Sabtu, 25 Juli 2020

Dzulhijjah dan Teladan Keluarga Ibrahim as.


Di penghujung Dzulqa'dah alangkah baiknya jika kita bersiap menyambut kedatangan Dzulhijjah yang tak kalah mulianya. Termasuk dalam jajaran bulan haram bersama Dzulqa'dah, Muharram dan Rajab. Yang artinya hari-hari dibulan ini sangat dianjurkan untuk memperbanyak amal ibadah serta menjaga diri dari melakukan kedzaliman, terutama kedzaliman paling besar yaitu mensekutukan Allah Swt.

"Sesungguhnya hari yang agung di sisi Allah adalah hari nahr, lalu hari tasyrik ( setelah hari nahr )." HR. Abu Dawud yang disahihkan oleh Hakim.

Hari agung yang dimaksud adalah hari ketika seorang hamba membuktikan ketaatannya dengan berqurban. Seperti Nabi Ibrahim as.,  ketika menunjukkan kualitas keimanannya dengan menjalankan perintah Allah yang bisa jadi diluar logika manusia. Sebuah perintah yang pastinya sangat berat karena menyangkut cinta dan perasaan. Yaitu mengorbankan putra yang sudah ditunggu kehadirannya bertahun-tahun lalu.
Pelajaran taat kepada Allah dari Nabi Ibrahim as.

Maka bersegeralah membuktikan ketaatan kita kepada Allah dengan melakukan amaliah-amaliah yang sangat dianjurkan di 10 hari pertama bulan Dzulhijjah, seperti :

1.  Puasa 
Perbanyak puasa di 9 hari pertama bulan Dzulhijjah.  Terutama di tanggal 9 Dzulhijjah yang dikenal dengan shaum Arafah. Dalam beberapa hadist diterangkan keutamaan shaum Arafah ini yaitu menghapuskan dosa setahun yang lalu dan setahun yang akan datang. Maka, jika kita tidak ada halangan dan tidak sedang wujuf di Arafah jangan lewatkan kesempatan emas untuk mendapatkan ampunan Allah di hari ini.

2. Memperbanyak takbir dan dzikir
Meyakini bahwa semua yang terjadi dalam kehidupan kita semata-mata karena kebesaran Allah, maka agungkanlah Allah dan sebutlah baik dalam kondisi berdiri, duduk maupunh berbaring seperti dalam QS. Ali Imran : 191.

3. Haji
Haji merupakan ibadah yang mengabadikan ketaatan keluarga Ibrahim as. Sehingga ada yang menyebut haji sebagai napak tilas perjalanan suci. Perjalanan yang lahir dari ketauhidan yang amat kuat. Perjalanan dari seorang Khalilullah dalam menguatkan mental dan tekad untuk melaksanakn perintah besar dari Rabbnya. Maka, tidak ada balasan bagi orang-orang yang berhaji karena mengharap ridha Allah semata melainkan mendapatkan syurga.

"Dan haji yang mabrur, tidak ada balasan baginya selain syurga." HR. Muslim.

4. Qurban
Meneladai Qurbannya Nabi Ibrahim as.
Banyak pemahaman yang kurang tepat bahwa berqurban adalah amalan sunnat belaka. Nyatanya, dalam Al Qur'an di QS. Al Kautsar bahkan sampai diancam untuk menjauhi  tempat shalat jika mampu berkurban tapi enggan melaksanakannya. Karena berqurban adalah sejatinya bukti keimanan kita. Seperti kisah Nabi Ibrahim as., beserta sang  putra yang sampai diabadikan daam Al Qur'an tepatnya di Qs. As Saffat : 99- 108. 

Berqurban adalah bentuk ujian keimanan. Untuk melihat sekualitas apa iman yang selama ini diaku ada di dalam dada. Semakin besar keimanan pasti ujiannya atau pengorbanannya pun semakin sulit. Seperti yang terjadi pada Ibrahim as. Untuk kualitas keimanan  Nabi Ibrahim yang dijuluki Bapak Tauhid maka objek qurban juga tak main-main. Yaitu anak yang menjadi harapan, penerus visi misi hidup, bahkan investasi terbaik di akhirat, anak seshalih Ismail, masyaa Allah.

Mari perhatikan keluarga mulai ini saat Ibrahim as., mendapatkan perintah ini. Beliau menemui sang istri dan istrinya ini bukannya melemahkan apalagi memperturutkan perasaan yang menjadi dominasi kaum hawa. Ibunda Hajar mendukung dan memberi keyakinan bahwa Allah tidak akan dzalim terhadap hambaNya, dan tidak mungkin perintah Allah itu akan menyusahkan.
Satu sikap yang diwariskan dan dididik benar-benar kepada sang putra yang selama 13 tahun dibawah bimbingannya di tanah Bakka. 

Maka ketika Ibrahim as., menyampaikan perintah itu kepada Ismail, sebagai bentuk pemimpin yang baik yang tidak otoriter tapi menerapkan diskusi dan musyawarah ( syuro ), maka jawaban Ismail pun tak kalah hebat dari sang ibu. 
Jawaban yang hanya lahir dari jiwa-jiwa yang paham bahwa berqurban itu mendekat pada Allah ( menuju kepada Rabbku dzahaba ila rabbi ). 

Bahwa berqurban itu kesiapan diri dalam menjalankan perintah Allah. Bahwa sejatinya qurban melahirkan kesabaran unggul buah ketaatan. Bahwa dalam qurban ada sebuah tekad mengutamakan dan menempatkan perintah Allah dalam prioritas pertama. Bahwa dalam sebuah cinta pasti ada pengorbanan untuk merayu dan mendapatkan keridhaan dari sang tercinta. 

Maka lihatlah balasan bagi Ibrahim dan Ismail setelah mereka memilih taat dalam perintah. Seorang generasi penerus yang shalih yang sabar ( halim ).  Seorang penerus visi misi hidup yang tidak akan membuat orang tuanya galau, melow penuh kekhawatiran saat meninggalkannya. Bahkan akhirnya visi misi Nabi ibrahim ini sampai pada cicit buyutnya yang berjarak ribuan tahun yaitu Nabi Muhammad Saw.

5. Taubat
Caranya bisa dengan memperbanyak shalat, sehingga memperbanyak sujud kita untuk memohon ampunan Allah, memperbanyak istighfar dan menjaga diri dari maksiat dan hal-hal keji. 

6. Memperbanyak amal-amal shalih 
seperi tilawah Al Qur'an, sedekah, birrulwalidain, silaturrahim  serta mempermudah urusan sesama muslim bahkan jika itu baru bisa dilakukan melalui doa. 

Wallohu a'lam bishowab.***
 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar