Kamis, 12 Juni 2014

Belajar dari Penghuni Syurga

Belajar dari Penghuni Syurga


bertepatan dengan malam nisfu Sya'ban, saya ingin meng-share tulisan ini. Sebenarnya tulisan ini sudah pernah saya share via BBM, tapi karena terbatasnya space maka tulisan pun dibuat pendek- pendek. yang inti- inti saya alias to the point. Nah.., disini saya ingin mencoba menguraikannya lebih panjang. Sekali lagi bukan bermaksud menggurui, namun hanya ingin sekedar merenungi dari ayat- ayat Al-qur'an yang sudah sering dibaca :), yuk dimulai...

Saya yakin sekali, setiap pasangan yang menikah mendambakan sebuah rumah tangga yang bisa disebut surga. Rumah tangga yang mendatangkan kebahagiaan bagi para penghuninya.Baiti Jannati, itulah istilah yang pernah dicetuskan oleh Rasulullah. Bahwa sebuah rumah di dunia akan bisa mendatangkan kebahagiaan layaknya di syurga. Pastinya, bukanlah rumah dalam artian secara fisik, namun rumah yang dibangun dan dimanfaatkan oleh penghuninya sebagai tangga ( siap ditapaki ke arah level lebih tinggi/lebih baik) menuju kebahagiaan hakiki.

Dan saya juga yakin, setiap pasangan pasti berupaya mewujudkan hal itu dengan caranya masing- masing. Sesuai persepsi yang dimiliki tentunya. Nah, dari pada mengadakan uji coba, kenapa kita tidak mengambil pelajaran dari penghuni syurga? bukankah baiti jannati berarti rumahku syurgaku? maka menuju rumah yang seperti syurga penghuninya pun haruslah memiliki kriteria penghuni syurga sungguhan hehehehe...

1. Sadari bahwa penghuni syurga adalah manusia- manusia yang mengesakan Allah ( Tauhid)
Dalam beberapa kisah kita disuguhkan bahwa tauhid merupakan syarat mutlak yangharus dimiliki oleh orang yang ingin masuk syurga. pernah kan kita mendengar atau membaca kisah seorang penggembala yang masuk syurga walau belum pernah shalat sekali pun. Begitu mendengar seruan tauhid penggembala itu memutuskan untuk berjanji setia meniadakan ilah- ilah selain Allah. Saat itu juga terdengar seruan untuk berperang menegakkan kalimat Allah, dan penggembala itu pun langsung bersiap sedia. Hingga akhirnya, pengembala yang baru menjadi muallaf itu menemui syahid di perdang pertama dan terakhir yang diikutinya.

Nah, rumah tangga yang ingin menjadi baiti jannati juga mestinya dibangun berdasarkan tauhid. Para penghuninya adalah orang-orang yang senantiasa mengesakan Allah, senantiasa mentaati aturan Allah. Allah menjadi bagian dalam kehidupan mereka. Ketika suami bertindak sebagai pemimpin, pelindung, pendidik dan nahkoda rumah tangga, semata- mata dilakukan karena perintah Allah. Bukan karena dia haus kekuasaan atau karena hobi berkuasa.  sebaliknya, saat istri menempatkan diri sebagai yang diatur, yang dipimpin, yang dididik, melayani suami, semua itu dilakukan semata- mata karena perintah Allah.

Jika pemahaman tauhid ini sudah mengakar dalam jiwa, pastinya tidak ada seorang istri yang merasa lebih hebat dari suaminya, meski dia berlatarbelakang pendidikan lebih tinggi dari suaminya. Tidak akan ada seorang istri yang merasa dirinya lebih tepat menjadi nahkoda rumah tangga, hingga mengambil peran suaminya. Karena tugas memimpin rumah tangga bukanlah perjanjian antara dia dan pasangan, tapi sudah ditetapkan Allah sebagai aturan hidup dalam Al-qur'anul Karim.


2. Sadari Bahwa Penghuni Syurga adalah manusia yang diridhai oleh Allah
Bukanlah karena kehebatan amal manusia yang membuat mereka masuk syurga, melainkan karena keridhaan Allah. Kalau dihitung amalana kita seumur hidup pastinya akan timbul rasa minder plus pesimis. karena amalan kita yang biasa- biasa terasa tidak sebanding dengan syurga.

Maka berlomba- lombalah kita dan pasangan untuk mendapatkan ridha Allah. Jika ternyata ridha Allah terletak pada ridha para suami, maka bagi seorang istri bergeraklah mendapatkan ridha suami kalian. Ah ya.., pasti kita sudah pernah mendengar kisah pelajaran dari seorang sahabiyah bernama Muthi'ah. Bahkan Fathimah r.a sebagai satu dari empat wanita penghuni syurga  terbaik pun sampai belajar padanya. Apa rahasia Muthi'ah?

Fathimah r.a pun mendatangi rumahnya untuk mencari tahu. Ternyata, Muthi'ah meperlakukan suaminya dengan segenap ketaatan. Ketika suaminya mencari keluar rumah mencari nafkah, maka muthi'ah menjaga ruamhnya dengan baik.dia tidak mengijinkan seorang laki- laki yang bukan mahramnya masuk ke rumah tanpa seijin suaminya. padahal waktu itu Fathimah datang  membawa salah satu anaknya yang laki- laki.

Muthi'ah menyiapkan makanan dan berdandan setiap menjelang suaminya pulang. Saat suaminya sudah ada di rumah,  Muthi'ah pun melayani suaminya layaknya seorang raja. dari mulai mengambilkan air minum, makanan sampai memandikannya. Subhalanallah...

Di zaman sekarang, tak jarang istri yang merasa semua itu adalah tugas pembantu atau asisten ruamh tangga. Di zaman emansipasi sudah menyebar ke seluruh sendi kehidupan, wanita berani berkata," jika ingin menikah untuk mendapatkan yang bisa nyuci, nyetrika, masak..nikah saja sama pembantu." padahal konsepnya bukan seperti itu, bukan untuk memperbudak istri atau wanita. tapi konsepnya adalah ketaatan. ketaatan pada perintah Allah yang sudah menempatkan seorang istri sebagai wazir suaminya. maka, tatkala si istri melakukan tugasnya sesuai posisinya yang ditetapkan Allah maka, saat itulah ridha Allah pun dalam genggamannya.


3. Penghuni Syurga adalah manusia yang sibuk beramal shaleh
Mereka adalah manusia yang senantiasa mengisi waktu dalam kehidupannya untuk berbuat kebajikan. mereka bukan orang yang suka melakukan hal- hal yang sia- sia. bahkan dalam urusan bercanda atau ucapan, mereka akan lebih memilih berucap kata- kata yang baik dan bermanfaat. kebalikannya, yang sering berbuat yang sia- sia, yang sering berkata- kata jelek, bermuka masam, berteriak dan bertengkar adalah para penghuni neraka.

Untuk yang satu ini, saya agak tersindir hehehe. apalagi kalau berinteraksi dengan anak- anak, kadang muka ini sering terlihat masam. padahal yakin sekali anak-anak melakukan kenakalan, keisengan pasti bukan sengaja ingin membuat saya yang notebene ibu mereka marah atau kesal. sampai- sampai dulu saya sempet dapat julukan dari suami sebagai morning's monster. karena kebiasaan saya marah- marah di pagi hari. Adaaa saja yang membuat saya marah atau berteriak, si sulung yang lelet pakai baju seragam lah, si kembar yang terus saja bergurau -lah, atau si kecil yang terus merengek meminta ASI padahal saya sedang sibuk membuat sarapan.

sampai sutau hari seorang ustadzah mengingatkan bahwa itu perilaku tidak baik. lebih mirip penghuni nereka, naudzubillah...aih..ngeri nya..., batinku. Satu- satunya jalan ya berubah...dan mengurangi kebiasaan marah. Alhamdulillah, julukan itu sudah lama tak terdengar lagi hehehe...


4. Penghuni surga adalah manusia yang pandai bersyukur
saya pernah mendengar nasehat, bahwa iman itu terdiri dari sabar dan syukur. bersabar dalam menerima takdir dan ketentuan Allah dan bersyukur atas seluruh karuniaNya. Terutama pada para istri, dimana syukur adalah hal yang harus terlihat. Rasulullah pernah mengingatkan bahwa kebanyakan penghuni neraka adalah wanita, lalu para sahabat yang hadir bertanya, kenapa ya Rasulullah? Bukan karena kurangnya amal mereka, tapi karena mereka jarang bersyukur ( mensyukuri apa yang diberikan suami).

Lagi- lagi keterangan Rasulullah itu bukan untuk mendiskitkan kaum wanita. karena pada kenyataannya memang seperti itu. Apalagi jika ternyata penghasilan istri lebih besar dari suami, maka akan sulit untuk mensyukuri nafkah yang diberi suami. Atau jika kita termasuk jenis istri yang lapar mata, ingin ini..ingin itu..., sebelum keinginan kita terpenuhi, apa pun yang diberikan suami tidak ada berharga. Dan jika suami sudah berhasil mewujudkan keinginan si istri, akan muncul keinginan yang baru. gak akan selesai-selesai hehehe


5. Penghuni surga adalah manusia yang memelihara dirinya
inilah penghuni syurga yang memelihara dirinya dari mencela, mengorek kesalahan dan kekurangan orang lain ( termasuk pasangannya). Pasangan kita sudah dipilihkan Allah sebagai yang terbaik yang tercocok untuk kita. Tidak ada manusia yang sempurna, saat melihat kekurangan pada pasangan, maka lihatlah diri sendiri pun tak luput dari keterbatasan.

Saya pernah mendengar suami menceritakan keluhan seorang rekan karena mendapatkan pasangan yang tidak cantik. Mungkin secara fisik tidak terlalu menarik. Padahal kalau saya lihat setiap wanita pasti memiliki kecantikan tersendiri. kalau pun penilaiannya secara fisik, saya selalu merasa wanita sejelek apa pun ada sisi manis yang bisa membuatnya menarik, ya enggak..?

mendengar hal itu saya langsung merasa sedih. lalu saya bilang, apa dia ( laki- laki itu) pernah juga berpikir betapa istrinya kecewa karena mendapatkan suami yang tidak tampan juga? bukankah Rasulullah mengajarkan pilihan secara fisik itu sebagai pilihan yang terakhir?
"Wanita itu dinikahi karena empat hal, yaitu hartanya, keluarganya, kecantikannya dan agamanaya. Maka pilihlah olehmu wanita yang memiliki agama, engkau akan beruntung." ( HR. Bukhari)

Hemm.., lagi- lagi saya teringat wanita yang dikeluhkan oleh suaminya itu. Saya yakin dia adalah jodoh terbaik untuk suaminya, dan dulu pun suaminya memilih karena agamanya.****

Wallohu a'lam bishowab
Nisfu Sya'ban 1435 H/ 13 Juni 2014
by : Ayesha El Himah