Kamis, 22 September 2016

Catatan Parenting : Kunci Itu Ada Pada Dirimu, Ibu...

Ibu adalah madrasah ( sekolah ) utama anak-anaknya, maka jika disiapkan dengan betul akan bisa membangun sebuah generasi. 
( ungkapan hikmah )

Rasanya semua sudah sepakat terhadap tugas utama seorang ibu sebagai pendidik anak-anaknya. Yang artinya betapa pentingnya tugas yang dibebankan di pundak seorang wanita ini. Karena bisa berpengaruh pada berkualitas tidaknya sebuah generasi. Maka, bagi wanita yang memahami  peran besarnya dalam membangun generasi pastinya akan mempersiapkan diri sejak dini, bahkan sebelum dia memasuki rumah tangga.

Di masa awal-awal kehidupan seorang anak, maka ibu lah yang berperan penting dalam membangun karakter, kecerdasan bahkan keimanan. Ibu adalah guru sekaligus kurikulum dalam mendidik anak. Kasarnya, tanpa ibu menduplikasi kurikulum dari sekolah- sekolah terhebat sekali pun, ibu tetaplah yang paling diikuti oleh anak. Jadi tingkat kesuksesannya pun tergantung pada kualitas ibu sendiri.


Lagi-lagi kita dipaksa untuk belajar dari kisah Ibunda Hajar yang dipindahkan ke kota Bakka bersama bayi Ismail. Dan jika kita melihat kualitas kesabaran dan keimanan Ismail remaja ( 13 tahun ), maka sadarlah kita siapa guru terbaik yang sudah mendidiknya. Tanpa menghilangkan peran keayahan yang tetap dilakukan Ibrahim a.s., peran Ibunda Hajar sangat dominan. Beliaulah bukti nyata bahwa seorang ibu adalah penanam keimanan pada anaknya.

Ibu lah yang akan memperkenalkan ketuhanan pada anaknya. Ibu lah yang mengajarkan kasih sayang Allah pada anak. Saat akal anak belum sempurna untuk mencerna tentang bukti-bukti kebesaran Allah, ibu lah yang hadir untuk mengajarkan anak tentang adanya Allah. Seorang ustadzah sampai mengatakan bahwa sosok ibu itu bisa jadi tuhan bayangan bagi anak. Contohnya saat anak diajak shalat dan langsung menggeleng saat ditanya, mau disayang Allah kan? Tapi jika ibu mendatanginya dengan pertanyaan, "Ade mau disayang ibu? yuk kita shalat."

Dalam sebuah talkshow tentang pendidikan anak, panelis mengatakan bahwa kadang kala ibu tidak sadar betapa istimewa sosoknya di hati anak. Ibu-ibu sering membuat si anak patah hati dengan kecaman, senyum kecewa atau amarah yang meledak-ledak. Ibu tidak sadar kalau anak akan sangat sedih dan runtuh seluruh kepercayaan dirinya dengan 'label buruk' bisa jadi tak sengaja terucap. Ibu sering lupa betapa jiwa anak luka karena tingginya harga maaf yang dipatok sang ibu.

Sadarlah Ibu, bahwa selain sebagai harta terbaik anak juga adalah ujian yang didatangkan Allah dalam hidupmu. semata-mata agar kita- kaum ibu- menjadi manusia lebih baik, lebih sabar, pemaaf dan mempu menahan amarah. Bukankah itu jiwa-jiwa pilihan? bukankah itu perilaku baik yang diinginkan setiap jiwa?

Maka, jika kita menginginkan anak yang sebagai investasi dunia akhirat, perbaiki lah diri kita dulu. Karena kunci sukses anak terletak pada ibu. Saat ibu baik maka akan mudah mengajar anak menjadi baik. Seorang ibu yang beriman, yang bertauhid maka akan lebih mudah menularkan tauhidan hingga dipegang oleh anak. Ibu yang memahami quran dan jalan ketaatan pastinya akan lebih tahu cara mengajak anaknya untuk menjadi pengikut di jalan yang sama. Jika Ibu nya shalihah bercita-cita mulia, maka peluang. untuk menghasilkan generasi pewaris jiwa-jiwa mulia pun akan lebih banyak. Bukankah demikian logikanya?

Wallohu a'lam....


Minggu, 11 September 2016

Renungan Idul Adha : Cinta, Kesabaran dan Ketegaran Kel. Ibrahim a.s

Allohu Akbar... Allohu Akbar... Allohu Akbar... laa ilaaha illa Allahu  Allohu Akbar. Allahu Akbar walillaahil hamd...

Seiring takbir berkumandang, di hari ini kita diingatkan kembali pada profil keluarga ideal. Keluarga bisa jadi teladan. Keluarga ini meski hidup ribuan tahun lalu, tapi kisahnya tetap abadi. Ketiga tokohnya memberi spirit dan ibrah hingga ummat masa kini.

♥ Masih ingatkan dengan Nabiyullah Ibrahim a.s. yang terkenal sangat patuh kepada Allah. Dikenal sebagai bapak tauhid karena kuat dalam mengesakan Allah. Ibrahim juga  amat patuh dan taat kepada Allah. Tidak ada perintah yang ditolaknya, bahkan untuk perintah yang sepertinya sangat tidak masuk akal. Mengorbankan buah hati yang shalih, buah hati idaman. Menyembelih Ismail yang kehadirannya sangat dinantikan.

Lihatlah betapa cinta yang luar besar dan dibuktikan dengan pengorbanan luar biasa besar pula. Ibrahim mengorbankan  Ismail yang sangat dicintainya semata-mata karena Allah Swt. Dan sebuah pengorbanan hebat ini pastinya bukan perkara yang mudah. Tidak dibiarkan syaitan mengobrak-abrik perasaan cintanya kepada sang anak. Beliau malah mengusirnya dan  melaknatnya.

Ibrahim hanya meyakini, semakin besar cinta maka semakin besar yang diberi. Semakin penting yang dicintai maka semakin penting juga yang dikorbankan. Semakin berat perintah yang didapat semakin total kepasrahan diri kepada Ilahi Rabbi....

♥ Mari belajar sabar dari Ismail a.s., yang sejak bayi menetapi peri tah Allah untuk hidup di tanah Bakkah. Kesabaran luar biasa yang menghasilkan prasangka baik pada Rabb nya. Tidak ada jiwa licik, dendam, enggan apalagi sampai menolak saar sang ayah meminta pendapatnya. "Wahai ayahku, laksanakanlah apa yang sudah diperintahkan Allah. Insha Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang yang shabar." QS. As Saffat ( 37 ): 102

Bersabar adalah satu kunci untuk mendapat pertolongan Allah Swt. Sabar bukan hanya diam, tapi menerima bahwa ketetapan Allah akan menghasilkan kebaikan. bersabar dalam menghadapi ujiam adalah bagian dari hidup. Dan itu adalah ajang untuk memperlihatkan keimanan. Jika bersabar maka akan naik tingkat, jika tidak bisa tinggal atau turun kelas.

Sabar hanya bisa dimiliki oleh orang yang bersyukur. Karena sejatinya sabar dan syukur itu seperti satu perahu ( menurut Umar bin Khattab r.a. ). Syukur menghindarinya dari mengeluh dan putus asa. Karena selama ini sudah merasa begitu banyak karunia Allah
Yang terlimpah pada diri.

♥ Ibunda Hajar mengajari kita untuk tegar, untuk menerima perintah Allah dan yakin akan pertolonganNya. Jika tidak tegar, pastinya Ismail tidak akan menjadi orang yang shaleh di usia sangat belia. Jika ibunya susah menerima perintah Allah, jangan harap sang anak pun akan mudah ridha dengan ketentuan Allah. Jika ibunya tidak yakin akan pertolongan Allah, maka susah rasanya menempelkan jiwa kepasrahan pada Sang Khaliq dalam sang anak.

Disini juga makin menjelaskan tentang sakinah ( tentram ) dalam pernikahan. Bahwa sakinah itu bukan hanya saat bersama-sama ( berkumpul ), tapi sakinah juga harusnya tetap ada meski berpisah ( dari ceramah Ust. Salim A Fillah ). Kadang kala karena kondisi atau kewajiban, kondisi ideal suami istri bisa jadi tidak bisa berkumpul terus. Tapi ketika yakin semua adalah karena perintah Allah yang ada saling percaya, saling menguatkan dan saling mendoakan.

Terakhir yang bisa ditarik garis merahnya adalah : Ada Allah yang menjadi tujuan utama dari setiap profil keluarga Ibrahim a.s. Semoga para ayah bisa meniru Ibrahim yang berhasil mendidik sang anak untuk mencintai dan mentaati Allah seperti dirinya mencintai Allah. sehingga tidak ada istilah anak membencinpekerjaan atau kegiatan orang tua, justru menjadi penerus. Para suami juga menyiapkan sang istri untuk menjadi patner terbaik dalam menekuni jalan cinta ini, jalan cinta kepada Allah.***

Sabtu, 10 September 2016

Catatan Tebar Qur'an by JIM 2 -Kisah Penghuni Kuburan

Masih dari moment Tebar Qur'an dr JIM ( juara insan mandiri ) akhir Juli kemarin. Kali ini saya akan menulis tentang kisah yang sempat membuat seluuh jama'ah penasaran. Kisah tentang anak yg hidup dan besar di kuburan. Ihhh serem amat ya...:D

Lanjut saja ya, dikisahkan si anak akan mengadakan ulang tahun yang ke 17 belas. Maka kedua orang tuanya menyiapkan perhelatan besar-besaran. Kerabat, sahabat, kenalan, relasi bisnispun diundang. Bahkan hadiah mobil mewah keluaran baru yang bisa bikin mata silau pun sudah disiapkan.

Tapi si anak yang berulang tahun malah terlihat aedih. Wajahnya muung dan tidak antusias dengan kesibukan di tempat tinggalnya. Melihat kondisi si anak, bibik pengasuhnya merasa ibu dan langsung buat laporan ke tuan dan nyonya yang mempekerjakannya.

"Wahai anakku, kenapa engkau bersedih. Masih adakah yang enkau inginkan di ulang tahunmu ini? Bilang saja sama ayah, ayah akan langsung menjadikannya ada." Sang ayah terlihat khawatir.

Kali ini giliran sang ibunda yang mendekat, "Ayo nak, bilang saja. Kami sedih jika melihatmu tidak bahagia."

Si anak berkali-kali menatap ayah ibunya bergantian. "Sebenarnya, aku ingin pindah rumah...."

"Baiklah... sebut saja mau ke mana, ke desa, ke kota metropolitan, ke pulau indah, ke luar negeri atau ke kutub pun ayo...," potong sang ibu.

Si anak kembali menggeleng. Bukan ... aku ingin pindah ke kuburan saja."

Pias lah wajah sepasang suami istri itu. Dalam pikiran mereka sudah berkecamuk pikiran tentang penyakit mematikan yang diderita si buah hati. "Kenapa, Nak? Apa kamu sakit?"

"Tidak Ibu, aku hanya ingin tinggal di tempat dimana Al Quran di baca kan oleh penghuninnya. Di rumah ini, meski megah, bahkan seperti istana, tapi terasa seperti kuburan karena tidak ada yg membaca Al Qur'an. Bibik kadang membaca Al Qur'an tapi bagiku lebih mirip seorang yang sedang berziarah lalu membaca Qur'an di kuburan. Duhai Ayah Ibu..., sungguh aku merasa sudah mati padahal masih ada di dunia ini."***

Saat itu semua jamaa'ah terdiam. Bisa jadi mereka ingat Al Quran tua mereka teronggok berdebu di atas buffet. Atau anak-anak mereka lebih suka mengerumuni layar kaca dari pada menelaah Al Quran. Sunggub itu adalah kehidupan yabg sepi, sesepi kuburan di malam jum'at kliwon.

Sekali lagi Pak Ustadz sukses membuat kami untuk menilik hati yang terdalam. Dimana kita tinggal selama ini , rumag atau kuburan?***


Catatan Tebar Qur'an by JIM 1

bismillahirrahmanirrahim, semoga manfaat semoga memotivasi :D
mungkin ada diantara kita yang sudah bosan dengan kata dakwah, bahkan bisa jadi alergi. Tapi eh tapi selama itu belum dicabut dari tugas diri  ( ingatkan setiap muslim adalah duta dari keyakinnya ) pantang untuk ditinggalkan. Karena yg akan mendatangi kita bukanlah keburukan, yakin deh. Nah, untuk merecharge semangat kita, coba renungi nasehat dr Ust. Cecep Munawar Khalil ba'da serah terima Tebar Qur'an Juara kemarin di desa Cimeuhmal Subang.

1. Baca lagi QS At Taubah  : 41, bahwa namanya ibadah itu ada kalanya berat ada kalanya ringan. itu memang ujiannya. Jadi kalau pun merasa dakwah itu berat atau susah, bukan satu alasan untuk berhenti. tapi tetaplah untuk maju, bergerak walau terseret-seret walau terasa stagnan. Lebih-lebih kalau ingat perjuangan para nabi yang jauh jauh lebih berat dari kita yang hanya statusnya umat. Pastinya ujian yg datang ke kita tidak akan melebihi beratnya ujian yg datang pada mereka ( nabiyullah Rasulullah ). Jadi jalani saya dengan penuh keridhaan. Yakin saja setiap kesusahan ada kok pintu kemudahan yang sudah disiapkan Allah...

2. Gunakan Qaulan Syadida. Beratnya tugas dakwah bisa jadi karena kita merasa modal dan kemampuan belum banyak. Belum jadi ustadz, ilmu belum terkumpul. Padahal modal terbesar sudah ada alam diri, iman dan tauhid. tak usah jauh-jauh mencari kata-kata yang kesannya hebat tapi tidak bermakna. tak perlu gelar ustadz atau ustadzah agar didengar kata-kata kita. Gunakan saja qaulan syadida alias kata-kata yang benar, yang jujur, apa adanya. kalau mau menyampaikan tauhid bukankah kita sudah pernah punya pengalaman dengan kalimat tauhid? Kalau ibgin penyampaian Islam bukankah kita sudah mengalaminya juga? coba gali kenapa kita mau bertauhid, kenapankita maubjadi seorang muskim muslimah, lalu sampaikan itu sebagai bentuk pembenar dari apa yang diyakini.

3. qaulan Tsaqila. Belajarlah dr Nabiyullah Ibrahim a.s., ketika dia mengatakan kenapa kalian menyembah yang tidak bisa membela dirinya sendiri, yang murka adalah Namruz. itu karena kata -kata yang digunakan Nabi Ibrahim adalah qaulan Tsaqila ( kata-kata yang berbobot dan tepat sasaran ). gunakan qaulan tsaqila untuk medan dakwah yang kita hadapi. kalau yg kita hadapi masyarakat umum tak perlulah diajak untuk tafsir quran atau bahasan sirah yang bisa jadi malah membuat mereka pusing 7 keliling. ingat mukjizat dan pertolongan Allah akan datang sesuai kondisi masyarakat.

4. miliki jiwa ingin yang kuat dan percaya diri. kalau belum merasa pandai, ingin dan berusahalah untuk pandai. dianggap kurang islami, ingin dan berusahalah untuk lebih mengenal Islam. senatiasa belajar untuk menjadi lebih baik lebih baik.

wallohu a'lam... semoga yang saya tulia adalah kebenaran dan kalau ada salah astaghfirullahal adziem, itu murni kesalahan saya. mungkin kalah dengan masuknya jagung rebus dan ulen dari pada nasehat pak ustadz , maaf... :)

Senin, 05 September 2016

Jika Ini Dzulhijjah Terakhir

Banyak diantara kita yang begitu bahagia menyambut datangnya bulan suci Ramadhan. Karena Ramadhan memang istimewa, bahkan Baginda Rasulullah Saw., pun menyebutnya sebagai tamu agung. Bulan dimana diskon dosa dibuka lebar-lebar, promo amal juga diadakan selama:D 30 hari. Dan yang paling ditunggu adalah penghapusan dosa ( ampunan ) dan lailatul qadar di 10 hari terakhir.

Tapi saat bulan Dzulhijah datang, minim sekali yang membuat sambutan. Yang banyak terjadi adalah moment pernikahan yang digelar dengan alasan bulan ini bulan baik. Padahal diluar anggapan itu, bulan ini memang tak kalah istimewanya. Simak saja hadist Rasulullah yang disampaikan oleh Ibnu Abbas r.a., berikut ini :

Dari Ibnu Abbas r.a., Rasulullah Saw., bersabda, "Tiada hari dimana amal shalih lebih dicintai Allah Swt., melebihi hari-hari ini ( yaitu 10 hari pertama Dzulhijjah ). Shahabat pun bertanya, "Ya Rasulullah, tidak juga dibandingkan dengan jihad di jalan Allah?" Rasulullah Saw., pun menjawab, "Tidak juga dengan jihad, kecuali seseorang yang berjihad dengan jiwa dan hartanya, lalu gugur sebagai syahid." HR. Bukhari


Di bulan ini ada moment bersejarah yang diukir oleh Nabi Ibrahim a.s., dan putranya Nabi Ismail a.s. Sebuah peristiwa tentang pengorbanan terbesar dan kesabaran seorang Ismail dalam mentaati perintah Allah Swt. Bisa disimak di QS. As-Syafaat ( 37 ): 99-111, dimulai dari Ibrahim yang meminta kepada Allah untuk diberi seorang anak yang shalih. Seorang anak yang bukan hanya mewarisi nama, sebagai penerus keturunan, tapi anak yang shalih yang senantiasa mentaati Allah seperti yang selama ini menjadi jalan hidupnya ( Ibrahim a.s. )

Maka, ketika harapan itu terkabul, maka ujian pun datang. Ujian yang datang adalah sebagai tolak ukur kelayakan seorang hamba mendapatkan apa yang diinginkan ( dalam hal ini keturunan yang shalih). Ujian juga datang untuk melihat maqam ( kedudukan seorang hamba di sisi Allah ). Dan bagi seorang nabi dan rasul sekualitas Ibrahim, maka ujiannya pun pasti diatas ujian untuk manusia biasa. Ujian yang sepertinya diluar nalar manusia, tapi tetap dilaksanakan karena memang itu lah maqam ( tempat, kedudukan ) Ibrahim a.s.



Ujian terus berlanjut, kali ini Ibrahim diminta untuk menyembelih Ismail a.s. lihatlah dari pembicaraan dua sosok mulai ini. Sang ayah menjelaskan perintah Allah yang datang lewat mimpi yang nyata. Dan sang anak menyambutnya dengan kesabaran. Tidak ada upaya untuk menolak karena yakin seratus persen apa yang dikatakan sang ayah adalah kebenaran. Duhai jiwa-jiwa mulia, pantaslah mereka diadikan dalam kitab suciNya sebagai pelajaran dari cinta dan pengorbanan terbesar seorang hamba.

Periatiwa itu dikenal dengan syariat Qurban. Dimana seorang hamba mendekatkan diri, menempati maqamnya dengan pengorbanan terbaik yang bisa dilakukannya. Jadi qurban bukan acara seremonial saja buat yang mampu. Karena kalay dilihat dari kemusiaan, bisa jadi apa yang dikorbankan Ibrahim diluar batas kemanusiaan. Bagaimana dia bisa mengorbankan anak yang menjadi tumpuan cinta setelah menunggu dan berpisah sekian lama. Ditambah si anak amatlah berbakti?

Lalu dimana kita sekarang, yang kadang merasa qurban adalah hanya utuk yang mampu. Berqurban hanya untuk yang bisa mengeluarkan sekian rupiah untuk membeli hewan qurban tanpa rasa berat, tanpa rasa pengorbanan. Hanya dengan alasan mampu, ada uang. Padahal bukan darah dan daging yang akan sampai kepada Allah. Tapi niat dan spirit pengorbanan yang akan membuatmu berdekatan dengan Allah. Bukan sekian rupiah yang akan dilihat oleh Allah taoi berapa besar cintamu dan usahamu utuk mendzhirkan syariat ini.

Karena itu berqurbanlah seikhlas mungkin. BERKURBANLAH DAN MILIKI JIWA BERQURBAN YANG AKAN MEMBUATMU NAIK MAQAM. BERQURBANLAH YANG TERBAIK SEOLAH INI ADALAH DZULHIJJAH TERAKHIR YANG KAU TEMUI .***

Oleh-oleh with the gank... semoga Allah merahmati kita semua 

Jika Ini Dzulhijah Terakhirku

Banyak diantara kita yang begitu bahagia menyambut datangnya bulan suci Ramadhan. Karena Ramadhan memang istimewa, bahkan Baginda Rasulullah Saw., pun menyebutnya sebagai tamu agung. Bulan dimana diskon dosa dibuka lebar-lebar, promo amal juga diadakan selama:D 30 hari. Dan yang paling ditunggu adalah penghapusan dosa ( ampunan ) dan lailatul qadar di 10 hari terakhir.

Tapi saat bulan Dzulhijah datang, minim sekali yang membuat sambutan. Yang banyak terjadi adalah moment pernikahan yang digelar dengan alasan bulan ini bulan baik. Padahal diluar anggapan itu, bulan ini memang tak kalah istimewanya. Simak saja hadist Rasulullah yang disampaikan oleh Ibnu Abbas r.a., berikut ini :

Dari Ibnu Abbas r.a., Rasulullah Saw., bersabda, "Tiada hari dimana amal shalih lebih dicintai Allah Swt., melebihi hari-hari ini ( yaitu 10 hari pertama Dzulhijjah ). Shahabat pun bertanya, "Ya Rasulullah, tidak juga dibandingkan dengan jihad di jalan Allah?" Rasulullah Saw., pun menjawab, "Tidak juga dengan jihad, kecuali seseorang yang berjihad dengan jiwa dan hartanya, lalu gugur sebagai syahid." HR. Bukhari


Di bulan ini ada moment bersejarah yang diukir oleh Nabi Ibrahim a.s., dan putranya Nabi Ismail a.s. Sebuah peristiwa tentang pengorbanan terbesar dan kesabaran seorang Ismail dalam mentaati perintah Allah Swt. Bisa disimak di QS. As-Syafaat ( 37 ): 99-111, dimulai dari Ibrahim yang meminta kepada Allah untuk diberi seorang anak yang shalih. Seorang anak yang bukan hanya mewarisi nama, sebagai penerus keturunan, tapi anak yang shalih yang senantiasa mentaati Allah seperti yang selama ini menjadi jalan hidupnya ( Ibrahim a.s. )

Maka, ketika harapan itu terkabul, maka ujian pun datang. Ujian yang datang adalah sebagai tolak ukur kelayakan seorang hamba mendapatkan apa yang diinginkan ( dalam hal ini keturunan yang shalih). Ujian juga datang untuk melihat maqam ( kedudukan seorang hamba di sisi Allah ). Dan bagi seorang nabi dan rasul sekualitas Ibrahim, maka ujiannya pun pasti diatas ujian untuk manusia biasa. Ujian yang sepertinya diluar nalar manusia, tapi tetap dilaksanakan karena memang itu lah maqam ( tempat, kedudukan ) Ibrahim a.s.



Ujian terus berlanjut, kali ini Ibrahim diminta untuk menyembelih Ismail a.s. lihatlah dari pembicaraan dua sosok mulai ini. Sang ayah menjelaskan perintah Allah yang datang lewat mimpi yang nyata. Dan sang anak menyambutnya dengan kesabaran. Tidak ada upaya untuk menolak karena yakin seratus persen apa yang dikatakan sang ayah adalah kebenaran. Duhai jiwa-jiwa mulia, pantaslah mereka diadikan dalam kitab suciNya sebagai pelajaran dari cinta dan pengorbanan terbesar seorang hamba.

Periatiwa itu dikenal dengan syariat Qurban. Dimana seorang hamba mendekatkan diri, menempati maqamnya dengan pengorbanan terbaik yang bisa dilakukannya. Jadi qurban bukan acara seremonial saja buat yang mampu. Karena kalay dilihat dari kemusiaan, bisa jadi apa yang dikorbankan Ibrahim diluar batas kemanusiaan. Bagaimana dia bisa mengorbankan anak yang menjadi tumpuan cinta setelah menunggu dan berpisah sekian lama. Ditambah si anak amatlah berbakti?

Lalu dimana kita sekarang, yang kadang merasa qurban adalah hanya utuk yang mampu. Berqurban hanya untuk yang bisa mengeluarkan sekian rupiah untuk membeli hewan qurban tanpa rasa berat, tanpa rasa pengorbanan. Hanya dengan alasan mampu, ada uang. Padahal bukan darah dan daging yang akan sampai kepada Allah. Tapi niat dan spirit pengorbanan yang akan membuatmu berdekatan dengan Allah. Bukan sekian rupiah yang akan dilihat oleh Allah taoi berapa besar cintamu dan usahamu utuk mendzhirkan syariat ini.

Karena itu berqurbanlah seikhlas mungkin. BERKURBANLAH DAN MILIKI JIWA BERQURBAN YANG AKAN MEMBUATMU NAIK MAQAM. BERQURBANLAH YANG TERBAIK SEOLAH INI ADALAH DZULHIJJAH TERAKHIR YANG KAU TEMUI .***

Oleh-oleh with the gank... semoga Allah merahmati kita semua