Rabu, 21 November 2018

Tahapan Mencintai Nabi Muhammad Saw ( Part 1 )

Assalamu'alaikum pembaca nan budiman...

Rasanya dah lama sekali saya enggak buka-buka ini blogspot. Sibuk ya? pastilah hehehe * anggep aja iya ya..* lebih tepatnya karena semangat nulis beberapa waktu ini sempet nyungsep senyungsep - nyungsepnya. Tau kan maksudnya? Artinya memang males banget buka laptop. Lebih suka pegang hape scrool sana sini baca ini itu dan belanja ini itu wakakaka ( yang terakhir anggep aja fitnah ). 

Alhamdulillah sih, setelah menguatkan diri, mencari-cari alasan untuk nulis lagi, akhirnya buka juga si blogspot yang ibarat rumah sih kayaknya debu dah 10cm kali yaa. Saking jarangnya ditengok. Apalagi  lama enggak disapu dan dipel 😅😅😅.

Inilah Cara Menumbuhkan Cinta Kepada Rasulullah SAW
http://www.mutiarapublic.com/ragam-public/kumpulan-tips

Baiklah, karena sekarang lagi ada mood dan bertepatan dengan moment Maulid Nabi Muhammad Saw., so saya putusin untuk menuliskan tentang tahapan cinta atau mencintai Baginda Nabi Saw. Secara beberapa hari ini di IG berseliweran postingan-postingan antara pihak yang pro dan kontra maulid. Intinya, semua postingan itu mengatasnamakan cinta pada Nabi Besar Muhammad Saw.

Bagi yang pernah jatuh cinta berjuta rasanya pasti kenal dengan jargon ini, jargon yang banyak bertebaran di drama Korea nan romantis abis, ups. Kalau cinta ya tunjukkin dong, mana tahu orang itu akan perasaan kamu kalau diem-diem bae. Ngopi gih. Dan biasanya orang yang sedang suka sama seseorang itu sukaaa banget ngomongin tentang sosok tersebut. Jadi pada dasarnya setiap orang itu selalu ingin menunjukkan apa yang bergejolak di dadanya. Cari-cari perhatian sampe akhirnya nyama-nyamain gaya yang sering disebut ah... kebetulan.

Nah, bagi pihak yang pro maulid, peringatan maulid itu adalah bukti cinta. Yakin deh, enggak maksud merayakan ulang tahun seperti yang sekarang sering digelar. Mereka menunjukkan cinta dengan mengenang, membacakan ulang kisah hidupnya, mengumpulkan lagi semangat yang beberapa bulan ini berserakan gak jelas. Lain lagi yang kontra, bilangnya gini - eh, kalau cinta itu ikuti Rasul dengan betul, enggak perlu nambah-nambahin yang beliau sendiri enggak pernah perbuat. para sahabat aja enggak pernah ngerayain maulid.

Lalu dibalas lagi sama yang pro, lha jaman Nabi hidup dan para sahabat ngapain mengenang, apalagi mengingat-ngingat. Toh bisa ketemu langsung. Lagian siapa bilang kita ngerayain maulid kayak acara ulang tahun gitu. Enggak, kebanyakan suudzan deh. Lalu dijawab lagi sama yang kontra, lha, kalau harus ngerayain, pastinya para sahabat setelah Rasulullah wafat pasti akan mencontohkan. Lha ini enggak ada sama sekali kok. Jangan nambah-nambahin deh, jadi bi***h, dosa lho.

Baiklah..., tarik napas dulu. Sedih kan? Duh kok segitunya sih sama sesama muslim. Kalau pun mau mengingatkan bisa dengan cara yang baik dan lembutkan? Artinya enggak perlu pakai urat pas nulis komen. Ingat lho, tulisan itu seperti ucapan, menunjukkan siapa yang mengeluarkannya. Artinya nih gaess, teko yang berisi air zam-zam enggak bakalan ngeluarin air kotor bin bau. Pun sebaliknya, setuju enggak...?

Saya sendiri dulu pas kecil sampe SMA diwajibin sama ortu ikut acara mauludan. Setiap malam 1-12 Rabiul Awal pasti baca Barzanzi yang isinya sebenarnya sejarah hidup Baginda Nabi Saw. Tapi karena faktor bahasa nan tak saya mengerti ya akhirnya roaming-roaming juga. Bahkan sampe sekarang ya enggak tahu artinya apa. Dan tidak ada yang nempel.Baru pas dengerin ada yang nasyidan pake shalawat eh baru inget lagi tuh, itu pun masih samar-samar hehehe.

Setelah kuliah dan pindah ke kota besar yang lebih modern, kebiaasaan ikut maulid nabi dari baca shalawat doang berganti jadi ikut kajian. Yang dibahas juga bukan sejarah kelahiran Rasulullah Saw., saja, tapi bisa sampai aplikasi yang tepat bagi ummat sekarang. Saya jadi memandang sebelah mata pada orang tua dan saudara-saudara di kampung yang masih dengan budaya turun temurun mauludan. Meski tetap, saya tidak sampai menghujat. Karena apa, masa sesama saudara menghujat. Bukankan sesama muslim itu ruhama'i bainahum. Kalaupun mau negur tidak sampai menjatuhkan apalagi menganggap lebih rendah, seperti yang dicontohkan oleh Baginda Nabi Saw.

Jujur saja, saya juga pernah sampai pada tahapan dimana memandang shalawat nabi itu sekedar puji-pujian semata. Lha, ngapain juga muji-muji tapi enggak mengikuti sunnahnya. Misal, rajin shalawatan tapi enggak pake jilbab. Pandai shalawatan tapi kok masih suka pacaran. Ya itu pikiran sempit saya waktu itu yang asli hanya berdasar sok tahu.

Tapi ibarat seorang yang jatuh cinta, saya jadi mulai memahami bahwa itu adalah bukti cinta. Dan selayaknya cinta maka pembuktiannya pun bertingkat-tingkat. Ada yang baru proses memuji, membicarakan sampai pada membela. Pastinya itu disesuaikan dengan pemahaman dan makrifat mereka pada Rasulullah Saw.  Kalaulah para shahabat Nabi sudah bisa menunjukkan cinta pada Rasulullah sampai pada unconditionaly love, beda dengan ummat jaman sekarang yang memang secara pemahaman juga beda-beda. 

Contoh paling gampang itu kalau kalian dalam posisi fans seseorang selebriti/artis/idol. Nah, fans juga ternyata bertingkat-tingkat lho. Ada yang masih biasa saja, ada yang sampai cinta mati. Mau melakukan apa pun, bahkan mengeluarkan ide, uang sampai tenaga untuk mendukung eksistensi idolanya. Dari sekedar kirim surat, ngepoin akunnya sampe kirim hadiah yangdibuat sepenuh hati.


Karena Tak Kenal Maka Tak Sayang...
Nah, sepertinya ini juga sudah banyak dimengerti ya. Banyak orang yang berpikir negatif atau salah sangka biasanya karena tidak mengenal. Atau sudah mendengar kabar buruk dari orang lain tanpa klarifikasi. Kalau dalam film Pride and Prajudice dilihatin bener tuh bagaimana orang yang termakan kabar buruk sampai akhirnya berprasanka yang enggak-enggak. Akibatnya hanya kebencian yang keluar. Tapi setelah ada klarifikasi, dan mulai kenal lebih dekat, jadi merasa bersalah dan malah jatuh cinta. 

Sama saja, kalau suka bingung kenapa ya ada orang yang baca shalawat aja sampe bisa nangis. Padahal bisa jadi shalawatannya enggak sebagus Nisa Sabyan. Biasa aja gitu bacanya. Tapi sampai terharu bahkan berlinang air mata. Gak usah mikir negatif itu orang banyak hutang, tapi mikir aja kok kita enggak  tersentuh ya? hati enggak bergetar. Apa begitu keraskah hati?

Mungkin juga karena kita enggak kenal betul bagaimana pentingnya kehadiran Baginda Nabi Saw. Kita juga enggak tahu bagaimana sayangnya beliau sama ummat Islam ini. Bagaimana perjuangan beliau mengajarkan untuk hidup lurus dan diridhai oleh Allah Swt. Bagaimana inginnya beliau memiliki ummat yang banyak dan berkualitas hingga nanti masuk ke syurga bareng-bareng.

Disinilah pentingnya kita mengenali sejarah dan kehidupan Rasulullah Muhammad Saw. Apa saja sepak terjangnya, apa kemuliaan, akhlak, perilaku beliau. Biasanya kalau kita menemukan hal-hal istimewa pada orang biasa aja lahirnya kagum. Demikian halnya jika kita makin mengenal Rasulullah, maka akan lahir kekaguman, rasa suka, cinta lalu rindu. 


Next Level, Rindu Ingin Bertemu... 
Pernah enggak sih kalian rindu dengan seseorang? Yang katanya bikin makan enggak selera, tidur tak lelap bahkan hiduppun tak bergairah. Nah, biasanya yang kayak gini, level cintanya sudah lebih baik dari sekedar suka. Trus bagaimana caranya bisa rindu atau lebih tepatnya memunculkan rindu pada Baginda Nabi Saw.  Pastinya dengan banyak melihat keutamaan cinta beliau kepada ummatnya. Bayangin Rasulullah itu selalu sedih kalau melihat ummatnya ada yang belum benar hidupnya.  Bagaimana beliau memuliakan ummatnya. Serta mengenang semua pengorbanan yang telah belaiu lakukan untuk ummatnya. 

Gambaran simpelnya, yuk simak lirik lagu Bimbo berikut ini, yuk yuk...!

Rindu Rasul

Rindu kami padamu ya rasul
rindu tiada terpera
berabad jarak darimu ya rasul
serasa dikau di sini

cinta ikhlasmu pada manusia
bagai cahaya suarga
dapatkah kami membalas cintamu
secara bersahaja

rindu kami padamu ya rasul
rindu tiada terpera
berabad jarak darimu ya rasul
serasa dikau di sini

cinta ikhlasmu pada manusia
bagai cahaya suarga
dapatkah kami membalas cintamu
secara bersahaja

rindu kami padamu ya rasul
rindu tiada terpera
berabad jarak darimu ya rasul
serasa dikau di sini


*sumber dari wowkeren.com

lanjut ke part 2 yaa...