Jumat, 19 Agustus 2016

Nasehat pernikahan 2 : Doa untuk Pengantin

Barokalloh lakuma wabaroka 'alaikuma wajama'a bainakuma fil khair..., sungguh indah sekali doa itu. Doa yang diajarkan oleh Baginda Nabi Saw., saat bertemu pengantin. Meski nyatanya lebih banyak orang yang berdoa dengan bahasa populer'semoga samara', atau yang edisi panjang 'semoga bahagia, saling setia, langgeng sampe kakek nenek'.
Bagi saya sendiri, setiap mengucap doa ini selalu tergambar sakral dan agungnya moment pernikahan. Moment dimana seorang laki-laki mengambil tanggung jawab penuh atas kehidupan seorang wanita. Saya terima nikahnya si fulanah binti fulan yang artinya saya tanggung juga semua hal yang menyangkut si fulanah. Saat dia ogah shalat, saya tanggung dosanya. Saat dia mempertontonkan auratnya saya pun akan ikut mendapatkan dosanya. Saat dia bergunjing, memfitnah itu pun saya tanggung...
Rabbi, betapa berat ikrar yang tidak lebih berapa baris itu. Bahkan Arsy pun bergetar. Jikalau seorang istri membersihkan kaki suaminya dengan rambutnya pun tidak akan melebihi pengorbanan yang sudah dilakukan oleh sang suami. Itu lah kenapa suami ditempatkan satu tingkat lebih mulia di banding istri, karena beratnya tanggung jawab yang dia pikul.
Bahkan , ikrar pernikahan setara dengan mitsaq halidzan. Menurut beberapa keterangan itu adalah perjanjian yang berlaku untuk para nabi, terkhusus para ulil azmi. Yaitu nabi dan rasul yang menghadapi tantangan dan ujian lebih berat dari para nabi dan rasul lainnya.
Itu lah yang membuat doa ini bukan hanya cocok untuk pengantin baru tapi juga nasehat bagi pasangan yang sudah lama menikah. Sebagai pengingat kembali pad tujuan pernikahan. Yaitu keluarga yang barokah, keluarga yang semakin bertambah. Dari berdua jadi berempat, atau berlima. Dari kontraktor bulanan atau tahunan jadi pemilik tetap sebuah rumah. Bukan hanya cintanya, bukan hanya bahagianya, bukan hanya harmonisnya. Tapi bertambah dekat bertambah taat kepada Allah Swt.
Bisa jadi barokah itu memang tak seindah dalam pandangan. Tak semesra kisah cinta yang tertulis di novel atau drama-drama. Bisa jadi ada cemberut di wajah istri ketika mendapat didikan dan bimbingan dari suami. Bisa juga raut kelelahan karena suami terus belajar menjadi pemimpin yang shalih. Yang tidak hanya memenuhi nafkah dunia, tapi juga nafkah ukhrowi.
Ya, istri jangan merasa puas dengan suami yang bertanggung jawab saja. Karena keshalihan itu jauh lebih penting. Keshalihan itu akan menjaga suami untuk jauh dari sifat putus asa dalam mencari nafkah. Kesalihan itu akan menjadi modal untuk membuka pintu-pintu rezeki yang tayyib ( baik ). Kesalihan itu akan memudahkan mendidik dan membentuk generasi shalih dan shalihah. Dan keshalihan itu yang akan membuka pintu-pintu maghfirahNya.
Saya ingat tulisan guru saya, bahwa harusnya setelelah menikah maka suami istri makin taat pada Allah. Apalagi setelah menikah makin jelas tugas, peran dari suami dan istri. Istri jelas siapa yang harus dijadikan panutannya, dan suami juga jelas siapa yang jadi 'ahli' nya yang harus dilindungi dari siksa api neraka.
Barokallohu lakuma wabaroka alaikuma Jama'a bainakuma fil khair...., sekali lagi saya renungkan doa itu di hari yang biasa disebut anniversary. Bukan karena ingin tampil beda, tapi lebih fokus saja pada apa yang ingin diraih dan dicita-citakan dalam pernikahan ini. Semoga barokah dan dikumpulkan dalam kebaikan, aaminn.... Allohumma Aamiin***



Senin, 15 Agustus 2016

Nasehat Pernikahan : Memahami Arti Sakinah

Sebenarnya tema ini sudah pernah saya tulis dalam buku Surat untuk Muslimah. Dari hasil beberapa kali taklim tentang keluarga, saya ingin sekali menuliskan tentang sakinah. Bahwa sakinah adalah satu modal yang sudah diberikan oleh Allah, saat seorang laki-laki mengucapkan ikrar sekelas mitsaqan halidzan di hadapan Allah. Sebuah ikrar yang mampu menguncangkan Arsy karena begitu kuat dan beratnya perjanjian itu.
Balik lagi ke kata sakinah. Dalam QS Ar rum : 21,  kata sakinah dalam kata litaskunu ilaiha ( cenderung dan merasa tentram ). Sakinah di ayat ini dikaitkan dengan khalaqa yang artinya diciptakan oleh Allah. Dan tidak perlu upaya dari makhluk untuk membuat sakinah ini ada. Berbeda dengan kata ja'ala yang secara arti sama diciptakan oleh Allah tapi makhluk bisa mengupayakan.
Secara arti kata, sakinah sering diartikan dengan tenang, tentram, menaungi, melindungi.
Menurut imam Ibnu Katsir, kata sakinah memiliki 3 arti :
1.   Lita'tafu ( Saling mengikat hati, menyatukan hati ) seperti dalam QS. Al Anfal : 63.
Hal mendasar yang menyatukan hati adalah iman. Dengan iman maka si miskin bisa menikahi si kaya, dengan iman status sosial tidak jadi masalah, dengan iman maka tampilan fisik tidak akan jadi penilaian utama. Itu lah kenapa wanita boleh dinikahi karena kecantikan, kekayaan maupun asal keluarga, tapi yang utama dan terbaik adalah karena iman.
Karena berdasar iman, maka sakinah adalah tenang, tentram karena bertemu pasangan dan terhindar dari hal-hal yang keji ( tidak terhormat, tidak diridhai oleh Allah ).
2. Tamilu'ilaiha ( kamu condong kepadanya ). Sakinah yang diturunkan Allah membuat sepasang suami istri saling condong, saling membela dan saling memikirkan. Seorang suami akan memberikan nafkah lahir batin pada istrinya sebaliknya sang istri membuktikan kecondongan pada suaminya dengan taat dan patuh.
3. Tadmainnu biha ( kamu merasa tenang dengannya ). Tenang ketika bersama, juga tentram ketika berjauhan karena saling percaya, saling terikat hatinya. Tidak dikatakan sakinah jika berdekatan malah membuat galau. Atau membuat lalai dari kewajiban baik pada Allah maupun pada makhluk. Masih ingatkan dengan kisah Abu Bakar r.a., yang meminta sang putri menceraikan istrinya. Bukan karena tak cinta, tapi karena sang istri melalaikan suaminya dari tugas kewajibannya.
Nah, semakin jelas kan bahwa modal awal untuk mendapatkan sakinah adalah iman? Maka, jangan sekali-kali menempatkan iman dibelakang cinta dalam sebuah pernikahan.
Wallohu a'lam bishowab