Rabu, 08 Desember 2021

Ibrah Dakwah Nabi Ilyas as., pada Kaum Funicia

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh....

Alhamdulillah wa syukurillah,  akhirnya kelas kisah nabi sampai juga ke Nabi Ilyas alaihissalam. Setelah dibawa ke dunia fantasi tapi nyata di kisah Nabi Sulaiman as., sekarang kita kembali kepada nabi dari Bani Israil yang silsilahnya akan bertemu pada Nabi Harun as.

Nabi Ilyas secara nasab ada beberapa pendapat tapi semuanya bertemu pada Nabi Harun bin Imran. Pendapat pertama Ilyas bin Yasin bin Fanhash bin Aizar bin Harun. Pendapat kedua adalah Ilyas bin Azir bin Aizar bin Harun bin Imran. 

Berdasar QS. As Shaffat : 123-132, Nabi Ilyas as., diutus pada kaum Funicia (  Ba'labak ) yang berada di sebelah barat Damaskus. Kaum ini menyembah patung Ba'al. Nah, ada beberapa pendapat juga nih tentang Ba'al ini. Ada yang menyebutnya sebagai sebagai patung wanita, tapi pendapat lain Ba'al itu awalnya adalah orang shalih yang doanya selalu dikabulkan oleh Allah Swt. karena menjaga apa-apa yang dimakan, dan dikenakannya halal, baik secara fisik maupun cara mendapatkannya. 

Sepintas mirip-mirip kisah Bal'am ya... wallahu a'lam bishowab. Lanjut saja ya men temen. Kita ambil dari pendapat kedua ini ya, yang menyatakan Ba'al dulunya adalah orang yang sangat shalih. Nah, setelah Ba'al ini meninggal, orang yang mengaguminya merasa kehilangan lalu mulai membuat benda-benda yang awalnya sebagai obat rindu. Lama-lama oleh generasi selanjutnya malah disembah, dipuja, dipinta layaknya  tuhan.

Nah, ibrah dari kisah Ba'al ini, sekagum apapun, sesuka apapun, secinta apapun kita pada idola jangan sampai membuat lukisan atau patung untuk mengenangnya. Kalau mau cukup kenang dengan doa dan ikuti perilaku shalihnya oke...


Dakwah lama tak mendapat pengikut
Nah, ternyata bukan hanya Nabi Nuh as., yang lama berdakwah dengan hasil sedikit. Begitupula dengan Nabi Ilyas. Terlebih di masa Baklabah 1. Di masa penguasa ini, gerak dakwah Nabi Ilyas betul-betul sulit. Ancaman demi ancaman diberikan hingga orang-orang yang simpatik terhadap dakwah Nabi ilyas pun tidak berani muncul. Bahkan keselamatan Nabi Ilyas dipertaruhkan.

Raja Baklabah 1 tak segan-segan menyuruh pasukannya untuk mengepung rumah Ilyas as. Setelah dikepung rencananya akan dibakar hingga bangunan dan penghuninya hancur. Rencana ini diketahui oleh Allah Swt., dan Jilbab menyelamatkan Ilyas as. dengan cara mengeluarkan beliau ketika hari masih sore.

Dalam perjalanan bertemu dengan sepasang suami istri yang memiliki seorang anak ( berusia sekitar 7-9 tahun ) yang sedang sakit. Nabi Ilyas menawarkan mendoakan kesembuhan si anak. Atas ijin Allah Swt.,  anak itu sembuh dan diminta oleh Nabi Ilyas untuk diangkat jadi muridnya dan berganti nama menjadi Ilyasa.

Menyiapkan Generasi Penerus ( Ilyasa )
Dalam kisah Nabi Ilyas as., tidak ditemukan dasar hadist riwayat tentang penikahan atau rumah tangga beliau. Tapi ada tokoh Ilyasa yang kelak menjadi nabi dan rasul juga yang merupakan kadernya, atau penerus misi hidupnya sebagai nabi dan rasulnya Allah Swt.

Nabi Ilyas kembali ke negeri Baklabah dan bersembunyi di Gunung Kasium. Di Gunung ini, Nabi Ilyas dan Ilyasa ( waktu itu belum jadi nabi ) tinggal di sebuah gua selama 10 tahun. Nabi Ilyas mendidik Ilyasa seluruh ajaran kenabiannya baik secara teori maupun praktek.

Ada satu rahasia dari angka 10. Jadi untuk menjadi ahli, maka belajarlah selama 10 tahun, dan itu sudah dibuktikan oleh para nabi. Masih ingat kan Nabi Musa membayar mahar dengan mengembalakan kambing Nabi Syuaib selama 10 tahun ( awalnya 8 tahun lalu disempurnakan menjadi 10 tahun). Ingat juga kisah Daud as., yang belajar ketapel sejak usia 6 tahun, dan melawan Jalut saat usianya 16 tahun. Dan kini Nabi Ilyas mendidik Ilyasa pun selama 10 tahun.

Dakwah menghasilkan 10 ribu pengikut
Setelah 10 tahun, Nabi Ilyasa turun gunung dan kembali melakukan dakwah dibantu oleh sang murid. Negeri Funicia sudah berganti raja yaitu Baklabah II, yang tidak tahu atau tidak mengenal siapa itu Nabi Ilyas. Inilah yang membuata dakwah Nabi Ilyas diterima tanpa banyak hambatan hingga ummat mencapai angka 10 ribu orang.

Oleh orang-orang pengikut setia ayahnya ( Baklabah 1 ), Raja Baklabah II diprovokasi untuk kembali menangkap Nabi Ilyas. Pengikutnya juga ditakut-takuti, diancam agar kembali murtad. Tapi masyaa Allah, para muallaf ini tidak ada satupun yang murtad walau harus menghadapi ancaman pancung dari prajurit raja.

Melihat kondisi ini, ada kebanggaan dan kebahagiaan pada Nabi Ilyas. Bangga dan bahagia karena kekuatan iman kaumnya. Tapi dilain sisi beliau juga memikirkan keberlangsungan dakwah ini, hingga memutuskan untuk menyerahkan diri. Sedangkan Ilyasa tetap di gua di gunung Kasium.

Nabi Ilyas diselamatkan oleh Jilbril sebelum dipancung dan dibawa ke langit. Tidak ada riwayat yang menjelaskan langit ke berapa. Tapi tidak membenarkan juga kalau sekarang Nabi Ilyas masih hidup. Nabi Ilyas sudah diangkat oleh Allah ke langit, itu saja.

Ibrah yang bisa dipetik, seorang guru yang hebat adalah guru yang menyiapkan penggantinya.Agar ilmunya tetap bisa diajarkan dan menjadi bermanfaat untuk ummat. Seorang Dai yang hebat jangan hanya bisa orasi, tapi catatlah dalam sebuah buku atau kitab yang bisa dibaca ummat yang bahkan tidak akan bertemu dengannya.

Siapkan lah penerus dakwah yang terbaik yang bisa berorasi juga bisa menulis sebuah kitab atau buku. Wallahu a'lam bishowab.

Sumber :
Kishashul Anbiya Ibnu Katsir
Kelas Kisah Nabi by Muslim United ( Ust. Pago Herdian )

Selasa, 16 November 2021

Pemuda Harapan Sesuai Al Qur'an


Assalamu'alaikum Men temen, semoga tetap dalam kondisi sehat dan terus semangat...

Bismillahirrahmanirrahim
Tanggal 28 Oktober kemarin, kita kembali diingatkan pada moment Hari Sumpah Pemuda. Moment dimana kita diminta untuk mengingat kembali pada fase hidup sebagai pemuda dan geraknya sesuai kehendak Sang Khaliq. 

Dalam QS. Ar Rum : 54 Allah SWT., mengingatkan hambaNya tentang tahapan penciptaan dan fase hidup manusia . Yang awalnya diciptakan dalam kondisi lemah ( bayi atau fase anak-anak), kuat ( fase pemuda ) dan lemah lagi ( fase lanjut usia ). Disini Allah menerangkan bukan dengan satuan umur, tapi dengan menggunakan sifat atau karakteristik setiap fase kehidupan yang dilalui oleh manusi.


اللَّهُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ ضَعْفٍ ثُمَّ جَعَلَ مِنْ بَعْدِ ضَعْفٍ قُوَّةً ثُمَّ جَعَلَ مِنْ بَعْدِ قُوَّةٍ ضَعْفًا وَشَيْبَةً ۚ يَخْلُقُ مَا يَشَاءُ ۖ وَهُوَ الْعَلِيمُ الْقَدِيرُ

"Allah adalah Zat yang menciptakanmu dari keadaan lemah, kemudian Dia menjadikan(-mu) kuat setelah keadaan lemah. Lalu, Dia menjadikan(-mu) lemah (kembali) setelah keadaan kuat dan beruban. Dia menciptakan apa yang Dia kehendaki. Dia Maha Mengetahui lagi Mahakuasa."


Fase Pemuda
Dalam tumbuh kembang manusia,  fase pemuda sering dibatasi dari mulai remaja awal sampai tahap dewasa. Secara usia akan cukup kesulitan karena setiap orang memiliki waktu sendiri untuk berubah dari remaja hingga dewasa. Tapi jika kita mengambil dari pengertian usia produktif, maka usia pemuda bisa dibatasi dari usia 21- 33 tahun. Bagi orang yang memahami dunia bola, maka akan tahu bawa pada pada range waktu itulah para pemain bola mengalami masa keemasan. 

Sementara dalam Al Qur'an, tidak dibatasi dengan usia. Tapi dengan memahami karakter sifatnya. Pemuda itu adalah fase dimana manusia itu ( laki-laki maupun perempuan ) kuat diantara dua kelemahan. Kelemahan dari fase anak dan kelemahan saat fase tua.

Kelemahan fase anak adalah lemah baik secara fisik maupun secara akal ( ilmu dan pemikiran ). Secara fisik, fase anak adalah fase pertumbuhan, belum mencapai tumbuh kembang maksimal. Secara imunitas juga belum terbentuk sempurna, hingga rentang terkena atau tertular penyakit. Secara akal, ilmu wawasan dan pemikiran, anak-anak juga masih tahap dasar, bahkan tamyiz pun belum. Membedakan antara baik dan buruk, benar salahpun masih bingun. Pengalaman masih sangat minim.

Sementara pada fase tua, maka fisikpun sudah mulai ada penurunan. Tenaga pun mulai berkurang, pun demikian dengan semangat. Secara ilmu, wawasan dan pemahaman bisa jadi sudah penuh. Tapi akan jadi kelemahan karena akhirnya banyak pertimbangan dalam mengambil keputusan dan bergerak. Ya, karena orang tua kan banyak yang dipikirkan, hingga banyak yang perlu dipilah pilih.

Di fase itulah pemuda itu ada. Fase dimana secara fisik sudah tumbuh sempurna, secara pemikiran sudah memiliki beberapa wawasan yang tidak akan membebani, dan karena masih sendiri biasanya lebih berani mengambil keputusan yang beresiko sekalipun. Ketiadaan pengalaman justru membuat pemuda itu banyak ide dan berani mengeksekusinya.

Hingga wajar kalau menurut Syekh Yusuf Qardawi, pemuda itu ibaratkan matahari yang bersinar di tengah hari. Panasnya paling terik, dan berada di posisi terbaik untuk menyebarkan sinarnya.


Pemuda dalam Kacamata Islam
Dalam sirah nawabiyah, kita mengenal sosok-sosok yang membantu perjuangan Rasulullah Saw. Mereka dikenal dengan istilah Sahabat Nabi. Maka kita mengenal Abu Bakar ra., yang usianya masuk Islam sekitar 37 tahun, ada juga Ustman ra.,  yang berusia sekitar 34 tahun. Umar bin Khattab ra diperkirakan berusia 21-22 tahun ketika menyatakan keislamannya. Saad bin abi waqash sekitar 17 tahun, pun demikian dengan Mus'aib bin Umair, Thalhah dan Zubair. Sedang Ali bin Abi Thalib masuk Islam sejak masa kanak-kanak. 

Dalam Al Qur'an banyak sosok pemuda yang menginspirasi. Jangan lupakan Nabi Daud as., Harun as., Musa as., Yusuf as. dan Yahya. Pemuda yang kisahnya sampai diabadikan menjadi nama surat adalah pemua Al Kahfi yang menolak musyrik lalu ditidurkan oleh Allah selama 300 tahun lebih di sebuah gua. Ada juga pemuda dalam kisah Ashabul Ukhdud, dimana si pemuda enggan melepas Islam dan berhasil membawa satu kota beriman dan syahid dibakar dalam parit - parit yang diisi api.

Satu kesamaan dari pemuda-pemuda diatas adalah semangat dan sepak terjang mereka melakukan perubahan. Keimanan menjadikan mereka meninggalkan kesenangan dunia. Saat pemuda lain asyik dengan masa muda, mereka malah berlajar agama. Saat pemuda -pemuda lain asyik dalam sebuah permainan, maka mereka malah serius memikirkan kelurusan aqidah.

Sebagai pemuda di akhir zaman, bisa jadi tantangan yang ada lebih berat dari sebelumnya. Terlalu banya hal-hal yang melenakan para pemuda dari urusan agama dan akhirat. Iblis dan konco-konconya membungkus dunia sedemikian indah hingga sulit ditolak pesonanya. Kesuksesan di usia muda malah sering menggerus sifat zuhud, qanaah. Hingga tanpa sadar pemuda berbaju shalih pun menjadi agen-agen dunia.

Dulu, ketika saya masih muda ada sosok sahabat yang sering diceritakan terkait pemuda dengan seluruh daya tariknya. Dalam bayangan saya, Mus'aib adalah sosok pemuda yang secara fisik sangat menarik, kalo dijaman now bisa diajak jadi anggota boyband atau jadi seorang idol ( hehehe halu jaman dulu enggak kepikiran sih, pokoknya keren aja ). Lalu begitu mengenal Islam berubah drastis.  Tampilannya tak lagi semerbak mewangi dengan jubah-jubah khas Arab yang mewah.

Mus'aib layaknya pemuda dengan sifat pemberaninya bisa jadi tidak terlalu berpikir jauh akan konseskuensi pilihannya. Dan dengan seluruh tekadnya pula dia menghadapi ujian, tekanan bahkan penolakan dari keluarganya. Sampai-sampai dia pun mengalami susah makan, susah minum, tidur di tempat kotor. Yang semua itu berpengaruh pada penampilannya. Bahkan sampai ketika beliau menemui kesyahidan, Rasulullah sampai terharu melihat selembar kain yang tidak mencukupi menutup tubuhnya. 

Itulah satu teladan pemuda yang berhasil melewati ujian dunia dan memenangkan keimanan dalam kehidupannya. Dan saya yakin saat ini pun ada pemuda-pemuda seperti Mus'aib, seperti Saad bin Abu Waqqash, seperti Umar bin Khattab, bahkan seperti Ali bin Abi Thalib ( radiyallahu anhum ), yang kelak akan jadi pemuda-pemuda yang menjadi ikon perubahan, dan cemerlang karena keimanan dan geraknya sebagai agen kebenaran. Wallahu a'lam bishowab






Sabtu, 09 Oktober 2021

4 Tipe Wanita Syurga Yang Perlu Diketahui


Assalamu'alaikum temen-temen, semoga kabar baik dan dalam kondisi sehat wal afiat. Dan semoga selalu dalam lindungan Allah aamiin Allahumma Aamiin...

Alhamdulillah kondisi sudah mulai membaik juga ya. Walau masih PPKM tapi anak-anak sudah bisa PTM-T. Walau terbatas, walau sebentar no problemo. Nikmati dan syukuri saja. Segitu juga anak-anak sudah senang walau orang tua harus cooperatif antar jemput dan menjaga prokes anak agar tetap aman untuk semua pihak. 

Meski demikian kegiatan yang melibatkan banyak massa tetap dihindari. Nikahan tetap dengan prokes ketat, mau ngundang-ngundang ya tetap dibatasi. Termasuk untuk kajian-kajian dan rapat-rapat, paltform online masih menjadi pilihan.  Tapi tetap harus fokus,  serius dan jangan lupakan adab-adab menghadiri majelis ilmu. Agar ilmu yang didapat berkah, bermanfaat dunia akhirat.

Satu kajian yang saya ikuti secara online adakah kajian tentang Kisah Para Rasul, tepatnya tentang Nabi Musa as. Dan ternyata kisah Nabi Musa ini memang memiliki porsi banyak dalam Al Qur'an. Bisa dibilang bahwa kisah Nabi Musa ini tersebar dalam banyak surat-surat panjang dalam Al Qur'an, seperti Al Baqarah, Al Maidah, Ibrahim, An Naml, Al Khafi, Al Qasshas dan banyak lagi.

Dan satu hikmah yang didapat ketika membahas tentang masa kecil Nabi Musa AS adalah Kisah satu dari 4 pemuka wanita syurga, yaitu Asiyah binti Muhazim. Beliau adalah istri Fir'aun ( Ramses II ) yang berasal dari kalangan bangsawan dari kerajaan Mesir yang beriman. Sedang Ramses II yang merupakan anak dari Ramses I adalah golongan dari penghuni Istana yang ingkar ( terletak di Memphis ibu kota Mesir Kuno ).

Dikisahkan bahwa Ramses II dan Asiyah adalah teman sebaya, sudah kenal sejak kecil. Namun, yang tidak diketahui oleh calon raja itu adalah tentang keyakinan dari Asiyah yang terkenal dengan kecantikannya. Ya,  Asiyah adalah  seorang muslimah menyembunyikan keimanannya karena ancaman dari penguasa akan membunuh siapa saja yang tetap mengikuti agama Yusuf as. 

Sejak belia Ramses II ini sudah terpesona oleh kecantikan Putri Asiyah, dan keiinginannya untuk mempersunting sang muslimah baru terwujud setelah naik tahta menggantikan Ramses I.  Asiyah dalam posisi ditekan dan tak ada pilihan, dengan syarat tetap diijinkan beribadah sesuai keyakinannya, maka Asiyah pun menikah dengan Ramses dan menjadi Ratu Mesir.

Kejadian Musa remaja membunuh seorang Qibti membuat Fir'aun murka. Dan karena bisikan dari ketua ahli sihirnya maka Fir'aun pun menjatuhkan hukuman yang sangat kejam. Hingga Asiyah binti Muhazim pun mendapatkan kesyahidannya saat itu dan mendapatkan balasan rumah di Syurga yang terbebas dari tekanan dan siksaan.

Asiyah adalah pemimpin dari wanita yang diuji oleh Allah mendapatkan suami kejam. Ujian itu tidak membuatnya putus asa, apalagi berpaling dari keimanan. Justru tetap yakin pada pertolongan Allah. kelak beliau akan mengibarkan bendera dan memanggil para wanita beriman yang diuji dengan kondisi yang sama dan tetap bersabar dalam kondisi tersebut.

Sedang Maryam Binti Imran yang merupakan ibunda dari Nabi Isa akan memimpin para wanita shalihah yang sampai wafatnya tidak bertemu jodoh di dunia, tetap menjaga kehormatan walau sendirian di dunia. Kesabaran ini dihargai okeh Allah, saat seorang wanita diuji dengan jodoh yang seolah menjauh tapi tetap taat, berbakti, rajin ibadah dan husnudzan pada takdir Allah.

Ibunda Khadijah binti Khuwailid radiyallahu anha, adalah pemimpin bagi wanita shalihah yang mendapat suami lebih muda, hingga diuji dengan banyaknya pengorbanan yang harus dilakukan. Khadijah ra., mengorbankan apapun yang dimiliki untuk mengabdi pada suami, sampai suaminya ridha. Beliau akan menjadi pemimpin bagi muslimah yang senantiasa taat dan mau berkorban, melakukan yang terbaik untuk berbakti pada suaminya.

Terakhir adalah Fathimah Binti Rasulullah Saw., adalah gambaran istri yang diuji dengan suami yang lebih tua, yang kurang hartanya, dan memiliki anak yang banyak. Betapa Fathimah yang anak pemimpin Islam hidup sangat sederhana, harta yang sedikit, tapi  senatiasa mendukung suaminya untuk berjuang di jalan Islam. Dan beliau akan menjadi pemimpin bagi para muslimah yang diuji hal yang sama seperti beliau, dan mampu bersabar hingga Allah ridha.

Penjelasan ustadz yang disampaikan dengan santai itu ternyata bisa membuat saya terkaget-kaget. Masyaa Allah tabarrakallah, kerena selama ini kok asa enggak kepikiran. Tidak terlintas bahwa sejatinya wanita itu akan diuji dengan 4 hal tadi. Ibarat ada rangking ujian hidup yang biasa dialami para wanita ya empat hal tadi yang termasuk 4 besarnya. Ini tidak bermaksud mengecilkan ujian-ujian lainnya ya... tidak sama sekali.

Intinya bahwa hidup ini memang tempatnya ujian, dan itu sebagai bahan pembuktian apakah kita tetap dalam keimanan atau berpaling, wallahu a'lam bishowab.


Minggu, 15 Agustus 2021

Semangat Muharram: Amal Istimewa

Assalamu'alaikum men temen
Jumpa lagi di tahun baru 1443 H nih...

Moment Tahun Baru Islam baru saja diperingati oleh Ummat Islam. Bukan mengedepankan seremonial tapi lebih ke arah mengambil ibrah dari peristiwa yang melatarbelakangi penetapan kalender hijriyah ini. Minimalnya setahun sekali tafakur dan muhasabah 😊

Ya, peristiwa itu itu adalah hijrah Nabi Muhammad Saw., ke Madinah. Dalam beberapa keterangan sejarah, Rasulullah tidak berhijrah ke Madinah di bulan Muharram tapi sekitar Rabiul Awal tahun ke 12 kenabian. Namun bukan berarti Muharram tidak ada peritiwa penting sehingga ditentukan sebagai awal tahun hijriyah.

Di bulan Dzulhijjah, setelah melakukan ibadah haji beberapa orang yang sudah beriman dari Yatsrib melakukan janji setia yang disebut Baitul Aqabah. Dan di bulan Muharram diyakini sebagian ahli sejarah sebagai bulan pemantapan niat untuk berhijrah. Di buktikan dengan dimulainya hijrah awal ke Habasyah ( Ethiopia).

Lalu apa ibrah yang bisa diambil dari semangat hijrah ini?

Hijrah memang berarti berpindah, bukan pindah tempat saja. Tapi juga pindah kondisi, pemahaman, kesadaran bahkan aksi. Ya, memang hijrah seluas itu artinya. Saat ada orang berniat meninggalkan yang haram ke halal disebut hijrah. Saat ada orang yang bergerak ke arah taat itu juga hijrah. Berubah dari yang buruk ke arah baik, juga disebut hijrah.

Makanya, saat ditanya apa resolusi di tahun 1443 H ini, kepikiran ingin jadi lebih baik  dengan amal- amal istimewa. Maksudnya, amal yang selama ini memang belum dilakukan dan tahun ini coba dilakukan dan dibiasakan ( dirutinkan ). Atau bisa jadi sudah dilakukan tapi lebih dimaknai, lebih ditingkatkan kualitasnya. 

Misal, sedekah yang biasanya kalo lagi ada aja, sekarang mah kalau bisa membiasakan sedekah di kala sempit. Atau biasanya bangun tidur mendekati adzan subuh sekarang lebih awal lagi. Supaya rakaat shalat malamnya bertambah. Lebih sabar dalam mengurus keluarga. Apalagi masa-masa PJJ atau BDR memang sungguh menggoda emosi hehehe. Lebih shalihah menjadi pribadi, istri dan ibu.

Saya ingat akan sebuah nasehat, yang kurang lebih isinya seperti ini, jika ingin punya kedudukan khusus, maka lakukanlah amal-amal langka. Amal-amal istimewa. Seperti Keluarga Imran yang menepati setiap janji yang terucap, walau berat. Seperti Keluarga Ibrahim as., yang mendahulukan cinta dan taat  pada Allah dibanding lainnya. Seperi Adam as. yang segera bertobat saat menyadari telah berbuat dosa, seperti Nuh as., yang tetap setia dalam tugasnya meski banyak cemoohan dan hinaan yang diterima.

Saya juga ingat ada yang berpendapat resolusi itu anggaplah doa. Yang jika kita upayakan insyaallah akan dikabulkan. Yes, saya sepakat dong. Dalam artian ketika berdoa saya juga berusaha untuk melakukan aksi agar doa terkabul. Ingin dapat hidayah pasti upaya yang dilakukan minimalnya rajin dengerin tausiyah, mendatangi kajian ( sekarang mah masih belum bisa ya, online saja deh ), dan berteman dengan orang -orang yang ingin dapat hidayah juga. 

Apalagi, Allah itu sesuai persangkaan hambaNya. Jika yakin doanya bakal dikabulkannya, Allah akan mengabulkannya permohonannya. Bahkan melebihi keinginan si hamba itu sendiri. Karena Allah itu Maha Pemurah ( Al Kariim ).

Jadi sudah siap dengan resolusi apa nih men temen. Sudah siap dengan amal istimewa apa? Yuk niatkan, yuk azzamkan yuk upayakan...
Bismillah biidznillah, yakin bisa. 

Minggu, 08 Agustus 2021

Dzulhijjah Story - Ismail Pun Mengalami PJJ


Bismillahirrahmanirrahim

Hampir 18 bulan kita berada dalam musim pandemi. Banyak kebiasaan baru yang akhirnya  terbentuk. Mulai dari pakai masker, rajin cuci tangan, antri vaksi, kerja dari rumah dan jangan lupa belajar jarak jauh.

Awalnya bisa jadi gagap, asing, terseret-seret sampai senewen. Ibu -ibu  mengeluh karena pembelajaran secara online ini menambah beban pekerjaan. Murid-murid yang tak paham apa-apa selama sekolah daring. Guru yang kerepotan karena harus on sampai tengah malam menunggu tugas -tugas yang masuk, dan hal lainnya yang akhirnya membawa kita pada kata  'bisa'.

Jauh sebelumnya, ribuan tahun yang lalu Ismail as., pun pernah mengalami kondisi seperti ini. Berpisah dari ayahnya ( guru utamanya ), ditengah keterbatasan fasilitas. Tanpa gadget, wifi, internet.  Bahkan kebutuhan pokok untuk bertahan hidup pun sulit di dapat. 

Sekian tahun kemudian, sang ayab Ibrahim as., datang dengan perintah Allah untuk menyembelihnya. Lalu terjadilah percakapan yang keindahannya diabadikan dalam Al Qur'an, "Wahai Ayahku tersayang ( Abati ), lakukanlah apa yang diperintahkan ( Allah ) kepadamu. Insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang yang sabar."

Bagaimana bisa Ismail tumbuh begitu sabar, tabah dan pemaaf ( halim )?

Dialah Sayyidah Hajar yang ternyata menjadi kunci suksesnya pembelajaran jarak jauh ala Ismail waktu itu. Jika Hajar tidak tabah, banyak mengeluh, pasti Ismail pun akan menjadi pribadi yang lemah dan cengeng. Jika Hajar selalu berprasangka buruk pada takdir Allah,  maka Ismail akan menolak apa yang perintahNya. Jikalau Hajar kurang tawakal maka pastinya Ismail pun akan tumbuh menjadi anak pendemdam.

"Jika ini ketentuan Allah, maka aku yakin Allah tak akan menyia-nyiakan hambaNya." Inilah kalimat Hajar yang menunjukkan betapa kuat dan yakinnya beliau pada pertolongan Allah Swt.

Pandemi ini mengembalikan pada peran utama seorang ibu, madrasatul ula untuk anak-anaknya. Bersemangatlah duhai para ibu, yakin Allah tidak akan membiarkan upayamu sia-sia...

Akhir Dzulhijjah 1442
Masih Dzulhijjah story
By Ummi Ayesha

Sabtu, 07 Agustus 2021

Ridha Dan Resep Bahagia

Bismillahirrahmanirrahim
Semalam saya ikutan sebuah kajian tentang Nabi ibrahim as di IG streaming. Dan setelah sinyal yang menggoda timbul tenggelam, Alhamdulillah kegiatan bisa diikuti. Dan agar tetap teringat saya tuliskan di sini ya. Semoga bisa jadi pengingat khususnya buat saya dan umumnya untuk kita semua. 

Yuk mulai... 


Di zaman pandemi ini, rasa-rasanya kata bahagia itu sangat mahal. Padahal bahagia sangat penting untuk menaikkan imun. Dan imun yang kuat akan membuat kita 'strong' juga menghadapi makhluk Allah super kecil yang bernama virus covid 19 ini.

Bagaimana bisa bahagia, kalau ternyata penghasilan seret. Bagaimana bisa hepi kalau banyak kebiasaan baru yang bikin diri terasa makin terasing. Harus dirumah saja, menghadapi anak-anak yang bikin puyeng karena belajar online. Ya, kalau sinyal dan gadget bersahabat. Kalau lagi ngambek pasti emosi naik sekian tinggi, mirip level pedas seblak deket rumah.

Bagaimana bisa bahagia kalau ternyata diri dan keluarga terpapar covid. Mesti isoman yang bikin makin gugup. Percaya deh, saya sudah mengalami dan kalau kurang kuat iman, imun dan semangat bakalan down dan lama bangkitnya.

Bagaimana bisa senyum kalau ternyata diuji dengan kehilangan anggota keluarga tersayang. Saya sendiri begitu tahu ibu kemungkinan terpapar di kampung sana, sempet susah tidur.  Ya, Rabbanaa... khawatir sekali terlebih setiap hari mendengar kabar beberapa tetangga dan teman alumni sekolah ada yang berpulang.

Saat diuji dengan kesedihan, kehilangan sebenarnya sikap yang dilakukan adalah sabar. Dan langkah pertama adalah menerima ketetapan Allah. Yakin Allah itu Maha Baik, maka yakin saja ketetapanNya pun pasti baik untuk hambaNya.

Lalu ingatlah bahwa semua yang dimiliki adalah milik Allah. Kita hanya pihak yang dititipi dan diberi ijin untuk menggunakannya dalam jangka batas waktu tertentu. Jadi jika sewaktu-waktu sang pemilik memintanya kembali ya sah-sah saja.

Susah?
Berat?
Sedih?
manusiawi kok, tapi jangan berlama-lama. Jangan juga berlebihan sampai meraung - raung dan tidak menerima takdir. 

Ada dua kisah ideal tentang husnudzan dan tawakal penuh pada Allah. Yaitu  Ibunda Hajar -saat ditinggalkan di Bakkah-  dan Ummu Sulaim saat mendapat ujian anaknya meninggal.  

Mari kita lihat ending dari dua kisah ini. Ismail yang menjadi pribadi halim ( sabar, tabah, taat, patuh dan pemaaf ) mewariskan sifat itu pada Muhammad Saw., satu- satunya keturunan beliau yang jadi nabi dan rasul. Lalu anak yang didatangkan Allah sebagai ganti anak yang meninggal  dari Ummu Sulaim melahirkan 7 keturunan yang semuanya pemikul Al qur'an, masyaa Allah tabarrakallah.

Artinya, yakinlah saat kita menerima takdir Allah maka ada takdir baik juga yang menanti. 
Saat kita bisa menerima ketetapan Allah saat itu kita bisa bahagia. 

masih Dzulhijjah story
By Ummi Ayesha
catatan hasil menyimak kisah Ibrahim as

Senin, 19 Juli 2021

Memory of Hajj part 1- Awal Mula



Bismillahirrahmanirrahim...
Assalamu'alaikum Teman-teman...
Setelah lulus isoman,  ternyata tetap ya butuh waktu untuk pulih seperti sedia kala. Hampir sepekan saya masih merasakan diare. Perut yang begitu manja dan insomnia selama hampir 3 pekan. Rasanya tidur itu cuma 2-3 jam semalam. Bisa dibayangkan esok harinya sepusing apa.  

Alhamdulillah, dukungan dan semangat dari keluarga terus mengalir dan Alhamdulillah memasuki akhir Dzulqa'dah semua kembali terasa normal. Minimal tidur dah bisa 4 jam ( nambah lah dari yang tadinya 2 jam semalam hehehe, tetap harus disyukuri ). 

Beberapa agenda juga sudah harus mulai digulirkan. Yang terdekat adalah moment qurban, dari mulai mengadakan kajian online di komunitas Rumah Muslimah ( RuMus ) Juara  tentang qurban, lanjut bantu relawan untuk mensukseskan program sehatiqu ( Sebar hewan titipan qurban ) Juara. Dan kegiatan Kajian Online Rumah Muslimah ( KORMA ) setelah Idul Adha.

Menjelang akhir Dzulqa'dah, kenangan safar 2 tahun yang lalu kembali muncul. Dan keinginan untuk menuliskan sekilas kenangan itu untuk berbagi dengan teman semua kembali hadir. Dan inilah akhirnha, bertepatan dengan gema takbir di tanggal 10 Dzulhijjah, yuk kembali napak tilas perjalanan menjadi Duyufurrahman  tahun 2019. 

Bermula di 2012
Jujur, saya tidak pernah menyangka bisa berangkat haji. Mungkin karena mikirnya masih gini, 'Ah... haji kan walau rukun islam ke 5 tapi bagi yang mampu.' Seolah- olah kalau tidak mampu ya... ada semacam keringanan untuk tidak berangkat. Kacau banget kan mikirnya. 

Ditambah sedari kecil melihat yang berangkat haji memang dari orang-orang kaya saja. Saat itu belum mendengar dan membaca kisah-kisah keajaiban dari para perindu Baitullah. Merasa tertohok saat membaca tukang gorengan saja bisa naik haji, walau harus nabung puluhan tahun. Belum jadi penggemar sinetron Tukang Bubur Naik Haji yang ngehits pada zamannya hehehe.

Intinya ya belum dapat hidayah kalau namanya Rukun itu ya wajib dipenuhi, walau tidak kebayang bagaimana melakukannya. Masih berpikirnya adalah bagaimana caranya ngumpulin banyak uang untuk bisa disebut mampu atau kaya. Singkatnya, masih memandang bahwa berangkat haji itu karena usaha keras manusia untuk bekerja, nabung dan lain sebagainya. Melupakan Allah yang justru sebagai penentu perintah, pemilik rumah suci . Jujue  hati dan keimanan masih tumpang tindih. Memandang semua  busa karena kemampuan diri semata melupakan bahwa Allah yang memampukan Allah lah yang mengundang hambaNya ke rumahNya. Astaghfirullah...

Pemahaman lainnya adalah yang naik haji itu orang-orang tua. Karena dari kecil, budaya tilik kaji kalau di jawa itu pastinyang didatangi ya orang-orang sepuh. Pas kuliah pun menemukan fenomena yang sama. Seolah-olah kakek nenek saja yang pantas naik haji ( duhh... gini-gini amat ya aku tuh...). Pun dengan bapak ibu yang berangkat sudah ditas 50 tahun. Abah- panggilankl kami kepada beliau - berangkat dalam usia 62 tahun. Karena beliau meninggal kurang lebih 40 hari sepulang dari tanah suci. 

Baru setelah pindah ke komplek dibikin kaget kok tetangga yang masih muda-muda, masih 40 tahun bahkan belum 40 tahun sudah berangkat haji. Dan keyakinan diri terpatahkan saat mendengar tausiyah di sebuah walimatussafar, bahwa ibadah haji itu ibadah fisik, jadi berharaplah bisa berangkat saat usia muda, saat tubuh masik berenergi dan kuat. Ditambah kenyataan saat Abah berangkat dalam kondisi payah, pulih dari stroke dengan jalan kaki satu diseret dan bicara yang tidak jelas ( auto mewek inget ke Abah almarhum.. alfatihah). 

Tapi itupun tidak kemudian jadi ada tekad untuk berangkat haji, minimalnya buka tabungan haji. Kondisi tabungan selalu ludes di akhir bulan. Ibaratkan tidak hutang sampai tanggal gajian sudah sangat bersyukur. Memiliki 5 anak  yang masih salah satunya kembar dan biaya sekolah mereka saja sudah cukup membuat kepala cenat-cenut. 

Tapi sungguh Allah itu Maha Penentu, Maha Baik.  Ternyata pak suami yang berniat dan senantiasa berharap berangkat haji dalam kondisi muda, sehat dan kuat. Uangnya dari mana? Nah, kalau dia mah orangnya positif thingking, husnudzan selalu ke Allah. Yakin ada jalan, pasti ada rezekinya. 

Dan ternyata jalan itu datang dari bapak mertua. Ya, sebegitu mudahnya Allah mendatangkan rezeki bagi hambaNya. Hingga kami bisa mendaftar haji di tanun 2012. Dan kabar baik lainnya datang,  saya dinyatakan hamil si nomer 6 dan harus menunggu sekitar 7 tahun sampai waktu keberangkatan. Allahu Akbar...

Sejak itu, mulailah memperbaiki apa -apa yang ada di diri. Memperbaiki pola pikir, pemahaman, serta keyakinan. Membersihkan dan mulai selektif dalam mencari rezeki dan melangkah. Menambah ilmu dan wawasan tentang ibadah haji sekaligus menambah terus motivasi untuk menjadi tamu Allah..


Doa Abah
Saya dulu heran kenapa setiap orang yang mendatangi calon tamu Allah selalu nitip doa, 'sebut nama saya ya. Panggil saya di depan Ka'bah.' Nah, ketika orang tua mau berangkat pun saya enggak minta didoakan apa-apa. Jangan berpikir saya sombong atau enggak yakin ijabahnya Masjidil Haram maupun Raudhah. Tapi saya bingung mau minta didoakan apa. Kan masih belum yakin bisa berangkat karena kondisi keuangan keluarga yang masih tipis hehehe. 

FYI, Abah dan Mamah berangkat tahun 2008. Anak saya sudah 4 dan yang paling besar baru 5 tahun an. Si kembar 3 tahun dan si nomer 4 masih 1 tahun lebih. Pikiran naik haji jauh banget, asli jauhhh banget. 

Tapi pas pulang haji, Abah bilang sama saya, kalau beliau doain khusus agar dimudahkan berangkat haji. Saya agak terkekeh sebenarnya, merasa geli sekaligus penasaran, apa iya doa Abah akan terkabul? Sementara adik-adik saya didoakan hal yang lain, sesuai kebutuhan. Misal Adik saya yang pertama didoakan cepat dapat momongan, dan si bungsu diminta semoga hidupnya tercukupi semua kebutuhannya.

"Abah yakin kamu bakalan bisa naik haji, suami kamu jadi PNS dan lancar rezeki untuk anak-anak.  Abah sudah doain kamu."

"Nggih Bah, matur nuwun sangat, mugi-mugi diijabah." 

Dan satu-satu doa Abah terbukti, hal ini yang kadang bikin saya suka mencelos dan merasa bersalah sudah pernah 'menertawakan' doa orang tua, astagfirullah hal adzim.

Pesan moralnya sih, jangan anggap remeh doa orang tuamu. Bagi yang orangtuanya masih hidup rajin-rajinlah minya doa pada orang tua. Buatlah mereka ridha pada kita dan doakan mereka juga selalu. Jika sudah tiada, doakan mereka dan jadilah anak shalih. Sehingga amal kita bisa jadi pahala yang mengalir ke mereka karena mereka sudah mendidik, mengasuh, merawat kita dari kecil.

Wallahu a'lam.bishowab...

Next part adalah mulainya manasik haji dan tahun keberangkatan yaa...








Minggu, 27 Juni 2021

Cerita 14 Hari Isoman


Bismillahirrahmanirrahim...

Assalamu'alaikum teman semau, tak terasa hampir 2 tahun kita hidup di masa pandemi. Dari yang awalnya hanya melihat dengan terheran-heran berita dari Wuhan, sampai akhirnya virus itu begitu dekat bahkan diri juga sempat terpapar. Rasanya masih tidak percaya, tapi kerasa ya... mau gimana lagi, selain menerima ujian berupa wabah ini.


Awal Terkena Covid 19
Sempat kaget, mengingat selama ini cukup menjaga prokes. Memakai masker setiap keluar rumah, tidak dalam kerumunan, jaga jarak, bahkan setia enggak kemana-mana alias di rumah saja. Tapi namanya wabah, bisa kena siapa saja kan? 

Ahad malam senin, pa suami sudah ngeluh tenggorokan sakit. Kayak mau pilek gitu. Minta dibuatin air madu, tambah  jamu tolak angin, alhamdillah badan agak kerasa enakan. Tapi paginya sudah mulai ngeluh panas dingin, sampai pakai baju berlapis -lapis. Gigi terasa goyang dan tulang linu-linu. Perut juga mulai terasa kurang nyaman dan suhu badan pun terus naik. 

Konsul sama dokter langganan via WA, dan diberi obat turun panas, obat untuk keluhan linu, antibotik juga obat pileknya. Pas hari Rabu, suami sudah ngerasa enakan. Udah enggak mampet dan bisa nafas dari hidung. Jadi selama mampet ( dan itu semalaman ) nafas dari mulut. Qadarullah, saya yang mulai ngeluh demam, panas dingin dan pegal-pegel. 

Hari Jum'at, suami mulai ngerasa kehilangan penciuman tanpa mampet dan pilek. Curiga deh,  karena biasanya kalo pilek juga suka enggak bisa nyium bau-bau tapi karena mampet hidung. Lha, ini hidung oke-oke saja tapi enggak bisa membaui apapun,  termasuk obat nyamuk semprot yang baunya bisa bikin mual plus  batuk -batuk. 

Fix, kita putusin untuk swab berdua. Setelah konsul sama dokter di klinik, kita pun lakukan swab antigen, dan hasilnya dua -duanya positif. Kabar baik saturasi oksigen kami masih cukup baik. Saya masih 97% , sedang suami dibawah saya 93%. Alhamdulillah tidak ada sesak dan pas diperiksa suara di paru-paru juga bersih. 

Dokter pun menyarankan kamu untuk isolasi mandiri, tidak perlu ke rumah sakit karena saturasi oksigen masih cukup baik dan tidak ada penyakit lainnya yang membahayakan. Kami juga dapat obat untuk menghilangkan gejala-gejala yang masih kami keluhkan, seperti demam, batuk pilek, vitamin komplek dosis tinggi dan vitamin D. Kami juga diingatkan untuk berjemur setiap hari, dan kalau bisa punya alat oximeter untuk mengukur saturasi oksigen dalam darah. 


Bekal Utama Isolasi Mandiri
Berbekal Tata Laksana Isolasi Mandiri dari klinik dan arahan dokter, bismillah kami pun melakukan isolasi mandiri. Pertama yang kami lakukan mengatakan pada anak-anak. Karena selama kami gejala awal anak-anak bersama dalam satu rumah, akhirnya kita ambil semua ikutan isoman. 

Kalau menurut saya yang perlu disiapkan 
Pertama, yang dilakukan adalah mempersiapkan iman dan mental. Covid ini penyakit yang unik, yang terpapar sampai dikucilkan sama dengan penderita HIV. Nah, kalau enggak siap hati ( iman ) dan mental jatuhnya bisa stress dan akhirnya malah drop imunitas tubuh.

Makanya yang pertama kami tanamkan dalam diri  adalah menerima bahwa sakit ini dari Allah, dan Allah juga yang akan mengangkatnya. Lakukan saja ikhtiar kita untuk sembuh seperti yang sudah disarankan dokter. Lalu bertawakal sungguh-sungguh, Allah ma'ana... Allah bersama kita, bersabarlah.

Kedua, Laa Tahzan  jangan takut, jauhi panik, karena itu tidak menolongmu. Dekati Allah, karena Dialah yang akan menolongmu. Itu yang berulang kali kami ucapkan pada diri dan anak-anak. Yakin, semua ini pasti ada hikmahnya, jadi jangan terlalu merasa sedih dan kecewa. 

Ketiga, jauhi stress, karena akan berpengaruh pada imun. Bukan meminta untuk happy ketawa-ketawa juga, tapi lebih ke tenang. Yakin,  setiap ketetapan Allah itu pasti baik, walau datang dalam keadaan yang bisa jadi tidak kita sukai.
 
Maka yang diperlukan adalah memperbesar prasangka baik padaNya. Meyakini bahwa Allah akan selalu ada, pertolonganNya dekat. 


14 Hari Isolasi Mandiri
Langkah selanjutnya adalah lapor ke pihak terkait, yaitu RT dan RW. Mengingat selama ini Pa Suami memang ngurus surat-surat yang dibutuhkan warga Se RT. Saya yang pegang admin OWOJ juga lapor ke pengurus, ijin mau fokus dulu ke keluarga jadi admin lainnya bisa handle laporan di grup OWOJ  intinya show must go on kan...

Demikian juga ke komunitas karena ada kegiatan zoom meeting yang qadarullah temanya pas banget dengan kondisi diri dan masyarakat kebanyakan, Meningkatkan Imunitas Keluarga. Jadi saya pun kasih info, dan mohon doa untuk kelancaran isoman yang akan kami lakukan.

Kemudian persiapan logistik, minimal kebutuhan makanan pokok ready. Karena pas pulang swab kita sudah langsung isoman, maka pilihan kita jatuh ke belanja secara sistem delivery. Jadilah kita pilih minimarket yang cukup komplit dan punya layanan kirim belanjaan. Dari mulai beras, gas, minyak goreng, kecap, peralatan kamar mandi, snack sampai kebutuhan khusus wanita semacam pembalut. 

Kita juga minta tetangga atau orang yang kita percaya untuk belanja sayur, buah dan kebutuhan harian. Lalu bismillah saja lakukan isoman, dan Alhamdulillah pertolongan Allah dari arah tak terduga. Ada tetangga yang mengirim telur, mie, cemilan untuk anak-anak, ada yang kirim buah, lauk siap makan, dan banyak hal yang akhirnya membuat kita ringan menjalani isoman ini.

Banyak yang bertanya bagaimana anak-anak, kok enggak diungsikan ke rumah saudara? Kami mikirnya gini, 5 hari kami berdua sudah bareng- bareng sama mereka. Jadi khawatirnya walaupun mereka tidak menunjukkan gejala tapi sudah terpapar virus juga. Oke, lebih bijaksana kalau satu rumah isoman. Tentu saja dengan dibagi, anak yang tidak bergejala dikumpulkan satu ruangan. Ada bertiga, Si sulung dan dua bocah kecil.  dua gadis ternyata menunjukkan gejala walau lebih ringan dari ayah ibunya. Jadilah yang dua orang dikumpulkan satu ruangan juga.  Idealnya satu ruangan satu orang, balik lagi kondisi yang ada jauh dari ideal, tapi gak papa optimis bisa isoman aja kita mah hehehe.

Lalu alat makan, alat sholat, tidak boleh gantian. Harus dipakai dan cuci sendiri. Pemakaian kamar mandi juga karena cuma satu, ya setelah pakai semprot disenfektan. Lalu beri jarak waktu sebelum dipakai oleh yang lain. Yang batuk, pakai masker walau di rumah. Jangan ngumpul ngumpul dulu. Berjemur jangan lupa sampai dibuat antrian hehehe.


Bagaimana Sih Positif Covid itu?
Ini juga banyak yang nanya nih. Sekali lagi saya hanya sharing pengalaman, apa yang saya rasakan bukan berdasar ilmu medis atau teori apapun yaa...

Garis besarnya ya, kondisi tiap orang beda-beda keluhan pun bisa jadi enggak sama. Suami saya termasuk lebih cepat pulih, setelah anosmia hilang, pergerakan ke arah pulih terlihat jelas. Beda dengan saya yang ambruk karena keluhan diare hampir 1 pekan lamanya.  Anosmia hampir 5 hari, jadi kurang nafsu makan. Saturasi oksigen saya bagus bagus saja, tapi pak suami stay di angka 93-91. Dia enjoy makan apa saja, saya enggak bisa masuk sayur, buah, dan produk susu selama diare. Wajar kalo saya lebih banyak ambruk di kasur dan merasa lemes banget. 

Disitu saya diingatkan pentingnya sabar. Ingat yang memberi sembuh itu Allah, jangan nuntut ke Allah agar segera menyembuhkan kita, tapi tambah saja kesabaran kita. Lakukan ikhtiar sebaik mungkin, dan yakin Allah akan memberi kita takdir terbaik.


Isoman Makin Dekat dengan Allah...
Ya, ujian apapun harusnya membuat kita makin dekat pada Allah Swt. Itulah yang akhirnya membuat saya lebih banyak memanfaatkan waktu selama isoman dengan berdzikir, membaca, melihat tayangan youtube islami, belajar lagi sejarah dari banyak channel di di dunia maya.

Saya juga agak menurup diri dari membaca apapun terkait covid 19 kecuali dari sumber yang jelas dan bertanggung jawab. Misal dari zoom meeting yang diadakan oleh satgas sekolah anak-anak dengan narasumber dokter-dokter yang menangani pasien covid dan paham kondisi di lapangan. Termasuk SOP dari penanganan pandemi ini.

Intinya saya tidak mau terlalu banyak makan hoax yang malah jadi sebab ketakutan, panik dan stress. Lebih baik konsultasi dengan dokter yang menangani kami selama isoman dan bersabar menjalani 14 hari isoman. Mendengarkan nasehat yang menguatkan iman dan berdzikir agar hati tenang.

Nah, itulah cerita pengalaman 14 hari isoman, semoga pandemi ini cepat selesai dan kita bisa mendapatkan hikmah pelajaran dari pandemi ini...***


















Sabtu, 17 April 2021

Sedekah Paling Utama


Assalamualaikum men temen...

Sudah hari ke-6 Ramadha lagi ya, Alhamdulillah. Semoga tetap semangat berkarya dan beramal shalih di bulan suci ini. 

Salam suatu hadist dikatakan bahwa Rasulullah Saw., adalah seorang yang sangat dermawan. Dan beliau sangat dermawan di bulan Ramadhan. Kedermawanan beliau lebih baik dari angin yang berhembus. Hadist yang diriwayatkan oleh Bukhari ini betul-betul menasehati dan menyemangati diri sebagai ummatnya dalam beramal di bulan suci.

Tapi kondisi pandemi memang berimbas pada semuanya. Jualan yang dulunya rame sempet sepi. Bisnis yang awalnya hidup, sekarang mirip hidup enggan matipun tak mau. Orang-orang yang masih punya gaji tetap saja menjerit karena harga-harga naik. Apalagi yang memang penghasilannya harus dicari setiap hari. subhanallah.

Kondisi ini seringnya membuat kita melewatkan kesempatan bersedekah dan berbagi. "Hei... kondisi gue juga lagi minus nih, nanto saja kalu dah lebih gue sedekah." Atau yang sering didengar, "Buat malan sendiri saja susah, bagaimana mau berbagi." Bisa juga rada sopan, "Nanti yaaa kalau ada lebih dikit, gue sedekah deh."

Padahal seringnya kalau sudah berlalu kesempitan manusia itu hobi lupa. Susab berlebih enggan bersedekah, alasannya ini kan hasil kerja banting tulang, enak aja dibagi ( noted ). Saat sudah lapang, malah puas-puasin memenuhi keinginan yang saat sempit tertunda. Saat sudah berlebih malah banyakan belanja atau naikin gaya hidup dari pada sedekah. Astagfirullah, duhh inget diri juga masih suka gitu mikirnya.

Padahal sedekah paling utama justru disaat kita sempit, susah, serba kekurangan. Ibaratnya, sedekah di waktu mudah mah biasa, yang luar biasa itu sedekah dikala susah. Bayangin berkorbannya kayak apa. Kuat niatnya seperti apa, yakin ke janji Allahnya bagaimana. Beda saat semuanya mudah atau kita dalam kondisi mampu, kan?

Di zaman Nabi, orang bersedekah itu berlomba-lomba. Karena Nabi mencontohkannya dengan jelas. Beliau sangat dermawan, padahal di rumah beliau sering kali enggak ada makanan. Demikian juga dengan putri beliau, Fathimah ra., yang memberikan roti sarapan keluarganya untuk pengemis. Atau Abu Bakar yang menyisakan setumpuk kerikil hanya agar membuat ayahnya Abu Qufahah ra. Atau kisah Abdurrahman bin Auf yang kalau sedekah tak pernah mikir untung rugi. Demikian juga dengan Ustman bin Affan, Umar bin Khattab dan sahabat lainnya ( radiyaallhu anhum ).

Nah, mumpung di bulan baik, yuk bersemangat berbagi, bersedekah yang terbaik. Jangan khawatir hartamu habis, karena janji Allah sedekah justru menyuburkan harta.  Jangan khawatir miskin, karena tidak sedekah itu justru mengundang rezeki. 

Terlebih di bulan ini disebut juga syahrul judd, bulan berbagi dengan yatim dan dhufa. Jadilah penyantun-penyantun dhuafa dan yatim, kelak engka7 akan bertetangga dengan Nabi di surga. Masyaa Allah tabarrakallah...

Wallahu 'alam bishowab.
semoga bermanfaat

Senin, 12 April 2021

Optimalisasi Amal untuk Mencapai Goal-Goal Ramadhan

Assalamu'alaikum temen-temen...

Alhamdulillah, jika diijinkan oleh Allah besok kita akan memasuki bulan suci Ramahdhan. Artinya nanti malam kita sudah mulai melaksanakan ibadah shalat tarawih yang menjadi satu amaliah khusus di Ramadhan. Tapi sebelum betul-betul memasuki Ramadhan sudahkah kita mengucap tahniah, membuat persiapan, mencanangkan target-target berdasar 3goal Ramadhan yang sudah termaktub dalam Al Qur'an.

Dalam sebuah riwayat diceritakan bahwa Rasulullah Saw., setiap akan memasuki Ramadhan selalu melakukan sambutan, dengan membaca doa  seperti  berikut :

 

Ramadhan kali ini masih dalam kondisi pandemi, ya teman-teman. Kondisi yang membuat kita bisa jadi makin bosan karena kurang semangat karena pasti banyak dibatasi aktifitasnya. Padahal kita sedang kedatangan tamu agung. Bagi yang memahami pasti akan bergegas bersiap-siap jangan sampai si tamu agung ini 'nganggur' tidak dimanfaatkan. Karena tak ingin merugi maka inilah yang membuat saya gencar mencari ilmu untuk menambah iman dan juga landasan amal agar di Ramadhan tidak mati gaya,tidak bingung dengan amal-amal yang bisa dioptimalkan.

Alhamdulillah, dari kajian online di bulan Ramadhan yang diadakan oleh DKM Al Jihad UNPAD via Zoom dengan pembicara Ust. Salim A Fillah, ada hal-hal penting yang bisa dijadikan acuan untuk  mengoptimalkan amal di bulan suci. 

Rasulullah menganggap Ramadhan sebagai tamu agung yang membawa berlimpah kemuliaan. Pintu-pintu syurga dibuka yang artinya Allah memfasilitasi hambanya dengan banyak kesempatan untuk beramal shalih. Siang diisi dengan puasa, dengan membaca Al Qur'an, malamnya dengan shalat malam dan bermunajat pada Allah Swt.  Di bulan suci pintu-pintu neraka ditutup dan syaitan-syaitan dibelenggu. Maka merugilah orang-orang yang tetap bermaksiat di Ramadhan.  Merugilah orang-orang yang nafsunya tidak bisa ditekan untuk berbuat dosa. Naudzubillah.

3 Goals Sukses Ramadhan :



Agar bisa mengoptimalkan amal Ramadhan, perlu dipahami 3 goals atau tujuan yang Allah tetapkan dengan hadirnya Ramadhan ini. 

1. Agar Kalian Bertaqwa
Taqwa adalah sikap memenuhi seluruh perintah Allah dan menjauhi larangannya. Ubay bin Ka'ab ra., pernah ditanya oleh Amirul Mukminin Umar bin Khattab ra., tentang taqwa. Beliau menjawab bahwa Taqwa adalah sebentuk kehati-hatian dalam melangkahkan kaki di kehidupan ini agar tidak berada di jalan yang mendatangkan murkanya. Jalan pi-neraka-eun.

2. Agar Kalian Bersyukur
Selain sabar, maka syukur adalah resep agar bisa hidup selamat dan bahagia. Bersyukur hanya akan dimiliki oleh orang-orang yang senantiasa mengingat Allah, berprasangka baik pada Allah hingga meyakini setiap ketetapan Allah itu baik.
Jelas, tidak mungkin bersyukur orang yang hatinya senantiasa penuh dengan prasangka buruk pada Allah. 

Lewat puasa kita dididik peka, hingga muncullah empati dan keinginan memberi. Dari shalat, dzikir dan baca Alquran kita diajak untuk senantiasa mengingat Allah, mensyukuri nikmat iman, islam dan memahami bahwa janji Allah itu benar. 

Barangsiapa bersyukur akan aku tambah nikmatnya, barang siapa kufur maka azabku amat pedih.

3. Agar Kalian Mendapat Irsyad / Kebenaran
Irsyad/ kebenaran berupa bimbingan dalam kehidupan ini adalah hal sangat kita butuhkan. Tanpa kebenaran maka kita akan selamanya dalam kegelapan, kebingungan dan kejahilan. Tanpa kebenaran, amal-amal yang kita lakukan akan sia-sia. Lalu bagaimana kita akan menjawab pertanyaan dari Allah, 'Aina tadzhabun?' mau pergi kemana kalian? 

Orang yang mendapat petunjuk pasti akan menjawab inna lillahi wainna ilahi raji'un ( aku ini dari Allah dan kembali padaNya).


Optimalisasi Amaliah di Ramadhan 

1. Puasa
Tingkatkan level puasa kita dari tahun-tahun sebelumnya. Tekadkan jangan hanya menahan lapar dan dahaga saja. Tapi juga menahan pengelihatan, pendengaran, dan hati dari hal-hal yang tidak diridhaiNya. Minimal naik ke level puasa khawas atau khusus.

2. Baca Al Qur'an
Tingkatkan tilawah, tadabbur, tafahum terhadap kitab suci. Bikin targetan pribadi mau seberapa dekat kita dengan Al Qur'an. Mau murojaah ayat yang mana,  mau menghapal surat apa dan lain sebagainya.

3. Doa dan Dzikir
Sebulan penuh kita dipersilahkan utk berdoa dan berdzikir. Allah memperbanyak waktu waktu mustajab. Mohon atas hajat diri, hajat umat Islam, mohon rahmat, berkah dan ampunan Allah Swt.

4. Shalat-shalat Sunnah
Jadikan shalat sunnat sebagai komunikasi privat kita dengan Allah. Keluhkan pada yang Maha mendengar, agar tidak mudah mengeluh di hadapan Mahluk. Minta dna berharap pada Allah agar tidak kecewa saat berharap pada manusia yang lemah.

5. Shadaqah
Sesungguhnya shadaqah terbaik adalah di bulan Ramadhan, maka berbagilah walau dengan seteguk air, sebiji kurma, segenggam beras atau bahkan dengan doa dan ide ide berdasar kebenaran. Niatkan semua untuk sedekah dan semoga Allah membalasnya dengan kebaikan dan keberkahan berlipat ganda, aamiin...

Wallahu a'lam bidhowab.
Marhaban Yaa Ramadhan
Selamat beramal bakti di Ramadhan ini
Taqabballahu minna wa minkum




Minggu, 11 April 2021

Tarhib Ramadhan online Rumah Muslimah, Keluarga yang Dirindukan Ramadhan

 

Assalamu'alaikum ...


Apa kabar  temen-temen semua? Semoga semua dalam kondisi sehat walafiat, jasmani dan rohani, dan tetap dalam lindungan Allah Swt. 

Alhamdulillah, tak terasa Ramadhan tinggal dua hari lagi.Sudah sampai mana nih persiapan sambut bulan suci? Jika kita melihat dari pada sahabat nabi membagi satu tahun dalam hidup mereka, enam bulan setelah Ramadhan mereka menghidupkan hari-hari dengan amaliah yang sudah ditempa selama Ramadhan. Dan enam bulan selanjutnya mereka mempersiapkan baik iman, ilmu, amal, maupun harta untuk menghadapi Ramadhan. Bahkan mereka sudah muqim ( berdiam ) tidak mengadakan perjalanan niaga ( karena sebagian besar pekerjaannya adalah sebagai pedagang ), agar bisa memenuhi syarat wajib amaliah Ramdhan. 

Beberapa waktu lalu, tepatnya satu pekan kemarin kami dari komunitas Rumah Muslimah ( RUMUS ) juara mengadakan Tarhib Ramadhan online via Zoom, dengan tema yang menurut saya greget banget yaitu agar kita menjadi 'Keluarga yang Dirindukan Ramdhan'. Tema ini terinspirasi dari judul buku yang ditulis oleh pembicara yaitu Bunda Lilis Rohaeti, MPd. Jujur seringnya selama ini kita yang mengaku sebagai perindu Ramadhan. Tapi tidakpernah terlintas dalam pikiran menjadi manusia, menjadi keluarga yang dirindukan oleh bulan suci. Ibarat orang yang jatuh cinta kok rasanya bertepuk sebelah tangan yaa... sedih banget gitu lho.

Di webinar kali ini saya diberi kesempatan jadi moderator. Wuih...emak- emak yang biasanya hanya jadi peserta zoom pas anak BDR jadi harus mau belajar, mau melek teknologi. Jujur niat saya hanya ingin belajar dan belajar terus. Menjadi ibu di era pandemi gini kudu mau upgrade baik wawasan maupun keterampilan. Jangan merasa sudah tua dan susah belajar hal-hal baru. Apalagi karena anak-anak dikembalikan lagi ke rumah, ke ibunya sebagai pendidik utamanya. Kalau ibunya susah belajar, anak akan mencari dari sumber lain  yang tidak jelas apakah mengarahkan anak pada hal yang benar atau sebaliknya.


Konsep Keluarga

Materi dimulai dengan mengingatkan peserta pada konsep berkeluarga sesuai dengan Al Qur'an dan tuntunan Nabi Saw. Bagi saya sendiri layaknya murojaah. Mengulang dan menelaah kembali ayat-ayat yang dulu saat awal pernikahan sering sekali dibaca,ditadaburi. Bahwa Allah sudah menciptakan kita dan pasangan dan diikatkan dengan nama Allah. Maka pasangan yang sekarang ada di samping kita adalah pasangan pilihan Allah untuk kita. Yang pastinya pilihan Allah itu pasti terbaik, tidak ada ketentuan Allah yang jelek. Kalaupun ada kekurangan, maka kita pun harus mengakui diri jauh dari sempurna, banyak kekurangan juga.

Kita juga diingatkan bahwa tujuan menikah adalah agar kita meningkatkan ketaqwaan. Jadi keluarga atau rumah tangga adalah lahan untuk beribadah. Maka,pastikan bahwa dalam keluarga program-program yang berjalan adalah ibadah pada Allah Swt. Pastikan suami mendidik istri agar beribadah kepada Allah, dan istri sebagai ibu yang merupakan pendidik utama anak-anaknya mengarahkan dan membimbing anak-anak untuk mentaati Allah Swt. 

Dalam suatu hadist dikatakan bahwa setiap diri adalah pemimpin dan akan diminta pertanggung jawaban. Suami sebagai kepala keluarga pastikan istri dan anak-anak agar selamat dari siksa api nereka. Suami akan ditanya dari mana rezeki yang digunakan untuk menafkahi keluarganya. Demikian juga dengan istri akan ditanya bagaimana rumah tangganya. Karena bagaimapun istri atau ibu adalah manager dalam keluarga. Yang mengatur anggota keluarga agar sesuai dengan program utama dalam keluarga yaitu mendapat keridhaan Allah Swt. Ibu sebagai pendidik utama akan ditanya bagaimana anak-anaknya apakah dikenalkan pada Allah, apakah dikenalkan pada syariatNya, atau tidak?


Ciri-Ciri Keluarga Sakinah

1.Berdiri di atas keimanan yang kokoh

2. Menunaikan misi ibadah dalam hidupnya

3. Mentaati perintah Allah ( bersyariat sesuai tuntunan Rasulullah )

4. Saling menyayangi

5. Saling menjaga dan mendukung dalam kebaikan

6. Saling memberikan yang terbaik untuk pasangan


Ramadhan Syahrul Ummati

Ramadhan dengan seluruh keutamaanya, didatangkan Allah kepada orang beriman sebagai tamu agung. Maka layaknya mau bertamu atau kedatangan tamu, pastinya ada persiapan - persiapan. Bayangkan saat kita akan kedatangan pejabat maka kita pasti menyiapkan seluruh fasilitas, tampilan bahkan  jamuan yang bisa diberikan. Jangan sampai Ramadhan yang begitu mulia terlewati begitu saja. Padahal sepanjang Ramadhan itu banyak sekal ikeistimewaan, seperti pintu syurga dibuka , pintu neraka ditutup, syaitan syaitan dibelenggu, dan dilipatgandakan pahala.

Ramadhan juga disebut Allah sebagai syahrul ummati ( bulan ummatku ), artinya Allah menurunkan banyak jamuan, banyak kemudahan, banyak limpahan pertolongan. Bahkan menurunkan malaikat dan ruh ( pemimpin malaikat ) untuk membantu hamba-hambanya menyelesaikan hajat dan urusan mereka( QS. Al Qadar ). Mau menghilangkan dosa, Allah buka pintu taubat, mau dimudahkan usaha Allah buka jalur komunikasi dengan shalat malam dan shalat- shalat sunnah lainnya. Ingin ditolong oleh Allah, diangkat masalahnya, diangkat derajatnya Allah berikan banyak waktu mustajab untuk memperbanyak doa. Maka harusnya Ramadhanitu diisi dengan program- program yang bermanfaat untuk seluruh anggota keluarga. Agar tujuan dari Ramadhan ini didatangkan yaitu taqwa akan  tercapai ( QS. Al Baqarah : 183 )


Persiapan Ramadhan

1. Persiapkan dengan Iman dan Ilmu

Dalam sebuah hadist Rasulullah mengatakan bahwa  barang siapa yang berpuasa dengan iman dan ihtisab maka diampuni  dosa-dosanya yang telah lalu. Maka sebaik- baik bekal adalah iman. Makabuatlah majelis-majelis untuk memperkuat iman. Karena iman itu sifatnya naik turun, maka awasi juga perbuatan- perbuatan yang justru melenakan dan menjauhkan dari ibadah. 

Persiapkan juga ilmu-ilmu, karena amal tanpa ilmu itu akan sia-sia, akan menghasilkan amalan yang salah. Maka, sebelum memasuki Ramadhan pelajarilah ilmu-ilmu berkaitan dengan Ramadhan, yang menyangkut amal-amal khusus Ramadhan. Apa yang bisa ditingkatkan, apa yang harus dibuang atau ditinggalkan. 


2.  Meningkatkan Pemahaman Amaliah Ramadhan

Memahami amaliah Ramadhan maka kita akan merasa sayang jika tidak maksimal beramal. Belum tentu ada usia untuk bertemu Ramadhan tahun depan kan? Makanya, berusaha memahami bukanhanya tentang fiqihnya saja, tapi ke fadhilah-fadhilahnya. Puasa bukan sekedar menahan lapar dahaga saja, tapi juga menahan dari perbuatan sia-sia yang tidak Allah suka.

Di musim pandemi saat ini,anak-anak dipaksa untuk berinteraksi dengan gadget dan internet dalam waktu yang lama. Bisa jadi  mereka banyak melakukan kesia-sian dengan melihat tayangan tidak berfaedah, main game, nonton drakor dan lain sebagainya. Perlu dipikirkan kegiatan atau amaliyah yang bisa jadi riyadoh, pelatihan sekaligus terapi agar anak menjauh sedikit demi sedikit dari hal-hal kurang bermanfaat. Yang menjauhkan dia dari urusan ukhrawi.


3. Bertaubat dan Islah dengan seluruh anggota keluarga 

Memasuki Ramadhan dengan ihtisah satu upaya yang dilakukan dengan bertobat, menghitung-hitung amal dan bekal pulang ke kampung yang kekal. Evaluasi atau muhasabah sangat penting dilakukan. Juga saling mengislahkan kesalahan sesama makhluk dengan harapan Allah ridha memberi ampunan kepada kita. Suami bertanya apa yang belum dia lakukan dalam perannya sebagai kepala keluarga, istri bertanya apa yang belum dilakukan sebagai manager dan juga pasangan demikian juga dengan anak-anak.


4. Manajemen Amal dan Doa 

Dalam QS. Al Qadar disebutkan bahwa Allah menyediakan Ramadhan sebagai bulan untuk menyelesaikan urusan hambaNya. Jadi perlu dimanage amal dan doa hingga urusan atau hajat kita bisa tercapai. 

Hajat dan urusan disini bukan yang hanya yang bersifat materi, tapi lebih ke yang non materi atau ukhrowi. Misal, di Ramadhan kita berhajat menjadi orang yang lebih sabar. Maka berpuasalah dengan memenuhi seluruh syarat dan rukunnya, serta menjaga dari hal hal yang Allah tidak ridha.

Intinya sebagai manusia kita banyak keperluan, bayak hajat, banyak butuh pertolongan. Maka mintalah dengan doa-doa terbaik. Dan Allah sudah menyediakan Ramadhan penuh dengan waktu mustajab. Maka perbanyaklah berdoa di waktu sahur sebelum berbuka, waktu puasa waktu sholat malam. Isi dengan dzikir dan doa dari pada untuk berbuat yang sia-sia.


5. Persiapan rezeki halal untuk shadaqah, zakat dan berbagi 

Ada amaliah khusus yang berkaitan dengan harta di Ramadhan, yaitu bersedekah dan zakat fitrah. maka siapkanlah harta halal untuk mensucikam hartamu dan mengundang keberkahan serta ridhaNya.


Wallahu a'lam bishowab









Jumat, 12 Maret 2021

Memetik Hikmah Perjalanan Agung Isra Mi'raj


Ada moment penting yang biasa diingat ketika tanggal 27 Rajab, ya... peristiwa merupakan perjalanan terdahsyat sepanjang masa, Isra Mi'raj. Perjalanan yang betul- betul menguji keimanan bak ummat jaman dulu maupun jaman sekarang. Meski zaman now telah banyak penelitian oleh ilmuan yang akhirnya membuktikan peristiwa itu benar adanya. Tapi tetap saja jika iman tak diikut sertakan hanya menjadi bahan keilmuan tanpa menghasilkan ketaqwaan.

Dalam QS. Al Isra :1 diawali dengan kata subhanallah, artinya perjalanan ini menunjukkan  kekuasaan Allah, kehebatan Allah, ke-Maha an Allah yang tidak pernah ada noda, kesalahan, kegagalan maupun kelemahan. Artinya perjalanan ini benar-benar terjadi bukan bualan atau dongeng semata.

Perhatikan di ayat tersebut menggunakan kata bi'adbihi  yang artinya adalah hambaNya ( hamba Allah ). Kata hamba di sini menunjukkan objek bahwa yang diperjalankan adalah hamba Allah. Meski peristiwa itu terjadi pada Rasulullah, tapi Allah tidak menyebut dengan rasul atau nabiNya. 

Hal ini menunjukkan bahwa setiap hamba Allah akan diperjalankan sampai naik tingkat untuk berkomunikasi dengan Allah. Bagi mereka yang memenuhi syarat pastinya ( bisa dilihat di hikmah Isra Mi'raj ). Jika Rasulullah lewat Mi'raj ke Sidratul Muntaha, maka manusia biasa seperti kita mi'raj dengan shalat. 

Perjalanan ini diawali dari Baitul Haram ke Masjidil Aqsa'. Masjidil Haram mewakili tempat ibadah pertama manusia, Baitul Aqsa menunjukkan tempat berkumpulnya pada Nabi dan Rasul. Menunjukkan bahwa perjalanan ini menghubungkan bahwa dua tempat itu memiliki satu kesamaan ajaran, yaitu risalah tauhid.

Hikmah Isra Mi'raj
Seperti dijelaskan diatas bahwa setiap hamba Allah akan diperjalankan dan naik derajat kemuliaan. Tentu saja ada syarat dan ketentuan yang berlaku. Yang bisa dilihat dari rentetan kejadian dalam malam Isra Mi'raj

1. Pembedahan dada pembersihan Hati

Dari REPUBLIKA.CO.ID, dikisahkan bahwa  Isra Miraj adalah perjalanan Nabi Muhammad SAW dari Masjidil Haram di Makah ke Masjidil Al Aqsa di Yerusalem (Isra), kemudian dilanjutkan menuju langit ke Sidratul Muntaha (Mi'raj) dengan tujuan menerima wahyu Allah SWT. Peristiwa Isra' dan Mi'raj terjadi pada 621 M.

Dalam hadis disebutkan, sebelum Rasulullah SAW melakukan Isra dan Mi’raj, dadanya dibedah. Beliau bersabda, “Kemudian hatiku dikeluarkan, lalu dicuci dengan air zamzam, lalu dikembalikan ke tempatnya, dan diisi dengan keimanan dan hikmah....” (HR Bukhari, Muslim, dan Tirmidzi).

Muhammad Al-Ghazali dalam Fiqih Sirah-nya berkomentar, ini melambangkan persiapan yang harus dilakukan sebelum beliau berangkat menjalankan Isra dan Mi’raj. Ibnu Hajar dalam Fathul Bari menyebutkan, pembedahan dan pencucian hati ini terjadi tiga kali.

Pertama, saat beliau masih kanak-kanak, hidup di kampung dalam asuhan Halimatus Sa’diyah. Kedua, ketika beliau menerima wahyu untuk diangkat menjadi nabi dan rasul. Dan, ketiga saat beliau hendak melakukan Isra dan Mi’raj. (Fathul Bari Juz 11 Bab Mi’raj hal 216)

Tentu peristiwa pembedahan dada dan pencucian hati ini memberikan banyak pelajaran kepada kita. Artinya, siapa yang ingin naik dan menjadi manusia mulia, hendaknya membersihkan hati. Mentobati seluruh dosa dan kesalahan. Itu persiapan yang mesti dilakukan oleh siapa saja yang ingin menggapai kemuliaan dan derajat yang tinggi. Bukan persiapan harta, kekuatan raga maupun ilmu. Tapi hati yang suci, jiwa yang bening, dan keluhuran akhlak.


2. Menghadapi ujian dengan iman, sabar dan tawakal

Dua tahun sebelum Isra Mi'raj, Rasulullah diuji dengan kepergian teman setia, yang sudah mendukung sejak awal mula risalah ini berjalan, sang istri tercinta Khadijah binti khuwailid ra. Tak berapa lama kesedihan dan hilangnya penopang politik dalam menghadapi petinggi Kaum Quraisy. Sosok yang sudah mengasuhnya dan mengajari banyak hal ketika remaja dan mempercayainya,  yaitu Abu Thalib.

Kondisi ummat yang masih tertindas, penolakan dakwah dari Thaif, membuat Rasulullah berharap penuh pada pertolongan Allah. Dan Allah tidak pernah menyia-nyiakan pengharapan hambaNya yang bergerak maksimal dalam menjalankan tugas-tugasnya. Dan perjalan ini adalah sebuah jawaban dari doa-doa Rasulullah dan penghibur setelah banyak kesedihan yang dialami.

Sudah menjadi ketetapan Allah, hidup di dunia ini penuh dengan cobaan. Tidak statis, tapi dinamis. Ada naik turunnya, ada pasang surutnya. Dan bagi siapa saja yang menghadapai ujian itu dengan iman dan sabar maka Allah akan menurunkan pertolongan. 

Seringnya manusia mengantungkan harapan dan pertolongan pada makhluk yang lemah. Hingga berakhir kecewa dan patah hati saat apa yang diharapkan tak terjadi. Atau ada yang berpendapat sabar itu seolah diam, dan tawakal hanya pasrah. Padahal sabar dan tawakal itu tetap berusaha maksimal dan mengantungkan hasil pada ketetapan Allah.

3. Shalat berkualitas pengundang pertolongan

Dalam peristiwa ini Allah menurunkan pertolongan yang langsung diturunkan SK nya di langit, buka di bumi. Yaitu perintah shalat 5 waktu. Bayangkan syari'at lainnya diberi di bumi, tapi shalat memiliki kekhususan tersendiri. Diturunkan di langit sebagai tanda dengan shalat, hambaNya bisa mi'raj dan mendapatkan pertolongan.

"Hai orang-orang yang beriman, jadikan sabar dan salat sebagai penolongmu ( memohon pertolongan kepada Allah dengan sabar dan shalat ). Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar. " QS. Al Baqarah : 153

Ketika Perang Badar berkecamuk, Ali bin Abi Thalib ra., yang bertugas menjaga Rasulullah saw., melihat beliau sedang tegak melaksanakan shalat. Dua rakaat tapi tentunya kualitas shalat yang sampai menurunkan pertolongan dari Allah Swt. Berupa pasukan malaikat yang datang hingga kemenangan menjadi milik kaum mukminin.

Dibanyak kisah juga dijelaskan bagaimana Rasulullah meminta pertolongan dengan sabar dan shalat. Bahkan para sahabat dan orang-orang shalih. Maka, selaku ummat yang dituntut taat, maka kita pun harus menjadikan shalat sebagai jalan minta pertolongan. Tentu saja dengan memperbaiki kualitas shalat kita.

Shalat yang sudah melewati tangga sebagai pelindung dari perbuatan fasik dan mungkar. Karena tidak mungkin pertolongan Allah datang saat diri masih bergelimang dosa yang menjadi penghambat keridhaanNya.

Maka tepat sekali,  jika ada yang mengatakan perbaikilah shalatmu maka Allah akan membaiki hidupmu. Semakin berkualitas shalat kita semakin naik derajat kita dan pertolongan, kebahagiaan dan kesuksesan ( falah ) semakin dekat dalam genggaman.

wallohu 'alam bishowab




Selasa, 23 Februari 2021

4 Alasan Adab Dipelajari Dulu Sebelum Ilmu

Ulama mendahulukan mempelajari adab sebelum ilmu. contohnya Ibnu Mubarrak -rahimahumullah yang mengatakan "Aku mempelajari adab selama 30 tahun dan mempelajari ilmu selama 20 tahun." Demikian juga dengan ulama yang lain. Bahkan mereka memilih guru pun melihat dari adabnya dulu. Artinya ilmu yang tinggi bukan jaminan seseorang itu bisa dijadikan pendidik jika akhaknya kurang.

Yang terjadi di zaman sekarang adalah sebaliknya, dimana orang terburu-buru mempelajari ilmu sementara adab ditinggalkan, disepelekan. Akibatnya banyak orang berilmu tinggi tapi minus akhlak. Banyak pendidik yang tingkah lakunya tidak bisa dijadikan teladan. Perilakunya tidak sebanding dengan ilmu yang dimilikinya.  Sungguh disayangkan.

Nah, berikut 4 alasan kenapa dahulukan adab sebelum ilmu :

1. Karena Dicontohkan oleh Rasulullah

Dalam QS. Al Ahzab : 21 
Rasulullah Saw., datang untuk memperbaiki akhlak. Perlu dipahami akhlak itu adalah perilaku yang lahir dari keimanan dan pelaksanaan syariat. Bukan sekedar adat kebisaan semata. Maka yang dimaksup memperbaiki akhlak adalah menyempurnaan perilaku, sifat, adab dengan berdasar wahyu. Jika selama ini ada orang yang sangat gemar berbagi dasarnya adalah kebiasaan maka dengan berdasarkan iman akan menjadi akhlakul karimah dan berpahala.

Masih ingatkan gelar Al Amin yang disematkan masyarakat Mekkah pada Baginda Nabi? Jauh sebelum beliau diangkat menjadi nabi dan rasul, adab dan perilaku baik nan terpercaya sudah. melekat dalam diri beliau. Demikian juga dengan sifat welas asih, peduli dan selalu menjauh dari perbuatan buruk dan dosa.

Semua tak lepas dari pendidikan dan penjagaan dari Allah pada sosok yang akan menjadi rahmat alam semesta. pada sosok yang akan menjadi teladan sepanjang masa, baik dalam perannya di masyarakat, keluarga maupun pribadi beliau.


2. Adab lebih mudah dipelajari dari pada ilmu
Selama ini kita didoktrin bahwa ilmu itu susah didapat. Jadi harus dicari sejak dini. Sementara adab yanh memang lahir dari pembiasaan sering disepelekan karena dianggap mudah atau kurang menantang. 

Seingat saya, dalam hal belajar maka belajarlah dulu hal yang mudah, baru yang susah. Yang dekat baru yang jauh. Bahkan saat saya mengikuti training menulis, tutor saya pun mengingatkan hal ini, tulislah yang mudah dan dekat dengan duniamu. 

Mempelajari adab sejatinya seiring dengan pembiasaan. Yang berarti seiring dengan pengasuhan anak. Bukankah kata Bunda Elly Risman, parenting itu adalah proses pembiasaan dan meninggalkan kenangan. Maka mengajarkan adab jauh lebih awal, seperti adab makan, adab minum, adab dengan saudara dengan orang tua, dengan guru dan sebagainya.

"Padahal akhlak itu sangatlah sederhana, berbuat baik kepada orang lain, menghindari sesuatu yang dapat menyakitinya (baik fisik maupun hati) dan menahan diri ketika disakiti" (Madarijus Salikin II/318-319).


3. Adab itu dibutuhkan dalam kehidupan setiap orang tapi tidak semua ilmu dibutuhkan untuk hidup.

Sebagai makhluk sosial maka dibutuhkan akhlak yang baik agar bisa hidup bersama dalam masyarakat. Kita bukanlah makhluk soliter, yang tidak memperhatikan interaksi dengan orang lain. Bahkan untuk mendidik satu orang anak sana butuh satu kampung. 

Jika seorang manusia cukup pede dengan hidup tanpa adab dengan manusia lainnya, maka jangan salahkan jika dia pun tidak dianggap keberadaannya. Saat butuh pertolongan, tidak ada yang akan mengulurkan bantuan. Dia akan menjadi manuasia yang sifatnya lebih mirip benda mati.

Sementara untuk hidup tidak perlu semua ilmu dikuasai. Bisa jadi seorang petani tidak memerlukan ilmu kalkulus atau ilmu pertambangan. Dia lebih butuh ilmu biologi, ilmu tentang tanah dan ekonomi. Atau bagi seorang polisi dia tidak perlu mendalami ilmu biologi secara mendalam, tapi lebih butuh ilmu komunikasi, krimonologi dan yang berkaitan dengan pekerjaannya.


4. Adab menyelamatkan orang yang berilmu

Ternyata, akhlak adalah pembeda untuk pintar dan benar. Orang yang berilmu tentulah pintar, namun jika tidak melengkapi dirinya dengan akhlak, maka tak ada jaminan kepintaran yang dimilikinya mampu mengantarkan pada kebenaran. Sekalipun orang tersebut mengaku sebagai ulama, namun jika akhlak yang ditampilkan tercela, maka tak ada kebenaran yang bersemayam di setiap wejangan yang disampaikan.

Akhlak juga berfungsi sebagai benteng yang melindungi orang berilmu dari berbagai macam godaan. Sebab, orang berilmu tak akan pernah lepas dari godaan. Salah satu yang paling sering menghantui adalah kesombongan. Orang yang berilmu cenderung mengira dirinya sudah tahu segala, tapi tdk menjamin dirinya mendapat hidayah. Contoh terkenalnya ya Iblis laknatullah. Yang merasa lebih pintar, lebil alim dari Adam as., tapi malah menjadikannya dilaknat. merasa kebenaran hanyalah apa yang keluar dari mulutnya.

Tanpa akhlak, orang berilmu hanya akan menjadi hantu. Yang berarti tak jelas wujud dan manfaatnya. Jika ingin ilmu yang didapat bermanfaat maka cari dengan adabnya amalkan dengan adabnya juga. Karenanya, selalu lengkapi diri kita dengan akhlak, sebab hanya dengan cara itu, ilmu yang kita miliki dapat memberi kebaikan untuk diri sendiri dan orang lain. Jadikan pula akhlak sebagai ukuran dalam menilai keilmuan seseorang, jangan sampai kita terperosok dalam lubang kelam akibat salah memilih panutan.

Kesimpulannya,  bahwa anggapan bahwa adab itu tidak penting ternyata salah. Justru pentingnya memepelajari adab sebelum mempelajari ilmu agar  ilmu lebih nerkah, bermanfaat, jauh dari jebakan sombong dan takabur serta bernilai ibadah di hadapan Allah. Tak lupa senantiasa dalam perlindungan dan petunjuk Allah Swt.

Wallohu a'lam bishowab.


Jumat, 12 Februari 2021

Adakah Amalan Khusus di Bulan Rajab?


Marhaban ya Rajab...
Ditengah hiruk pikuk pandemi dan kabar -kabar yang terus berseliweran, banyak yang melupakan kalau satu bulan haram sudah datang. Ya, bulan Rajab, satu dari 4 bulan haram yang disucikan. Bulan dimana kita diharamkan berbuat aniaya, dosa-dosa besar terutama musyrik dan berbuay kerusakan. Bulan dimana kita diajak untuk memperbanyak amal shalih, memperkuat taat dan mendekat pada Allah Swt.

Menjelang masuknya Rajab, ada pertanyaan yang datangnya dari seorang sahabat. Tentang amalan khusus, tepatnya puasa sunnat bulan Rajab. Seketika otakpun berputar, mengumpulkan ingatan dan akhirnya menyerah. Ya, sependek ingatan saya tidak ada dalil kuat tentang puasa Rajab. Berbeda dengan dalil shaum sunnat Arafah, Assyura, atau Ayamul Bidh.

Memang, sebagaimana bulan Haram lainnya, maka kita dianjurkan untuk memperbanyak amal shalih. Memperbanya amaliah ibadah. Tapi bukan berarti di luar bulan haram kita boleh malas-malasan. Yang para shahabat dan ulama ingatkan adalah tidak boleh mengkhususkan suatu amalan tanpa ada dalil yang jelas. Jadi kalau mau memperbanyak amalan ibadah, silakan. Dengan menyuburkan amalan yang sudah biasa dilakukan.

Menurut Ust. Adi Hidayat dalam sebuah ceramahnya mengatakan, misal jika orang itu terbiasa puasa senin kamis, maka memasuki bulan Rajab mau ditambah dengan shaum Daud boleh, atau ditambah ayamul bidh juga boleh. Tapi jangan meniatkan shaum khusus karena di bulan rajab. Karenq perintahnya tidak ada.

Ya, ibadah memang harus ada dasarnya, harus ada perintahnya. Bukan kreatifitas, apalagi dasarnya suka-suka. Kalau dasarnya memperbanyak amal kebaikan, ya silahkan kerjakan amal shaleh yang bisa dilakukan. Misal tahajud jadi rutin, shadaqah jadi lebih sering, menolong sesama jadi agenda harian dan seterusnya.

Nah, menjawab pertanyaan sahabat tadi, saya pun menukil sebuah pendapat dari Imam Nawawi ( semoga Allah merahmati beliau ) yang menyatakan bahwa maksud hadist 'Rasulullah memperbanyak puasa di bulan Rajab' - Hadistnya diriwayatkan oelh Imam Muslim- adalah tidak ada larangan atau anjuran khusus untuk berpuasa di bulan Rajab. Hukumnya sama seperti puasa sunnat di bulan-bulan lainnya. Tidak ada landasan hukum larangan atau kesunnahan puasa rajab. Dasar hukumnya adalah sunnah seperti pada puasa sunnah yang sudah ada. Seperti puasa senin kamis, ayamul bidh dan puasa Daud.

Saya tegaskan lagi, bahwa sebaiknya perbanyak saja dari apa yang sering kita lakukan di bulan lainnya. Karena dasar hadianya juga seperti itu. Tidak dikhususkan ditanggal berapa atau hari apa. Ibn Abbas RA berkata:

 كان رسول الله صلى الله عليه وسلم يصوم حتى نقول لا يفطر ويفطر حتى نقول لا يصوم

“Rasul SAW berpuasa sampai-sampai kami mengatakan beliau tidak meninggalkan puasa (puasa terus), dan Rasul SAW tidak berpuasa sampai-sampai kami mengatakan beliau tidak berpuasa” [HR Muslim].

Jadi masih mau puas sunnat dibulan Rajab? silahkan niatkan seperti puasa sunnat biasa dan lakukan juga tanpa mengkhususkan tanggalnya atau hari atau bulannya. Demikian juga dengan amalan lainnya, seperti tahajut khusus atau shalat khusus. 


Wallahu a'lam bishowab