Minggu, 27 Juni 2021

Cerita 14 Hari Isoman


Bismillahirrahmanirrahim...

Assalamu'alaikum teman semau, tak terasa hampir 2 tahun kita hidup di masa pandemi. Dari yang awalnya hanya melihat dengan terheran-heran berita dari Wuhan, sampai akhirnya virus itu begitu dekat bahkan diri juga sempat terpapar. Rasanya masih tidak percaya, tapi kerasa ya... mau gimana lagi, selain menerima ujian berupa wabah ini.


Awal Terkena Covid 19
Sempat kaget, mengingat selama ini cukup menjaga prokes. Memakai masker setiap keluar rumah, tidak dalam kerumunan, jaga jarak, bahkan setia enggak kemana-mana alias di rumah saja. Tapi namanya wabah, bisa kena siapa saja kan? 

Ahad malam senin, pa suami sudah ngeluh tenggorokan sakit. Kayak mau pilek gitu. Minta dibuatin air madu, tambah  jamu tolak angin, alhamdillah badan agak kerasa enakan. Tapi paginya sudah mulai ngeluh panas dingin, sampai pakai baju berlapis -lapis. Gigi terasa goyang dan tulang linu-linu. Perut juga mulai terasa kurang nyaman dan suhu badan pun terus naik. 

Konsul sama dokter langganan via WA, dan diberi obat turun panas, obat untuk keluhan linu, antibotik juga obat pileknya. Pas hari Rabu, suami sudah ngerasa enakan. Udah enggak mampet dan bisa nafas dari hidung. Jadi selama mampet ( dan itu semalaman ) nafas dari mulut. Qadarullah, saya yang mulai ngeluh demam, panas dingin dan pegal-pegel. 

Hari Jum'at, suami mulai ngerasa kehilangan penciuman tanpa mampet dan pilek. Curiga deh,  karena biasanya kalo pilek juga suka enggak bisa nyium bau-bau tapi karena mampet hidung. Lha, ini hidung oke-oke saja tapi enggak bisa membaui apapun,  termasuk obat nyamuk semprot yang baunya bisa bikin mual plus  batuk -batuk. 

Fix, kita putusin untuk swab berdua. Setelah konsul sama dokter di klinik, kita pun lakukan swab antigen, dan hasilnya dua -duanya positif. Kabar baik saturasi oksigen kami masih cukup baik. Saya masih 97% , sedang suami dibawah saya 93%. Alhamdulillah tidak ada sesak dan pas diperiksa suara di paru-paru juga bersih. 

Dokter pun menyarankan kamu untuk isolasi mandiri, tidak perlu ke rumah sakit karena saturasi oksigen masih cukup baik dan tidak ada penyakit lainnya yang membahayakan. Kami juga dapat obat untuk menghilangkan gejala-gejala yang masih kami keluhkan, seperti demam, batuk pilek, vitamin komplek dosis tinggi dan vitamin D. Kami juga diingatkan untuk berjemur setiap hari, dan kalau bisa punya alat oximeter untuk mengukur saturasi oksigen dalam darah. 


Bekal Utama Isolasi Mandiri
Berbekal Tata Laksana Isolasi Mandiri dari klinik dan arahan dokter, bismillah kami pun melakukan isolasi mandiri. Pertama yang kami lakukan mengatakan pada anak-anak. Karena selama kami gejala awal anak-anak bersama dalam satu rumah, akhirnya kita ambil semua ikutan isoman. 

Kalau menurut saya yang perlu disiapkan 
Pertama, yang dilakukan adalah mempersiapkan iman dan mental. Covid ini penyakit yang unik, yang terpapar sampai dikucilkan sama dengan penderita HIV. Nah, kalau enggak siap hati ( iman ) dan mental jatuhnya bisa stress dan akhirnya malah drop imunitas tubuh.

Makanya yang pertama kami tanamkan dalam diri  adalah menerima bahwa sakit ini dari Allah, dan Allah juga yang akan mengangkatnya. Lakukan saja ikhtiar kita untuk sembuh seperti yang sudah disarankan dokter. Lalu bertawakal sungguh-sungguh, Allah ma'ana... Allah bersama kita, bersabarlah.

Kedua, Laa Tahzan  jangan takut, jauhi panik, karena itu tidak menolongmu. Dekati Allah, karena Dialah yang akan menolongmu. Itu yang berulang kali kami ucapkan pada diri dan anak-anak. Yakin, semua ini pasti ada hikmahnya, jadi jangan terlalu merasa sedih dan kecewa. 

Ketiga, jauhi stress, karena akan berpengaruh pada imun. Bukan meminta untuk happy ketawa-ketawa juga, tapi lebih ke tenang. Yakin,  setiap ketetapan Allah itu pasti baik, walau datang dalam keadaan yang bisa jadi tidak kita sukai.
 
Maka yang diperlukan adalah memperbesar prasangka baik padaNya. Meyakini bahwa Allah akan selalu ada, pertolonganNya dekat. 


14 Hari Isolasi Mandiri
Langkah selanjutnya adalah lapor ke pihak terkait, yaitu RT dan RW. Mengingat selama ini Pa Suami memang ngurus surat-surat yang dibutuhkan warga Se RT. Saya yang pegang admin OWOJ juga lapor ke pengurus, ijin mau fokus dulu ke keluarga jadi admin lainnya bisa handle laporan di grup OWOJ  intinya show must go on kan...

Demikian juga ke komunitas karena ada kegiatan zoom meeting yang qadarullah temanya pas banget dengan kondisi diri dan masyarakat kebanyakan, Meningkatkan Imunitas Keluarga. Jadi saya pun kasih info, dan mohon doa untuk kelancaran isoman yang akan kami lakukan.

Kemudian persiapan logistik, minimal kebutuhan makanan pokok ready. Karena pas pulang swab kita sudah langsung isoman, maka pilihan kita jatuh ke belanja secara sistem delivery. Jadilah kita pilih minimarket yang cukup komplit dan punya layanan kirim belanjaan. Dari mulai beras, gas, minyak goreng, kecap, peralatan kamar mandi, snack sampai kebutuhan khusus wanita semacam pembalut. 

Kita juga minta tetangga atau orang yang kita percaya untuk belanja sayur, buah dan kebutuhan harian. Lalu bismillah saja lakukan isoman, dan Alhamdulillah pertolongan Allah dari arah tak terduga. Ada tetangga yang mengirim telur, mie, cemilan untuk anak-anak, ada yang kirim buah, lauk siap makan, dan banyak hal yang akhirnya membuat kita ringan menjalani isoman ini.

Banyak yang bertanya bagaimana anak-anak, kok enggak diungsikan ke rumah saudara? Kami mikirnya gini, 5 hari kami berdua sudah bareng- bareng sama mereka. Jadi khawatirnya walaupun mereka tidak menunjukkan gejala tapi sudah terpapar virus juga. Oke, lebih bijaksana kalau satu rumah isoman. Tentu saja dengan dibagi, anak yang tidak bergejala dikumpulkan satu ruangan. Ada bertiga, Si sulung dan dua bocah kecil.  dua gadis ternyata menunjukkan gejala walau lebih ringan dari ayah ibunya. Jadilah yang dua orang dikumpulkan satu ruangan juga.  Idealnya satu ruangan satu orang, balik lagi kondisi yang ada jauh dari ideal, tapi gak papa optimis bisa isoman aja kita mah hehehe.

Lalu alat makan, alat sholat, tidak boleh gantian. Harus dipakai dan cuci sendiri. Pemakaian kamar mandi juga karena cuma satu, ya setelah pakai semprot disenfektan. Lalu beri jarak waktu sebelum dipakai oleh yang lain. Yang batuk, pakai masker walau di rumah. Jangan ngumpul ngumpul dulu. Berjemur jangan lupa sampai dibuat antrian hehehe.


Bagaimana Sih Positif Covid itu?
Ini juga banyak yang nanya nih. Sekali lagi saya hanya sharing pengalaman, apa yang saya rasakan bukan berdasar ilmu medis atau teori apapun yaa...

Garis besarnya ya, kondisi tiap orang beda-beda keluhan pun bisa jadi enggak sama. Suami saya termasuk lebih cepat pulih, setelah anosmia hilang, pergerakan ke arah pulih terlihat jelas. Beda dengan saya yang ambruk karena keluhan diare hampir 1 pekan lamanya.  Anosmia hampir 5 hari, jadi kurang nafsu makan. Saturasi oksigen saya bagus bagus saja, tapi pak suami stay di angka 93-91. Dia enjoy makan apa saja, saya enggak bisa masuk sayur, buah, dan produk susu selama diare. Wajar kalo saya lebih banyak ambruk di kasur dan merasa lemes banget. 

Disitu saya diingatkan pentingnya sabar. Ingat yang memberi sembuh itu Allah, jangan nuntut ke Allah agar segera menyembuhkan kita, tapi tambah saja kesabaran kita. Lakukan ikhtiar sebaik mungkin, dan yakin Allah akan memberi kita takdir terbaik.


Isoman Makin Dekat dengan Allah...
Ya, ujian apapun harusnya membuat kita makin dekat pada Allah Swt. Itulah yang akhirnya membuat saya lebih banyak memanfaatkan waktu selama isoman dengan berdzikir, membaca, melihat tayangan youtube islami, belajar lagi sejarah dari banyak channel di di dunia maya.

Saya juga agak menurup diri dari membaca apapun terkait covid 19 kecuali dari sumber yang jelas dan bertanggung jawab. Misal dari zoom meeting yang diadakan oleh satgas sekolah anak-anak dengan narasumber dokter-dokter yang menangani pasien covid dan paham kondisi di lapangan. Termasuk SOP dari penanganan pandemi ini.

Intinya saya tidak mau terlalu banyak makan hoax yang malah jadi sebab ketakutan, panik dan stress. Lebih baik konsultasi dengan dokter yang menangani kami selama isoman dan bersabar menjalani 14 hari isoman. Mendengarkan nasehat yang menguatkan iman dan berdzikir agar hati tenang.

Nah, itulah cerita pengalaman 14 hari isoman, semoga pandemi ini cepat selesai dan kita bisa mendapatkan hikmah pelajaran dari pandemi ini...***