Rabu, 27 November 2019

Menuliskan Secuil Syurga Di Rumah

Assalamu'alaikum...

Mau menceritakan buku solo saya yang terbit bulan Desember 2018 kemarin. Wah, telat banget deh si Mak ini wakakakak. Dah hampir setahun tuh. Emang selama ini lebih banyak dikenalin di FB maupun IG. Tapi ya daripada daripada tidak sama sekali yuk walaupun telat dikepoin saja ya😂.

Jujur nih nulis buku tentang birrul walidain ini adalah sebentuk pengingat untuk diri saya sendiri pada khususnya, dan untuk para pembaca cilik saya juga pada umumnya. Memang buku ini untuk anak-anak. Bergenre islami. Dengan ilustrasi ciamik dari seorang mojang Bandung yang bernama Dinar. Buku ini berjodoh dengan penerbit Elex Media

Orang tua adalah pintu surga paling tengah. Kalian bisa sia-siakan pintu itu, atau kalian bisa menjaganya. (HR. Ahmad 28276, Turmudzi 2022, Ibn Majah 3794, dan dihasankan Syuaib al-Arnauth).

Read more https://konsultasisyariah.com/24268-orang-tua-pintu-surga-paling-tengah.html
Dari Abu Darda ra., Rasulullah berpesan:
"Orang tua adalah pintu syurga paling tengah. Kalian bisa sia-siakan pintu itu atau kalian bisa menjaganya." HR. Ahmad, Thurmudzi

 Dalam menjelaskan hadist ini, ulama berpendapat bahwa banyak jalan untuk masuk syurga. Tapi jalan yang paling nyaman adalah jalan tengah yaitu melalui keridhaan orang tua. Dengan apa? denganmemberikan hak-hak orang tua.

Nah, berbicara mengenai hak orang tua, maka perlakukan diri sebagai anak. Artinya, kewajiban seorang anak terhadap orang tua. Jujur saya jadi ingat beberapa hari yang lalu si pengais bungsu dapat peer dari sekolahnya tentang hak anak dan kewajibannya pada orang tua. Qadarullah juga tema hak dan kewajiban ini nyambung juga dengan taklim ahad pagi di rumah.

Seperti biasa saya minta si anak mikir dulu. Dan jawaban pertama yang keluar adalah mentaati perintah orang tua. Yes, betul tapi perlu ditambah dalam urusan yang makruf dan tidak mendurhakai Allah. Artinya, kalau perintah orang tua tersebut bisa membuat Allah tidak suka apalagi sampai murka yaaa... tidak perlu diikuti. Misal, perintah untuk berbohong, mencuri atau membuka aurat.

"Lalu hak anak apa?" Si bocah sudah tidak sabar untuk mengetahui apa yang akan didapatnya jika sudah mentaati orang tua.
"Pastinya, disayang dan dididik agar mengenal Rabbnya oleh orang tua."
Di sini saya juga menerangakan bahwa disayang itu bukan berarti semua yang diminta anak dikasih. Karena orang tua itu bukan doraemon yang setiap kali Nobita merengek langsung ngeluarin alat dari  kantong ajaibnya. Disayang bisa juga dengan diingatkan bahkan ditegur.

"Trus apa lagi?"
"Menurut Mas apa?"
"Mendoakan orang tua?"
"Bisa.., emang mas rajin mendoakan ayah ibu?"
"Kadang-kadang sih..." ujar si bocah jujur.
"Kalau ayah ibu Insya Allah selalu mendoakan mas, dan anak-anak ayah ibu.Bahkan saat memilih nama buat kalian pun, itu adalah doa."

Umar bin Khattab ra., pernah menjelaskan bahwa hak anak dari orang tuanya ada 3 , yang pertama dipilihkan ibu yang baik ( shalihat ), mendapat pendidikan tentang al quran dan diberi nama yang baik.

Dan sebenarnya masih banyak juga kewajiban anak kepada orang tua, termasuk membantu, meringankan bebannya, merawatnya saat orang tua sudah lemah. Untuk yang terakhir ini memang perlu kesabaran tingkat tinggi, karena seperti  sudah diketahui bahwa semakin sepuh orang akan bertingkah seperti anakanak. Bisa disebut disitulah ujiannya.

Nah, buku cantik ini menceritakan kisah-kisah birrul walidain yang mewakili setiap zaman. artinya bukan hanya jaman old saja lho, tapi masih ada kok kisah- kisah birrul walidain di zaman kekinian yang sangat menyentuh hati, membuat haru. Menarik kan..? Membacakan kisah-kisah di buku ini, saya aja sering mewek, terharu. Bisa sekalian membangun bonding dengan anak kalau dibacakan oleh ibu atau ayah kepada buah hatinya.

Nah, semoga bermanfaat yaa...
Wallohu a'lam bisshowab

wa'alaikum salam...

Orang tua adalah pintu surga paling tengah. Kalian bisa sia-siakan pintu itu, atau kalian bisa menjaganya. (HR. Ahmad 28276, Turmudzi 2022, Ibn Majah 3794, dan dihasankan Syuaib al-Arnauth).

Read more https://konsultasisyariah.com/24268-orang-tua-pintu-surga-paling-tengah.html
Orang tua adalah pintu surga paling tengah. Kalian bisa sia-siakan pintu itu, atau kalian bisa menjaganya. (HR. Ahmad 28276, Turmudzi 2022, Ibn Majah 3794, dan dihasankan Syuaib al-Arnauth).

Read more https://konsultasisyariah.com/24268-orang-tua-pintu-surga-paling-tengah.html


Selasa, 26 November 2019

Nasehat itu Bernama Kematian


Hasil gambar untuk nasehat itu berupa kematian

Assalamu'alaikum...
Wah, rasanya sudah lama sekali ya tidak menulis di sini. Setelah di  ( sok ) sibuk dengan urusan ini itu hehehe, semangat menulis memang lagi down banget. Sepulang dari safar beberapa dua bulan kemarin memang masih menggebu-gebu tuh keinginan menuliskan semua kenangan di tanah suci. Tapi anak-anak yang bergantian sakit, mungkin memang sudah takdirnya mereka sakit saat ditungguin sama ibunya, jadi kembali ke titik nadir si semangat itu. Huff..., rasanya untuk kembali menulis menekan tuts-tuts di laptop kok rasanya berat berkilo-kilo. 

Alhamdulillah hari ini digerakkan untuk mendekati laptop lagi. Menulis pengalaman takziyah beberapa dua hari ke belakang. Ya, seorang kerabat telah berpulang. Seorang ibu yang notebene sama denganku, ibu rumah tangga dengan aktifitas sehari-hari di rumah ngurus keluarga, rumah, anak dan suami. Lima tahun lalu divonis ginjal dan harus cuci darah. Penyebabnya, entahlah. Karena yang sering dikeluhkannya selama ini adalah sakit maag, perut kembung dan perih. Sesuatu yang bagi siapa saja pasti pernah mengalami.

Singkat cerita, mulailah hari -hari melelahkan itu datang. Bukan secara fisik saja tapi juga mengikis kesabaran. Namun, betullah bahwa setiap ujian pasti datang pada orang yang mampu. Maka, keluarga kecil itu mulai menjalani hari-hari rutin ke rumah sakit untuk cuci darah. perawatan demi perawatan pun dijalani. Baik itu medis maupun alternatif. 

Bisa dibilang mereka kompak dalam menerima ujian ini. Sang suami dengan setulus hati merawat dan berperan sebagai ibu untuk dua anaknya. Sang ibu meski didera rasa sakit tetap berusaha mendidik buah hati mereka dengan maksimal. Dia mengingatkan anak-anaknya akan hal yang kekal, akhirat. Bahwa amallah yang akan menemani, menjadi bekal terbaik. Maka, dengan sisa-sisa tenaga dia dorong dua buah hatinya agar pergi mengaji. Menekuni huruf-huruf hijaiyah, terbata-bata melafadzkannya hingga akhirnya bisa lancar.

"Itu bekal terbaik, jadi anak sholeh-sholehah ya Nak. Bantu mamah, doain mamah. Maaf, mamah enggak bisa nemenin kalian lebih lama."

Mendengar cerita ini, hati langsung tertusuk-tusuk. Ya, betapa diri sering lupa bahwa kematian itu amat dekat. Bahwa kematian itu datang bisa tanpa sebab, tanpa memandang umur, bukan masalah nomor urut, bisa jadi random. Atau kalau kata Ust. Evie Effendi mah nomor dudut ( asal ambil/acak ).Seringnya kita disibukkan untuk mempersiapkan anak agar sukses di dunia, tapi hanya sedikit, hanya sebagian bahkan kadang berlubang-lubang dalam urusan bekal hidup sukses saat 'pulang' nanti.  Seringnya kita merasa sudah banyak berbekal, bahkan sombong dengan amal yang sedikit. Padahal... astaghfirullah, belum tentu amal-amal yang selama ini kita banggakan bernilai di hadapan Allah...

Semoga tulisan ini bermanfaat ya...
wa'alaikum salam ...