting dalam cara pandang kita terhadap kehidupan ini.

Dan apa pekerjaan yang paling mudah, masih menurut saya ( eit maaf kalau salah ya...) adalah mengeluh dan menyalahkan orang lain. Saat anak sakit, paling gampang tuh nyalahin anak yang sesiangan main sepeda. Atau saat mendapati pekerjaan tidak sesuai dengan harapan ya paling gampang mengeluh dan menyalahkan siapa saja. Saat orang lain lebih baik dari kita paling gampang nyinyir dan berpikir macam-macam yang biasanya negatif. Ya..minimalnya ada rasa iri yang akhirnya malah jadi benci.

Karena itu lah saya mengajukan ide itu, ide tentang kisah-kisah bersyukur yang bisa jadi dari peristiwa sepele tapi mengandung hikmah yang amat besar.  Minimalnya menggugah hati kita bahwa hidup kita masih lebih baik, masih lebih menyenangkan.  bahwa masalah yang kita hadapi masih bisa dipecahkan, atau kita menyadari masih banyak orang yang peduli. Masih ada pasangan yang selalu menerima kita dengan penuh pengertian. Masih ada orang yang mau mendengar curhat kita dan memberi nasehat ( walau kadang pedih menyayat hati hiks hiks hiks...)

lalu mulailah hunting naskah dengan membuka audisi pencarian bakat eh...pencarian naskah di IIDN. Gak disangka banyak juga yang ikutan, sampai pusing sendiri memilihnya. Setiap hari update naskah yang sudah masuk karena biasaya para peserta ribut kalau belum ada kabar naskahnya dah keterima ( ya kan... pengalaman sendiri soalnya hehehe ), dan juga mengingatkan untuk peserta agar memenuhi ketentuan yang sudah dibuat di pengumumam pencarian naskah.

Ternyata memilih naskah itu tidak gampang. Ada yang ide juga banyak yang mirip. Gak mungkin kan satu buku ceritanya sama semuanya. makanya perlu yang betul-betul. untung gak sampai ngitung kancing apalagi sampai nunggu si tokek bersuara. Tapi cukup membuat stress hingga bayi ( waktu itu saya lagi hamil Omar ) joged-joget kesel di rahim. Eng ing eng..terkumpullah 35 naskah inspiratif tentang syukur. ada yang mengharu biru, ada yang membuat semangat ada yang membuat mewek ( banyak nih hehehe) dan membuat kita merenung. Saya sendiri selalu merasa ingin banyak mengucap syukur dan memperbanyak sujud setelah membaca buku ini ( buku ini sering saya baca lho...). Aih...penasaran kan? aku kutipin dikit ya....

 Jika ingin menjadi seseorang yang senantiasa bersyukur, jangan lupa melihat ke bawah.Niscaya engkau akan melihat betapa banyak sesungguhnya orang lian yang mendapat nikmat jauh lebih sedikit dari pada apa-apa yang telah diberikan Allah kepadamu.
Sayangnya, dari sekian banyak contoj dan cerita kehidupan manusia yang malang, mengharu biru dan sungguh membuat pilu hati nurani itu ternyata tidak ada satu pun yang berhasil membuatku menjadi seseorang dengan hati yang bersyukur. Hatiku masih selalu saja diliputi dengan ketidakpuasan, penyesalan, dan kesedihan akan keadaaan diriku... ( Nikmatnya Syukur hal 117 )


Setelah memilih pun, editing berlanjut. Ada naskah yang harus dirombak karena kurang greget ( ini kata penerbit loh ), diminta disusun ulang biar lebih nendang. Oke...oke..., saya pun ngadep kompi lagi dan taraaaa....alhamdulillah jadi dan di acc oleh pemilik naskah.

Proses menunggu buku terbit pun seru. saya mesti jawab setiap kontributor nginbo nanyain kabar terbit. saya bilang sabar ya..., ngantrinya lama...panjang kayak ular naga hihihi... alhamdulillah kontributornya baik-baik semua ( beneran loh...hehehe). hingga akhirnya April tahun 2014 buku ini terbit, alhamdulillah...syukur tiada terkira. dan saya harus memahami bahwa ini adalah waktu yang terbaik. karena saya akan terus mengingat kapan terbit buku ini. Tentu saja karena ada kejadian unik pas buku ini terbit, yaitu Omar dirawat di RS karena BP ( bronko pneunomie....)

Sungguh, dalam setiap kesempitan pun, Allah masih memberi kejutan kebahagian tak terkira. Dan buku ini adalah hiburan untuk saya ketika sedih melihat Omar yang baru 15 bulan tergolek lemah.  dan di bulan november kembali diberi kejutan manis lagi oleh Allah, saat seorang kontributor ( Mbak Diah Kusumasturi) bilang kalau buku Storycake of Your Life Nikmatnya Syukur jadi gift book di acara Kick Andy 7 November 2014 ..what a suprise! Subhnallah... ( senengnya pake jingkarak-jingkrak hehehe)

Banyak yang mengucapkan selamat, lalu saya tiba-tiba merasa malu. Ya jelas, wong saya ngerasa tidak berbuat banyak kok ya...hehehe. Saya hanya berharap ini memang kebaikan untuk saya dan buku ini. agar pesanny makin meluas tentunya. pesan kecil dari penulis pemula macam saya ini, agar senantiasa menghargai apa pun dalam hidup ini dan mensyukurinya.

Selesai...., sampai jumpa di lain waktu ya...hehehe. wassalam
Alhamdulillah ala kulli hal










Kamis, 12 Juni 2014

Belajar dari Penghuni Syurga

Belajar dari Penghuni Syurga


bertepatan dengan malam nisfu Sya'ban, saya ingin meng-share tulisan ini. Sebenarnya tulisan ini sudah pernah saya share via BBM, tapi karena terbatasnya space maka tulisan pun dibuat pendek- pendek. yang inti- inti saya alias to the point. Nah.., disini saya ingin mencoba menguraikannya lebih panjang. Sekali lagi bukan bermaksud menggurui, namun hanya ingin sekedar merenungi dari ayat- ayat Al-qur'an yang sudah sering dibaca :), yuk dimulai...

Saya yakin sekali, setiap pasangan yang menikah mendambakan sebuah rumah tangga yang bisa disebut surga. Rumah tangga yang mendatangkan kebahagiaan bagi para penghuninya.Baiti Jannati, itulah istilah yang pernah dicetuskan oleh Rasulullah. Bahwa sebuah rumah di dunia akan bisa mendatangkan kebahagiaan layaknya di syurga. Pastinya, bukanlah rumah dalam artian secara fisik, namun rumah yang dibangun dan dimanfaatkan oleh penghuninya sebagai tangga ( siap ditapaki ke arah level lebih tinggi/lebih baik) menuju kebahagiaan hakiki.

Dan saya juga yakin, setiap pasangan pasti berupaya mewujudkan hal itu dengan caranya masing- masing. Sesuai persepsi yang dimiliki tentunya. Nah, dari pada mengadakan uji coba, kenapa kita tidak mengambil pelajaran dari penghuni syurga? bukankah baiti jannati berarti rumahku syurgaku? maka menuju rumah yang seperti syurga penghuninya pun haruslah memiliki kriteria penghuni syurga sungguhan hehehehe...

1. Sadari bahwa penghuni syurga adalah manusia- manusia yang mengesakan Allah ( Tauhid)
Dalam beberapa kisah kita disuguhkan bahwa tauhid merupakan syarat mutlak yangharus dimiliki oleh orang yang ingin masuk syurga. pernah kan kita mendengar atau membaca kisah seorang penggembala yang masuk syurga walau belum pernah shalat sekali pun. Begitu mendengar seruan tauhid penggembala itu memutuskan untuk berjanji setia meniadakan ilah- ilah selain Allah. Saat itu juga terdengar seruan untuk berperang menegakkan kalimat Allah, dan penggembala itu pun langsung bersiap sedia. Hingga akhirnya, pengembala yang baru menjadi muallaf itu menemui syahid di perdang pertama dan terakhir yang diikutinya.

Nah, rumah tangga yang ingin menjadi baiti jannati juga mestinya dibangun berdasarkan tauhid. Para penghuninya adalah orang-orang yang senantiasa mengesakan Allah, senantiasa mentaati aturan Allah. Allah menjadi bagian dalam kehidupan mereka. Ketika suami bertindak sebagai pemimpin, pelindung, pendidik dan nahkoda rumah tangga, semata- mata dilakukan karena perintah Allah. Bukan karena dia haus kekuasaan atau karena hobi berkuasa.  sebaliknya, saat istri menempatkan diri sebagai yang diatur, yang dipimpin, yang dididik, melayani suami, semua itu dilakukan semata- mata karena perintah Allah.

Jika pemahaman tauhid ini sudah mengakar dalam jiwa, pastinya tidak ada seorang istri yang merasa lebih hebat dari suaminya, meski dia berlatarbelakang pendidikan lebih tinggi dari suaminya. Tidak akan ada seorang istri yang merasa dirinya lebih tepat menjadi nahkoda rumah tangga, hingga mengambil peran suaminya. Karena tugas memimpin rumah tangga bukanlah perjanjian antara dia dan pasangan, tapi sudah ditetapkan Allah sebagai aturan hidup dalam Al-qur'anul Karim.


2. Sadari Bahwa Penghuni Syurga adalah manusia yang diridhai oleh Allah
Bukanlah karena kehebatan amal manusia yang membuat mereka masuk syurga, melainkan karena keridhaan Allah. Kalau dihitung amalana kita seumur hidup pastinya akan timbul rasa minder plus pesimis. karena amalan kita yang biasa- biasa terasa tidak sebanding dengan syurga.

Maka berlomba- lombalah kita dan pasangan untuk mendapatkan ridha Allah. Jika ternyata ridha Allah terletak pada ridha para suami, maka bagi seorang istri bergeraklah mendapatkan ridha suami kalian. Ah ya.., pasti kita sudah pernah mendengar kisah pelajaran dari seorang sahabiyah bernama Muthi'ah. Bahkan Fathimah r.a sebagai satu dari empat wanita penghuni syurga  terbaik pun sampai belajar padanya. Apa rahasia Muthi'ah?

Fathimah r.a pun mendatangi rumahnya untuk mencari tahu. Ternyata, Muthi'ah meperlakukan suaminya dengan segenap ketaatan. Ketika suaminya mencari keluar rumah mencari nafkah, maka muthi'ah menjaga ruamhnya dengan baik.dia tidak mengijinkan seorang laki- laki yang bukan mahramnya masuk ke rumah tanpa seijin suaminya. padahal waktu itu Fathimah datang  membawa salah satu anaknya yang laki- laki.

Muthi'ah menyiapkan makanan dan berdandan setiap menjelang suaminya pulang. Saat suaminya sudah ada di rumah,  Muthi'ah pun melayani suaminya layaknya seorang raja. dari mulai mengambilkan air minum, makanan sampai memandikannya. Subhalanallah...

Di zaman sekarang, tak jarang istri yang merasa semua itu adalah tugas pembantu atau asisten ruamh tangga. Di zaman emansipasi sudah menyebar ke seluruh sendi kehidupan, wanita berani berkata," jika ingin menikah untuk mendapatkan yang bisa nyuci, nyetrika, masak..nikah saja sama pembantu." padahal konsepnya bukan seperti itu, bukan untuk memperbudak istri atau wanita. tapi konsepnya adalah ketaatan. ketaatan pada perintah Allah yang sudah menempatkan seorang istri sebagai wazir suaminya. maka, tatkala si istri melakukan tugasnya sesuai posisinya yang ditetapkan Allah maka, saat itulah ridha Allah pun dalam genggamannya.


3. Penghuni Syurga adalah manusia yang sibuk beramal shaleh
Mereka adalah manusia yang senantiasa mengisi waktu dalam kehidupannya untuk berbuat kebajikan. mereka bukan orang yang suka melakukan hal- hal yang sia- sia. bahkan dalam urusan bercanda atau ucapan, mereka akan lebih memilih berucap kata- kata yang baik dan bermanfaat. kebalikannya, yang sering berbuat yang sia- sia, yang sering berkata- kata jelek, bermuka masam, berteriak dan bertengkar adalah para penghuni neraka.

Untuk yang satu ini, saya agak tersindir hehehe. apalagi kalau berinteraksi dengan anak- anak, kadang muka ini sering terlihat masam. padahal yakin sekali anak-anak melakukan kenakalan, keisengan pasti bukan sengaja ingin membuat saya yang notebene ibu mereka marah atau kesal. sampai- sampai dulu saya sempet dapat julukan dari suami sebagai morning's monster. karena kebiasaan saya marah- marah di pagi hari. Adaaa saja yang membuat saya marah atau berteriak, si sulung yang lelet pakai baju seragam lah, si kembar yang terus saja bergurau -lah, atau si kecil yang terus merengek meminta ASI padahal saya sedang sibuk membuat sarapan.

sampai sutau hari seorang ustadzah mengingatkan bahwa itu perilaku tidak baik. lebih mirip penghuni nereka, naudzubillah...aih..ngeri nya..., batinku. Satu- satunya jalan ya berubah...dan mengurangi kebiasaan marah. Alhamdulillah, julukan itu sudah lama tak terdengar lagi hehehe...


4. Penghuni surga adalah manusia yang pandai bersyukur
saya pernah mendengar nasehat, bahwa iman itu terdiri dari sabar dan syukur. bersabar dalam menerima takdir dan ketentuan Allah dan bersyukur atas seluruh karuniaNya. Terutama pada para istri, dimana syukur adalah hal yang harus terlihat. Rasulullah pernah mengingatkan bahwa kebanyakan penghuni neraka adalah wanita, lalu para sahabat yang hadir bertanya, kenapa ya Rasulullah? Bukan karena kurangnya amal mereka, tapi karena mereka jarang bersyukur ( mensyukuri apa yang diberikan suami).

Lagi- lagi keterangan Rasulullah itu bukan untuk mendiskitkan kaum wanita. karena pada kenyataannya memang seperti itu. Apalagi jika ternyata penghasilan istri lebih besar dari suami, maka akan sulit untuk mensyukuri nafkah yang diberi suami. Atau jika kita termasuk jenis istri yang lapar mata, ingin ini..ingin itu..., sebelum keinginan kita terpenuhi, apa pun yang diberikan suami tidak ada berharga. Dan jika suami sudah berhasil mewujudkan keinginan si istri, akan muncul keinginan yang baru. gak akan selesai-selesai hehehe


5. Penghuni surga adalah manusia yang memelihara dirinya
inilah penghuni syurga yang memelihara dirinya dari mencela, mengorek kesalahan dan kekurangan orang lain ( termasuk pasangannya). Pasangan kita sudah dipilihkan Allah sebagai yang terbaik yang tercocok untuk kita. Tidak ada manusia yang sempurna, saat melihat kekurangan pada pasangan, maka lihatlah diri sendiri pun tak luput dari keterbatasan.

Saya pernah mendengar suami menceritakan keluhan seorang rekan karena mendapatkan pasangan yang tidak cantik. Mungkin secara fisik tidak terlalu menarik. Padahal kalau saya lihat setiap wanita pasti memiliki kecantikan tersendiri. kalau pun penilaiannya secara fisik, saya selalu merasa wanita sejelek apa pun ada sisi manis yang bisa membuatnya menarik, ya enggak..?

mendengar hal itu saya langsung merasa sedih. lalu saya bilang, apa dia ( laki- laki itu) pernah juga berpikir betapa istrinya kecewa karena mendapatkan suami yang tidak tampan juga? bukankah Rasulullah mengajarkan pilihan secara fisik itu sebagai pilihan yang terakhir?
"Wanita itu dinikahi karena empat hal, yaitu hartanya, keluarganya, kecantikannya dan agamanaya. Maka pilihlah olehmu wanita yang memiliki agama, engkau akan beruntung." ( HR. Bukhari)

Hemm.., lagi- lagi saya teringat wanita yang dikeluhkan oleh suaminya itu. Saya yakin dia adalah jodoh terbaik untuk suaminya, dan dulu pun suaminya memilih karena agamanya.****

Wallohu a'lam bishowab
Nisfu Sya'ban 1435 H/ 13 Juni 2014
by : Ayesha El Himah

Jumat, 30 Mei 2014

Nikmatnya Syukur, Betul- betul Syukur Membawa Nikmat


Huaaa...ternyata sudah akhir Mei. sebelum tanggal berganti ke bulan Juni, baiknya aku ceritakan tentang buku antologi yang kugawangi ini. Buku ini diterbitkan oleh Gramedia Pustaka Utama ( Mei 2014 on book's Store). Hasil kerjasama dengan Indscript Creative. Merupakan kumpulan kisah- kisah inspiratif tentang syukur. Nah, kebetulan aku dipercaya untuk menjadi PJ ( penanggung jawab).

Alhamdulillah, audisi terlaksana dengan cukup meriah ( hehehe walau tanpa teropet dan kembang api ya...). Naskah yang ikut diluar ekspektasiku sendiri. Maklum lah, aku merasa siapa lah aku ini. Penulis pemula yang unyu- unyu yang miskin pengalaman. Grogi, keder dan tentu saja bingung. Banyak naskah yang bagus. banyak pula naskah yang bikin kepalaku puyeng saat membacanya ( upss..hehehe). makin bingung saat pilihan yang bagus melebihi kuota naskah di buku, glek...!!

Akhirnya kukumpulkan naskah- naskah yang termasuk ciamik ke dalam berbagai tema. Jika ada yang sama, maka aku pilih yang ceritanya mengalir dan enak dibaca. ada juga beberapa naskah yang secara alur cerita bisa dikatakan jungkir balik hehehe..., tapi karena idenya lain dari yang lain, aku memilihnya dan meminta ijin untuk memoles atau mengeditnya. Cling...aku kirim lagi ke pemilik ide dan kebanyakan sih setuju dengan polesanku. "Wah...Mbak, naskahku kok jadi bagus gini. jadi mewek sendiri pas bacanya....," komentar satu kontributor yang membuat aku senyum- senyum girang. Alhamdulillah...

memang menulis cerita inspiratif kadang susah- susah gampang. apakah harus dengan kata- kata indah layaknya puisi, atau langsung to the point menyampaikan pesan yang ingin disampaikan. kalau ditanya seperti itu, jujur aku yo bingung hehehe. Tapi kalau baca cerita inspiratif di koran, majalah, atau buku biasanya aku lebih suka cerita yang ringan tapi penuh makna. Tidak terkesan menggurui, tapi mampu membuka hati pembacanya. Misal ingin menulis kisah inspiratif tentang ibu, maka pikirkan hal yang paling berkesan tentang sosok ibu. bisa ibu yan pekerja keras, bisa juga ibu yang mandiri atau ibu yang selalu menjadi pengayom anak-anaknya. intinya, tidak perlu banyak pesan dalam kisah yang kita tulis.

Audisi sudah selesai dan terpilihlah 32 cerita yang sebagai kontributor buku storycake kali ini. Terpilih juga tiga cerita terbaik. Aku pilih karena tiga- tiganya memiliki ide - ide yang unik. satu tentang bangkit dari keterpurukan, satunya tentang cerita ringan saat bercengkrama dengan ibunda via telepon dan cerita mengharu biru dari seorang penderita kanker yang penuh syukur. Nah, dah mulai penasaran kan...hehehe.

Menjadi PJ memberiku banyak pengalaman.dari mulai mengedit  naskah- naskah sesuai keinginan penerbit, menjawab pertanyaan kontributor 'kapan buku terbit' hehehe ( jadi inget, dulu pas jadi kontributor juga melakukan hal yang sama wakakakak), dan ini kadang yang suka bikin mata panas. masalahnya bukan mendengar lewat telinga, tapi membaca inbox hehehe. jadi yang panas mata.

Sesudah buku terbit pun, tugas PJ masih lanjut mengirim bukti terbit ke seluruh kontributor yang ternyata tempat tinggalnya merata seluruh Indonesia. Ada yang lancar jaya, ada juga yang salah alamat hingga harus nginep berhari -hari di kantor pengiriman paket. Deg- degan kalau sudah ada kontributor yang inbo atau sms paket belum keterima padahal sudah dikirim hampir seminggu yang lalu, olala...rasanya kepala kayak ketimpa beras sekarung :), positifnya, jadi akrab sama mbak- mbak di kantor jasa pengiriman ( karena seringnya bolak- balik kirim buku- eh gak nyambung ya...

Oh iya, saat menulis Storycake- Nikmatnya Syukur ini aku lagi hamil si bungsu ( Omar - sekarang 15 bulan). godaaannya pasti rasa malas, emosi naik turun dan gak bisa begadang hehehe. Padahal menjelang menit- menit ditutupnya audisi banyak yang kirim naskah. jadi kudu bisa jaga staminta mantingin komputer dan ngedit. Alhamdulillah, keluarga mendukung banget. Tak lupa teman- teman yang sering jadi tempat curhat dan bertanya, makasih ya fren....

Intinya, dari kesempatan menulis Storycake- Nikmatnya Syukur, banyak sekali pelajaran dan nikmat yang kudapatkan. Subhanallah, semoga buku ini selalu mengingatkan terutama untuk diri sendiri agar senantiasa bersyukur dalam menjalani hidup ini.

 Dan....jreng..jreng..jreng..., Alhamdulillah buku ini sekarang sudah nangkring di Gramedia dan toko buku lainnya lho. Buku sederhana, tapi insyaallah penuh makna. Nah, bagi yang mau gratisannya..hehehe, tunggu di mendadak kuis di IIDN ya. Ini tampilannya...so sweet kan...^^





Kamis, 09 Januari 2014

 Karena Tidak Ada yang Sia-sia





"Do'akan saja bu, nasib kami berubah. rezeki kami akan lebih baik. Bosen juga setiap bulan gali lubang tutup lubang..." Keluh seorang sahabat yang langsung kuamini.

Saat ini, aku memang harus lebih banyak bersyukur.   Kondisi keuangan keluargaku termasuk cukup.  lebih bersyukur lagi karena dalam beberapa kesempatan aku dan suami masih  bisa mengirim beberapa rupiah ke Mamah ( ibuku)  dan Bapak mertua. Karena beberapa tahun kebelakang pun, kondisi keluargaku termasuk kekurangan. Kadang saat menerima gaji dari suami bingung sendiri. Karena banyaknya pos- pos yang harus tertutup. Ujung- ujungnya yang tersisa di tangan hanya sekian ratus ribu rupiah yang harus cukup untuk sebulan. Bingung saat melihat kebutuhan gizi empat anak yang masih dalam masa pertumbuhan. belum lagi saat harus ada pengeluaran tambahan seperti sakit atau iuran ini itu dari sekolah si sulung. Hemm...rasanya menyesakkan dada. Bikin pusing sampai ubun- ubun.

Pernah suatu hari aku betul- betul kehabisan uang. sejak pagi aku sudah bilang ke suami tentang kondisi ini. Suamiku hanya diam, mungkin dia sedang berpikir mau cari pinjaman kemana lagi nih hehehe. melihat reaksinya, buru- buru aku bilang," Insyaallah ada rezeki Yah, usaha saja yang terbaik..."
Suami pun kembali terlihat bersemangat. Jujur saja, aku lebih takut kalau suamiku pergi kerja dalam kondisi pikiran kalut. saat- saat seperti itu biasanya setan demen banget menggoda untuk berbuat salah. Entah itu menggambil hak orang lain, mencuri atau bohong sana sini. Waduh..., bahaya....bisa- bisa aku memasukkan bara api neraka ke perut anak- anakku. ihh...ngeri....kan!

Suamiku pun pernah harus berpanas- panas di tengah teriknya matahari. Berjalan kaki, turun naik angkot untuk mengerjakan sebuah proyek. Kejadiannya pas banget di bulan puasa. Dia berharap hasil proyekan kali ini bisa dipakai untuk berlebaran bersama keluarga.  "Alhamdulillah Bu, Ayah gak sampai batal puasa. Masyaallah panasnya.... ." Nyes..., hatiku makin sakit. Ya Allah...., kali ini asli aku langsung mewek sambil terus berdo'a agar semua usaha suamiku diridhaiNya.

Aku pun makin paham susahnya cari uang. Makanya, saat membelanjakannya pun mikir berkali- kali. Penting, perlu, mendesak atau tidak. Kalau tidak, beli saja yang betul-betuk kebutuhan pokok. Kudu pinter memilih maka kebutuhan pokok, sekunder dan tersier, agar lumbung tidak bocor. Syukur- syukur bisa nabung walau receh- receh di celengan. Minimalnya saat uang yang lembaran habis, masih bisa kodok- kodok celelngan untuk sekedar membeli tempe hehehe....

Aku juga jadi tidak suka jajan. Dan kebiasaan itu aku tularkan pada anak- anakku. Sebisa mungkin kubuatkan kue atau cemilan yang sesuai dengan dompetku. Entah itu bubur kacang hijau dengan kuah berlimpah. Atau pisang berlumur susu kental manis tanpa keju. Bisa juga bala- bala atau bakwan minus udang. Karena hanya ada wortel, kol kadang dicampur buncis sebagai pemanis.

satu lagi hasil dari perjalanan hidupku, bahwa lihatlah yang dibawah kita agar selalu bersyukur. Ternyata, masih banyak orang yang hidupnya jauh lebih susah dari kondisi diri. dan itu terus terbawa sampai sekarang, walau kondisiku sudah jauh lebih baik, paling tidak suak melihat ke atas. Takut malah gelisah dan stress hehehehe. " Syukuri apa yang ada aja, itu jauh lebih menyenangkan," ujarku setiap kali mendengar anak- anak mengeluh karena tidak bisa jajan seperti teman- temannya.

Kembali ke kisah temanku, saat ini pun aku yakin sekali banyak juga yang masih dalam kondisi kekurangan. Bukan mau sok menasehati apalagi sok mengugurui,  tapi mungkin satu hadist ini bisa menginspirasi. bisa menjadi pengingat bahwa Allah Maha Adil dalam hal apapun terhadap ummatnya. Bahwa mengurangi keluhan itu jauh lebih baik dari pada mengobral kesusahan ( apalagi obralnya di media sosial hadeuhh..empet deh bacanya juga). Bahwa memperbanyak pengharapan jauh lebih disukai oleh pemilik Kekayaan dan Yang Maha Kaya, Allah Al Ghani.

"Sesungguhnya diantara dosa- dosa ada yang tidak bisa ditebus ( dihapus) dengan pahala shalat, sedekah, atau haji. Namun hanya dapat ditebus dengan kesusahpayahan dalam mencari nafkah." (HR. Thabrani).

Nah, jadi tambah semangat mencari nafkah yang halal untuk keluarga kan kawans...Insyaallah, walau rezeki berupa materi belum ada di tangan saat ini, tapi mudah- mudahan terhapusnya dosa- dosa membuka keridhoan Allah untuk membuka pintu- pintu rezeki buat diri dan keluarga. Yakinlah, tidak ada yang sia- sia, tidak ada yang tidak bermanfaat. lagi pula, hapus deh gambaran kalau rezeki itu hanya uang or materi semata. Bukankah kita bisa melihat senyum anak- anak dan pasangan juga sebuah keberkahan?


Wallohua'lam bishowab.
Inspirasi jum;at mubarrok- by: Ummu Ayesha ( ayesha El himah)