Sabtu, 22 Juli 2017

Catatan Anakku Mondok : Untuk Anakku

Bertepatan dengan hari anak 23 Juli ini,  saya ingin menuliskan  nasihat yang saya berikan ketika si bujang akan berangkat mondok.  Sebenarnya sudah hampir seminggu si bujang di pesantren,  tapi baru sekarang bisa move on,  mengurangi melow karena ditinggal anak lanang hehehe ������

Jujur,  ini adalah pengalaman pertama melepas anak jauh dari rumah.   Bukan untuk satu dua hari,  tapi kalau tidak ada kendala hampir selama 6 tahun.  Tega gak tega juga sih, tapi tekad anak yang kuat justru itu yang bikin hati saya mantap. "Aa pengin belajar agama Bu,  biarin Kakak (kembaran ya)  dan saudara yang lain belajar ilmu yang mereka sukai.  Aa mah mau menghafal Quran." ( yahh  melow lagi deh,  mewek lagi deh ������ )

Saya harusnya banyak - banyak bersyukur. Karena banyak orang tua yang anaknya mondok tapi anaknya ogah,  sampai ada upaya maksa-maksa.  lha anak saya malah asyik - asyik saja tuh, malah  semangat. ����

Nah,  karena pengalaman pertama maka banyak sekali yang saya 'pesankan'  ke anak.  Tapo biar gak panjang bak ular naga,  dibatasi jadi 3 poin aja yaa... 

1. Niatkan karena Allah
Jauh-jauh hari saya sudah menyampaikan hal ini pada si bujang.  Bahwa apa pun yang kita lakukan nyatakan semata - mata untuk Allah.  Termasuk mencari ilmu,  apalagi ilmu agama,  niatkanlah untuk Allah.  Bukan untuk merasa lebih baik,  lebih hebat di mata makhluk.  Tapi karena ingin lebib mengenal,  lebih dekat dan le ih cinta kepada Allah Swt.

2. Bersabarlah dalam menjalani proses
Ini sebenarnya nasihat buat saya sendiri.  Malam hari setelah siangnya menitipkan  Aa ke pesantren saya tidur sambil nangis.  Kangen dan  khawatir campur aduk.  Terus bertanya apakah ini jalan yang terbaik?
Tapi nasihat dari ustad dan ustadz di sana betul-betul membuat diri sadar akan niat menitipkan anak. "Sabar bu..,  insya Allah Aa disini kuat dan sabar."
Dan pas esok harinya lihat foto yang dikirim sama ustadz pembimbing ya,  saya jadi lega dan memperkuat tawakal kepada Allah.

3. Jadilah pribadi yang baik
Tinggal dengan orang lain di pondok pasti ada lika-likunya.  "Jadikan teman-teman Aa sebagai saudara terdekat Aa.  Mereka akan jadi tetangga Aa selama 6 tahun.  Inget enggak A,  hadist yang mengatakan bahwa tetangga untuk adalah saudara terdekatmu.  Ya memang seperti itu.  Berbagilah makanan,  jangan takut kekurangan. InsyaAllah makanan yg dibagi akan cukup dan berlimpah berkah. "
Nah,  ada yang mau nambahin atau berbagi pengalaman selama anaknya mondok?  Bisa tulis di komen yaa... ������

Minggu, 16 Juli 2017

Yaa.. Bunayya Laa Tusyrik Billah...

Sengaja di musim liburan kemarin, saya memperbanyak ngobrol, ngaji bareng atau bahasa kerennya taklim dengan anak-anak. Niat awal sih biar liburan gak sekedar diisi dengan bersantai, main, atau malah nonton tivi. Di hari sekolah, anak-anak hanya dapat ijin nonton tivi sabtu minggu. Itu pun siang hari, sedang malam ya off alias mati. Karena itu saya mengajukan kegiatan ngaji with kiddos di rumah dan langsung di acc ama suami.




Dan kali ini saya sengaja juga menyambungkan dengan moment Sidang Tahfidz Quran yang beberapa minggu lalu dijalani si kembar saat pelepasan siswa kelas 6. Saya tertarik untuk membahas ayat-ayat yang dibacakan saat pembukaan acara itu. Yaitu QS. Lukman ( 31 ) : 12- 19. Yang berisi pesan-pesan dari Lukmanul Hakim kepada anaknya. Yang akhirnya menjadi referensi dalam parenting dan mendidik anak-anak secara islami.

Tapi mengingat lamanya konsentrasi anak yang paling banter 30 menit, saya pun fokus ke dua ayat pertama, 12 dan 13. Dan ternyata anak-anak antusias, bahkan terjadi dialog seru selama pembahasan dua ayat tersebut. Alhamdulillah...

Lanjut yaa...

QS. Lukman : 12
Berisi perintah untuk bersyukur, menjadi hamba yang pandai bersyukur. Bersyukurlah karena sudah diciptakan Allah dalam sebaik-baik bentuk. Seperti dalam QS Attin ( 95) : 4. Karena penciptaan diri adalah sebuah peristiwa agung yang terjadi karena qudrat iradatNya semata. Bersyukurlah atas apa-apa yang sudah ditetapkan dan sudah diberikan sebagai karunia bagi kita, Nak. Betapa nikmat dan karunia Allah itu tak terhitung, amat banyak. Bersyukurlah maka Allah akan menambah nikmatNya. Karena barangsiapa yang bersyukur itu untuk dirinya sendiri. Barang siapa yang kufur maka sesungguhnya Allah Maha Kaya.

QS. Lukman : 13
Bentuk syukur adalah dengan mengabdi sepenuhnya kepada Allah Swt. Inilah kenapa di lanjutkan dengan ajaran Lukman kepada anaknya untuk menjauhi musyrik. Yaa bunayya, laa tusyrik billah. Tidak mungkin kita bisa bersyukur jika musyrik atau menyekutukan Allah. Tidak mungkin kita berterimakasih, berbahagia dengan karunia Allah jika kita menduakan, mentigakan atau malah percaya ada kekuatan lain yang bisa memberi nikmat karunia dan kehidupan selain Allah Swt.

Disinilah pentingnya hidup untuk senantiasa menjaga fitrah diri yaitu bertauhid, mengesakan Allah. Bahwa itu lah tugas orang tua yang utama mengajarkan anak-anak agar bertauhid, mengimani Allah dengan sebaik-baiknya dengan sebenar-benarnya.Dan menjadi hak anak untuk meminta pengajaran yang benar dari orang tuanya. Agar tidak saling tuduh, saling menyalahkan, lempar tanggung jawab seperti dalam QS 7: 172-173

Nah, ada 3 hal kerugian dari musyrik atau tidak bertauhid :

1. Merupakan dosa tak terampunkan
2. penyebab utama tertolaknya amal
3. Tidak akan masuk syurga...

Nah, rugi bener kan kalau sampai kita musyrik. Karena sebanyak apa pun amal tidak akan dinilai oleh Allah, sia-sia. Dapat capeknya doang ya. Apalagi kalau sampai tidak bisa masuk syurga, tempat tinggalnya neraka dong? anak-anak dah pada bergidik ngeri. Ya..., begitu lah. Kan di hadist juga ada. di dalam buku kisah-kisah islami juga diceritakan seperti itu. Bahwa kelak ,setelah orang-orang beriman masuk syurga mereka mencari-cari kerabat, sahabat yang dulu di dunia bersama-sama tapi sekarang gak ada di syurga. Lalu mereka memohon kepada Allah Swt, dan diijinkan mencari kerabat dan sahabat di neraka. syaratnya selama mereka punya iman, bertauhid bisa deh masuk syurga. 

Dengan bahasa yang bisa dipahami anak-anak, ternyata respon mereka bagus banget. Bahkan setelah diucap salam penutup mereka langsung nanya, "Lanjutannya kapan Bu?" Nah, mau mencoba ngaji bersama anak di rumah, bisa seru juga kok ^ _^