Rabu, 29 April 2015

#Berani Lebih Pelan Melangkah

 #BeraniLebih  ala saya...

Berani kok pelan atau malah mundur? Pastinya ini yang ada dalam pikiran pembaca semua. Ya..., terkadang berani itu bukan berarti harus tampil paling di depan, atau terlihat sepak terjang yang bisa membuat setiap mata terbelalak. Bisa jadi keberanian juga ada ketika kita memutuskan untuk sedikit mengerem langkah agar kita bisa melihat bahwa di belakang kita pun ada orang yang sudah sangat berjasa pada diri kita.

Saya adalah orang yang selalu melakukan apa yang saya inginkan. Bahkan cenderung over power, hingga terkesan grusa-grusu ( dalam bahsa jawa artinya tergesa-gesa ). Bahkan setelah menikah, sifat saya yang satu ini tidak hilang. Saya selalu melakukan apa pun karena menurut saya benar. Dan biasanya tanpa meminta pertimbangan atau pendapat dari orang yang terdekat dengan saya khususnya pasangan. Saya selalu berpikir, toh ini saya lakukan untuk keluarga. Terlebih, tidak ada yang dirugikan, bahkan saya bisa memberi banyak keuntungan untuk keluarga dari segi finansial.

Nah, saya juga selalu memandang apa pun dari kaca mata perlombaan atau pertandingan. Dan saya, adalah orang yang selalu ingin menang. Dan itu terus terbawa hingga saya menjadi seorang istri bahkan menjadi seorang ibu. Siapa lagi orang yang bisa saya jadikan lawan kalau bukan pasangan? Ya..., itulah yang selalu ada dalam benak saya, suami adalah rival yang harus saya kalahkan. Dan saya adalah orang yang ingin disebut punya peran besar dalam kemajuan keluarga ini.

Saya tahu, bahwa harusnya bukan seperti itu dalam berumah tangga. Seperti kata guru ngaji saya, bahwa dalam berumah tangga itu yang ada harusnya patnership dan kasih sayang. Bahwa rumah tangga adalah kerja team antara suami sebagai kepala keluarga, istri dan anak-anak sebagai anggota keluarga. Maka, ketika ada kesuksesan adalah karena kerja semua pihak. Dan jika ada kegagalan, maka itu pun dirasakan oleh semua orang.

Berkali-kali saya memikirkan apa yang harus saya lakukan. Dalam agama saya, istri seperti saya bisa jadi dicap sebagai istri durhaka yang tidak pantas mencium aroma syurga. Tapi dalil itu pun tak membuat saya berubah sikap. Lalu, ketika saya merasa begitu nelangsa dan tidak bahagia dengan kondisi yang ada, saya pun sadar, itu lah alasan yang saya perlukan. Bahagia, ya... saya ingin hidup bahagia, bersama orang-orang yang saya kasihi dan menyayangi saya. Saya ingin hidup bahagia tanpa harus mengalahkan atau menyepelekan orang lain. Ya..., sungguh saya ingin bahagia!

Dan ini lah yang saya lakukan, mundur atau mengerem langkah saya sedikit. Saya mencoba berjalan sejajar dengan suami dan anak-anak yang masih butuh banyak bimbingan. Saya juga mulai memberi kepercayaan pada mereka bahwa mereka pun mampu melakukan peran dalam keluarga. Dan suprise... subhanallah, saya pun jadi melihat kelebihan yang ada dalam diri mereka, suami dan anak-anak. Suamiku amat penyayang dan sabar. Dia adalah sosok sabar yang selalu mendorongku untuk menekuni hobi dan duniaku. Sementara anak-anakku adalah sumber inspirasi sebagai bahan pembelajaran tentang ketulusan, kemurnian dan kasih sayang.
So.., orang yang berani versi saya adalah orang yang berani menghargai orang lain. Dan saya akan terus berusaha melakukan hal itu, hingga tidak ada keinginan untuk menyepelekan peran sekecil apa pun yang telah dilakukan. Semoga... Bismillah pasti bisa!***

Twitter : @el_himah ( https://twitter.com/el_himah )
Facebok: ummi ayehsa ( https://www.facebook.com/ummi.ayesha.com )

Tulisan ini diikutsertkan dalam Kompetisi Tulisan Pendek #BeraniLebih di Blog

Senin, 27 April 2015

Aslinya, Bandung Cantik Banget

Baru-baru ini masyarakat Bandung khususnya terkena demam KAA ( Konfrensi Asia Afrika ). Tak terkecuali saya yang sebenarnya bukan tinggal di wilayah yang dipimpin Ridwan Kamil itu. Saya tinggal di sisi alias pinggir Bandung, atau biasa disebut Bandung coret. Karena itu saya lebih akrab keliling kota Bandung dari pada keliling kota Soreang hehehe. Anak-anak saya pun sekolah semua di Kodya Bandung, baik yang negeri maupun swasta.

Kembali ke momen KAA, maka Bandung pun berdandan. foto-foto yang berseliweran di dunia maya membuat saya kepincut abis. Duh... pengin lihat, pengin selfie, pengin foto-foto atuh lah...hehehe. Dan karena pada hari itu suami dan anak-anak libur karena KAA, maka setelah acara KAA beres, saya pun mengusulkan untuk berjalan-jalan ke Asia Afrika. Anak-anak pun semangat, maklum jarang banget ayah ibunya ngajak jalan-jalan di Bandung. Paling sering ya jalan-jalan ya keluar kota atau mudik hehehe.

Kami pun berangkat setelah shalat ashar, dipandu oleh  penyiar radio yang menyiarkan kondisi kota Bandung paska KAA. Kami ingin tahu jalan-jalan mana yang sudah dibuka untuk umum dan kantung-kantung parkir. Melewati simpang lima, kendaraan kami mulai merayap. Dari radio kami tahu kalau jalan Asia Afrika memang sengaja di tutup untuk kendaraan, tapi dipersilakan untuk warga berjalan kaki, duduk-duduk atau sekedar foto-foto.

Benar saja, saya dan anak-anak turun di depan jalan Asia Afrika yang masih dijaga aparat polisi. Sementara Suami kembali berkeliling untuk mencari tempat parkir. Dan begitu memasuki Asia Afrika, wah... saya asli terperangah,"Cantiknya Bandung, asa sanes di Bandung iye mah..." Di belakang rombongan saya, dua orang ibu-ibu sepuh berkomentar yang sama, "Subhanallah..., gak kalah kayak Singapur." Hehehe... saya yang asli belum pernah ke negeri jiran itu cuma manggut-manggut. 


Setelah puas foto-foto dan waktu maghrib pun hampir tiba, kami memutuskan untuk keluar dari kawasan Asia Afrika. Ditambah sedikit kejadian tak terduga dari si kecil Omar hehehe, jadi kita pun berjalan kaki ke arah mobil terparkir. "Mau kemana sekarang, kanan kiri?" Tawar suami sambil menjelaskan arah yang dimaksud. Kita pun memutuskan menuju Masjid Agung Bandung, untuk shalat lanjut dengan makan malam. Sementara gerimis turun dengan manis, Subhanallah...


Sebenarnya, masih ada foto-foto dari kanera satu lagi. nanti di tambahin ya..., sementara ini dulu...:)


Nah. selanjutnya adalah pekerjaan yang sebenarnya lebih berat. menjaga agar Bandung tetep cantik, teteup geulis. Sempet sedih juga pas lihat foto di dunia maya tentang kursi di samping jalan Asia Afrika ada yang rusak. Atau lihat tampilah jalan Asia Afrika yang kembali dikotori sampah. Duh... ngenes banget. Padahal kalau bersih dan indah semua pasti akan bisa menikmati indahnya Paris Van Java ini. Aslinya, Bandung gak kalah cantik dengan kota -kota di luar sono, yakin deh! ***







Kamis, 23 April 2015

Karena Jujur Lebih Utama dari Cerdas



Banyak orang yang terkaget-kaget dengan kasus korupsi yang menimpa pejabat dan penguasa di negara ini. Bahkan yang bikin geleng- geleng kepala saat melihat gelar-gelar dan jabatan yang menyertai nama-nama terduga koruptor itu. Hampir semuanya mengenyam pendidikan perguruan tinggi. Ada yang sudah jadi dosen bahkan menjadi hakim. Secara akademis, mereka pastilah orang- orang yang berotak encer atau cerdas. Hemm... sebenarnya apa yang salah dari orang-orang cerdas ini?
Sebagai seorang ibu, memiliki anak- anak yang cerdas adalah cita- cita. Bahkan jauh- hari sebelum mereka hadir ke dunia ini saya sudah mempersiapkan agar keinginanan itu  terwujud. Mulai dari gizi yang baik selama di kandungan.  Stimulus-stimulus untuk merangsang kecerdasanpun diberikan  sesuai usia mereka. Bahkan  tak sungkan merogoh kocek dalam-dalam untuk memberikan sekolah dan pendidikan terbaik.  Belum cukup? Ada yang menambahkan dengan les sana, les sini, privat itu, privat ini. Semua demi keinginan , mendapatkan anak cerdas!
Tapi tahukah kawan, jika kecerdasan hanya nomor terakhir dalam empat sifat wajib yang harus dimiliki oleh seorang nabi dan Rasul. Mungkin kita tidak pernah bertanya, kenapa sifat wajib itu harus dimulai dari shiddiq, amanah, tabligh dan fathonah. Kenapa tidak dibalik atau di acak? Ternyata, memang itulah rumusan yang sudah ditetapkan oleh Allah dalam diri manusia- manusia pilihanNya.
Seorang nabi dan Rasul harus memiliki sifat shiddiq ( jujur atau berkata benar). Karena tanpa kejujuran bagaimana mungkin mereka akan menjadi orang- orang yang bisa dipercaya bukan? Jauh sebelum Rasulullah mengalami masa kenabian, suku Quraisy dan masyarakat Mekkah mengenal beliau sebagai pemuda yang jujur. Tak ada kebohongan dalam ucapan Muhammad. Setiap apa yang diucapkan Rasulullah, tak seorang pun meragukannya.Mereka bahkan tak ragu memberikan gelar Al-Amin pada beliau. Sebuah penghargaan yang menunjukkan kualitas kejujuran Muhammad pastinya. Karena Masyarakat Arab umumnya menjadikan jujur sebagai tabiat mereka. Bahkan ada istilah, orang Arab tidak akan berdusta wala pada onta mereka.
Tapi tidak semua orang jujur masuk kategori Shiddiq. Karena orang yang memiliki sifat Shiddiq adalah orang yang senantiasa merasa dalam pengawasan Allah, sehingga apa yang diucapkannya akan dibuktikan dengan tindakan. Contoh paling jelas ya pada teladan yang ditunjukkan oleh shiddiq sejati yaitu Abu Bakar. Khalifah pertama umat Islam ini memang selalu berkata jujur, membenarkan perkataan Rasul dengan  hati, jiwa, dan perbuatannya. Hemm..., pantas ya kalau shaddiqin ( orang-orang yang benar ) mereka menempati tingkat di bawah para nabi, diatas shalihin dan syuhada. Subhanallah

Dan barangsiapa yang mentaati Allah dan Rasul(Nya), mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu: Nabi-nabi, para shiddiiqiin, orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang saleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya. (QS. Annisa : 69 )

Nah..., ini lah yang cukup susah. Mengajari anak jujur tidak semudah mengajari anak matematika atau pelajaran science. Perlu ada contoh nyata yang bisa mereka tiru. dari siapa lagi, tentu saja dari orang tua sebagai orang terdekat sekaligus pendidik mereka. Apalagi anak-anak yang masih bersih memang cenderung lebih jujur dari pada orang dewasa. Mereka bisa mengatakan apa saja yang mereka lihat dan rasakan tanpa tedeng aling-aling. Kadang malah terkesan pamer hehehe, dan kalau dibumbuhi imajinasi anak ya jadinya lebai gak karuan.
Mirisnya, kadang orang tua mengabaikan sifat jujur ini. Banyak orang tua yang lebih bangga saat anaknya mendapat predikat cerdas, dengan nilai-nilai bagus walau dari hasil kecurangan, dari pada mendapati anak-anak mereka tampil sebagai pribadi yang jujur. Atau menganggap kebohongan anak-anak sebagai hal kecil , no problemo. Namanya juga anak-anak, cuma bergurau de el el...Atau dengan satu pembenaran, ya mereka kan masih anak-anak belum tahu kalau itu kebohongan. Yang lebih menyedihkan lagi jika orang tua dengan terang-terangan mengajari anak untuk berbohong. Bahkan ada juga yang dengan tega menyuruh anaknya berbohong. Nah lo!
Belum lagi pengaruh lingkungan sekitar. Kadang anak-anak terdengar membual atau berkata tidak jujur hanya karena tidak mau kalah dengan temannya. Bisa juga karena anak bergaul dengan orang-orang yang menganggap bebohong itu hal yang biasa. Berbohong untuk lucu-lucuan. Bisa juga  mereka melihat tontonan yang memberi ide pada mereka untuk berbohong. Bisa dari sinetron atau iklan ( hadeuhh..., jangan sepele kan iklan ya...). 
Karena saya bukan psikolog, maka saya pun bertanya pada yang punya ilmu. Dijamin bukan ilmu sulap apalagi ilmu hitam deh. Dan hasilnya ini lah yang bisa dilakukan orang tua dalam mendidik anak agar jujur.  

  • Ifda' binafsik ( mulailah dari diri sendiri )
Yup, di atas udah disinggung bahwa anak butuh teladan untuk berperilaku jujur. Maka, jadikan diri kita yang notebene orang tua dan pendidik anak sebagai pribadi yang penuh kejujuran. Nah, sebaiknya jadikan kejujuran sebagai pondasi penting dalam keluarga. Tunjukkan juga bahwa kita adalah orang yang berada di urutan terdepan dalam hal kejujuran. Ingat kan kata pepatah buah jatuh tak jauh dari pohonnya, nah, demikian juga anak-anak yang selalu meniru dan mewarisi apa yang dilihat ari orang tua mereka.

  • Buatlah aturan untuk selalu jujur
Buat kesepakatan dengan anggota keluarga tentang pentingnya sifat ini. Apa juga yang harus dilakukan jika ternyata ada yang berbohong. Buatlah penghargaan bagi yang berlaku jujur dan hukuman bagi yang berbohong. Jika anak bisa diajak berdialog alangkah lebih baiknya jika anak sendiri yang memilih jenis penghargaan dan hukuman ini. Ingat juga aturan ini berlaku untuk seluruh anggota keluarga :)
Terangkan kepada anak ruginya dari kebiasaan berbohong. Jangan lupa sambungkan dengan pemahaman bahwa Allah tidak menyukai orang yang berbohong.  Bahkan bohong bisa menghasilkan dosa.

  •   Buatlah Rasa Nyaman dan Aman untuk Berlaku Jujur
Kadang anak memilih untuk berbohong karena takut orang tua marah. Anak lebih memilih mengatakan apa yang ingin didengar orang tua dari pada mengetahui kenyataannya. Saat seperti ini rasa aman dan nyaman adalah kebutuhan untuk bisa berkata jujur. Saya sendiri biasanya suka mengajak anak ngobrol dari hati ke hati saat sedang masak bareng. Sedang suami biasanya sengaja mengajak anak untuk berdialag saat sedang dalam perjalanan. Intinya membuat kondisi yang nyaman hingga anak merasa aman untuk mengungkapkan kejujuran.

  •      Bantu dengan Doa
Jangan lupakan kekuatan doa ya, Kawan. Saya selalu menyertakan hal ini dalam mendidik anak-anak. Mintalah pada Sang Pemilik dan pembolak-balik hati. Mintalah pada Allah Al Latif agar hati kita dilembutkan demikian juga dengan anak-anak. 
Gampangnya, setelah kita berusaha mati-matian untuk mengajarkan kejujuran, serahkan hasilnya pada Allah. Semoga dengan hal itu, semua yang kita lakukan dalam mendidik buah hati  bukanlah sebuah kesia-sian.***




 Nb: dari berbagai sumber. Semoga bermanfaat ya, happy reading ^^
 

Jumat, 17 April 2015

Coba KMJM untuk Mengobati Batuk

 Baru-baru ini saya dapat resep alami untuk obat batuk. Hasil curhat dan chatting sama kakak ipar. jadi ceritanya pada saat itu keponakan saya sedang batuk. Oleh sang ibu, si anak sudah diberi obat batuk andalan mereka. "Biasanya sih, kalau sudah dikasih obat itu, langsung sembuah. Lha... ini sudah habis sebotol malah gak mgepek."

"Ke dokter aja atuh...!"

"Sudah..., sudah dapat obat dan sudah hampir habis juga. Demam, pilek dan lemesnya dah hilang. Cuma batuknya itu yang bandel. Awet banget."

Memang, batuk itu terkesan penyakit biasa. Dan sepetinya sudah menjadi kebiasaan masyarakat kita, kalau batuk ya langsung beli obat yang biasa di lihat di layar kaca. Dan seringnya si batuk ini betah banget di badan. Sudah sampai berbagai macam obat dicoba, tetap saja ogah pergi. Apalagi jika si kecil yang terkena batuk. Wah..., sebagai ibu saya sering senewen dan stress saat jam minum obat. Harus pintar beradu siasat dan juga strategi. belum adu otot kalau ternyata si anak main tutup mulut, huff...! Hasilnya, obat yang sudah didapat dengan susah payah seringnya malah tumbah di baju dan menjadi sia-sia.

Tapi, tetap saja kan kalau sakit usaha yang harus dilakukan ya berobat selain minta kesembuhan pada Allah. Karenanya saya ingin obat yang memang enak dan disukai anak-anak. Plus tanpa efek samping dong ya. Seringnya, saya merasakan efek enggak nyaman setelah mengkonsumi obat-obatan kimia. Perut jagi begah atau malah melilit. Belum lagi badan tiba- tiba ngedrop.  Dan ternyata itu bukan hanya saya yang merasakan, tapi juga suami dan anak-anak.

Dari situ lah saya melirik kembali obat-obatan tradisional, seperti jamu atau madu. Ketika sudah mulai bersih-bersih dan tidak enak badan, saya biasanya langsung mengkonsumsi madu dua sendok. Kalau tenggorokan sedkit gatal tambah beberapa tetes air perasan jeruk nipis. Atau kalau ingin minuman segar yang menjaga stamina, tinggal masukkan jeruk nipis ke teh hangat. Subhanallah..., tak berapa lama, badan terasa segar kembali.

"Nah..., itu juga yang kemarin dikatakan si perawat di puskesmas. Dia malah memberi Mbak, resep jamu kunyit mengkudu jeruk nipis dan madu."

"Iya, Mbak. Kalau di sini ada yang batuk saya sih biasanya pake madu dan jeruk nipis. Pengencer dahak alami, atau ekspektoran alami." Tambah saya. "Alhamdulillah anak-anak gak susah kalau minum itu."

"Oh bukannya kecap ama jeruk nipis?"

"Itu juga bisa, tapi enakan minum madu. kalau kecap enaknya dimasukkan ke masakan hehehe." Saya mencoba bergurau, "Eh..bikin jamu KMJM mudah enggak?"

"Eh... jamu apa itu?" Mbakku malah bingung.

"Ya, tadi kunyit mengkudu madu jeruk nipis," Saya malah ngakak betulan.


" Oh.. gampang banget, ambil kunyit secukupnya, kupas parut dan peras airnya. Parut mengkudu atau pace muda, secukupnya saja. Lalu peras dan tambahkan ke air kunyit. Masak, sampai mendidih. Beri beberapa tetes air jeru nipis dan sesendok madu. Minumkan setelah jamu hangat. Rasanya enak sekali di tenggorokan. Tidak pahit, seger malahan."

Dan ternyata setelah baca sumber ini itu, saya jadi tahu kalau buah mengkudu itu memang penuh khasiat, subhanallah. Bisa untuk mengobati hipertensi, batuk, kulit bersisik, sakit kuning dan masih banyak lagi. Dan kunyit, si kuning yang sudah biasa jadi bumbu kuning ini memang terkenal banyak manfaatnya. Selain ampuh untuk sakit maag, kunyit ini juga memiliki khasiat mengobati batuk, terutama batuk kering. Sedangkan jeruk nipis, sudah banyak dikenal sebagai pengencer dahak dan juga kandungan vitamin C nya cukup untuk membuat say atahan tubuh stabil.

Sepertinya bagi yang tinggal di kampung sih bahan-bahan tadi sangat mudah didapat. Dulu, di kampung saya, pohon pace atau mengkudu sangat mudah ditemukan. Tak jarang, buahnya yang sudah matang jatuh dan membuat aroma yang bisa membuat hidung berkernyit. Tapi di perkotaan, kalau tidak menanam sendiri atau rasa-rasanya susah untuk mendapatkan buah itu. Apalagi yang masih muda. Bisa saja sih, pesen ke abang tukang sayur hehehe... ( gaya hidup intsan orang kota ).

"Alhamdulillah, sekarang batuk dah sembuh. Dan ternyata kemarin itu amandelnya juga besar. Tenggorokannya merah. Jadi makanan juga harus mulai dijaga nih. Untungnya anaknya dah bisa dinasehatin."

Saya ber-o - ria mendengar penjelasan Mbakyu ku itu. Beberapa tahun yang lalu, satu dari sikembar juga dirujuk ke THT karena amandelnya sudah cukup besar. Mungkin maksud dokter di klinik sekolahnya agar anak mendapat penanganan yang tepat. Kalau perlu operasi ya lakukan. Syukur-syukur masih bisa dengan obat saja.Tapi karena waktu itu kondisi saya tidak memungkinkan bolak-balik antar Kakak Zainab, saya pun searching-searching lah ke internet.  Tak lupa tanya sana-sini agar tidak tersesat ( hehehe). Saya pun memberi minum madu dua kali sekahari, masing-masing dua sendok.

Memang harus sabar dan mau susah dikit. Karena biasanya pengobatan herbal tidak se-cespleng obat kimia. Tapi melihat hasilnya, terbayar sudah semua kelelahan itu...( hehehe... berasa lagi baca novel). Dan Saat diperiksa lagi ke doktrik klinik di sekolahnya, si dokter malah takjub. "Amadelnya dah normal lagi, tenggorokannya juga sehat sekali. Jadi ke dokter THT waktu itu?"

Dan jawaban anak saya seperti yang saya tulis di atas, cukup minum madu setiap hari dan menjaga makanan.
Jadi ingat firmat Allah Swt., yang ini  
"Dari perut lebah itu ke luar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia." (QS 16:69) .
Tambahin juga yang ini
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda, "Hendaklah kalian menggunakan dua obat yaitu madu dan Al Qur’an."

Subhanallah...***






Sumber:
http://manfaatbuahdaun.blogspot.com/2014/01/manfaat-dan-khasiat-buah-mengkudu-untuk.html
http://obatbatuk.org/obat-batuk-alami/
dan berbagai sumber.







Jumat, 10 April 2015

Agar Tidak Ada Kata Menyesal

"Nyesel saya dulu gak mau kuliah," Keluh seorang teman
Saya dan seisi mobil spontan kaget. "Emang ngapain aja setelah lulus SMA?"
"Saya milih merit dari pada kuliah."
Kok bisa, pikiran saya muter-muter. Memang, dulu pun pernah terlintas untuk nikah muda. Tapi tetep saja keinginan saya untuk melanjutkan pendidikan sangat besar. Meski jujur saja, saya juga saat itu bingung mau kuliah dimana dan ambil jurusan apa. asli, tidak terlintas dalam pikiran saya waktu itu, sebuah profesi atau pekerjaan yang ingin saya tekuni di kemudian hari.
"Dulu orang tua saya nyodorin uang 5juta, lalu bilang, nih terserah kamu mau kuliah atau nikah. ya saya milih nikah."
"Lha..., kenapa gak milih kuliah?" Jujur saja, saya memang bener-bener penasaran :)
"Karena orang tua dulu kasih syarat, kalau kuliah harus ambil jurusan teknik. padahal saya kan senengnya bagian seni. pengin kuliah ya di bagian seni."
"Masuk aja ke IT*, kan ada jurusan fakultas FS*D." Saya masih ngotot.
"Iya, dulu enggak kepikiran Mbak, jadinya ya nikah dan sekarang pengin banget kuliah. Tapi gak ada uang hehehe."

Obrolan pun berhenti dan kami semua sibuk dengan pikiran masing-masing. Saya ingat dulu orang tua juga memberi syarat kalau mau kuliah. Syaratnya cukup masuk ke PTN saja, asal negeri mau jurusan apa pun, it's oke. Kalau swasta meski jurusannya ajaib pun Abah tidak akan acc. alasannya cuma satu, ora ana duit ( gak ada uang)!

Dengan persyaratan harus negeri, akhirnya saya pun kuliah di sebuah politeknik di Bandung. Dan tanpa mempedulikan jurusan yang saya ambil, orang tua oke saja. Padahal saya masuk jurusan yang saya sendiri tidak terlalu minat. Jadilah di awal-awal masuk kuliah, saya dapat gelar Putri Salju. Eits, jangan bayangkan itu saya dapat karena tampilan fisik. Karena memang tidak ada mirip-miripnya kok dengan si Snowwhite ( hehehe... tutup muka pake jilbab ), tapi itu adalah olokan dari kakak angkatan yang artinya, putri salah jurusan ( hahahaha ).

Karena sudah terlanjur masuk, saya pun berusaha kuliah dengan baik. Alhamdulillah lulus juga setelah tiga tahun kuliah. Minimalnya, tidak ada perasaan bersalah sama orang tua. Nah, ini lah masalah yang sebenarnya, saya tidak tahu mau kerja apa dengan ijazah yang sudah di tangan. Saat teman-teman seangkatan bersemangat ngalamar ke sana-sini, ikutan proyek ini itu, saya malah asyik membangun mimpi saya menjadi penulis. setiap pagi saya sudah duduk manis di depan komputer ( bukan milik saya,milik saudara ) untuk menulis yang seringnya ngeblank hehehe.

Masalah kedua, uang jatah bulanan tak lagi datang, what a suprise! terpaksa saya pun terjun ke dunia les privat. Mengajar anak SD, SMP, SMA yang saya jalani dari pagi sampai lepas isya'. Demi apa coba, ya demi sesuap nasi dan ada alasan tidak disuruh cepat-cepat pulang kampung. Uang yang saya dapat tidak seberapa, malahan untuk ongkos ngajar saja seringnya kurang. Jadinya saya sengaja jalan kaki, memaksa kaki saya menyusuri jalan kompleks yang gak ada angkot. Ada juga ojeg yang ongkosnya bikin puyeng. kalau enggak becak yang bisa bikin sesak napas.

Tapi saya menikmati aktifitas mengajar ini, bahkan saya merasa ingin sekali menjadi seorang guru. Di mata saya, guru itu keren sekali. Mungkin karena saya terlalu terpengaruh oleh tokoh drama GTO yang super keren itu. Seorang guru yang bukan saja mengajar pelajaran di depan kelas, tapi guru yang memang membuat muris-muridnya semangat mengejar impian mereka. Persis kayak Bu Muslimah di novel Laskar Pelangi ya...

Dan akhirnya, saya pun mendapat kesempatan untuk menjadi seorang guru beneran. Artinya memang mengajar di depan kelas di sebuah sekolah. Walau cuma guru kontrak yang singkat, hehehe. Intinya, saya fokus menjadi guru yang baik, guru yang menyenangkan karena memang saya tidak mau dianggap sebagai guru yang galak. Sampai ketika masa mengajar saya selesai, saya pun pamitan. Dan ini lah yang membuat saya begitu terharu, karena murid-murid justru ingin saya lebih lama mengajar. Wajah-wajah lucu yang biasany sering bikin ulah ajaib, hari itu menangis karena enggan berpisah ( Wew..., hari itu saya juga mewek karena terharu).

Setelah menikah, saya sepakat di rumah mengurus rumah tangga dan anak-anak. Lagi- lagi ada yang membuat saya pusing tujuh keliling. Memang benar, ada kalanya, manusia butuh sebuah pekerjaan atau komunitas untuk menunjukkan eksistensinya. Demikian juga dengan kegelisahan yang saya rasakan. Buka karena ingin eksis atau sekedar diakui, tapi lebih ke arah ingin merasa bermanfaat. Bukan hanya dalam lingkup keluarga, tapi juga masyarakat.

Saya pun kerap berdiskusi dengan suami, tentang keinginan untuk kembali mengajar. Waktu itu saya merasa passion saya memang di dunia pendidikan. Tapi rupanya, kondisi saya tidak memungkinkan. Dengan si sulung yang baru 5 tahun, si kembar yang menginjak 3 tahun dan si nomer 4 yang masih doyan ASI ( 1 tahun an ) membuat saya tidak bisa beranjak dari rumah. Puff...

Suami lah yang mengingatkan saya pada cita-cita saya dulu, menjadi penulis. Dia menyemangati saya untuk kembali menulis. Dia juga memberikan sebuah komputer yang bisa saya pakai untuk menuangkan ide-ide. Dia juga menyediakan waktu untuk membaca atau sekedar mengkomentari tulisan saya. "Coba tulis hal-hal yang sangat dengan dengan dunia Ibu, dunia muslimah mungkin..."  atau, "Tulisa saya yang ingin Ibu tulis." Ujarnya menyemangati.

Saya hampir menyerah karena memang tulisan saya tidak selesai-selesai. Selalu berhenti di paragraf atau lembar kesekian. Duh..., rasanya makin tertekan. Tapi satu yang membuat saya tidak mau berhenti, adalah saya tidak ingin menyesal kelak. Karena memang saya merasa belum melakukan apa pun. Ibarat berjuang belum sampai titik darah penghabisan. Belum maksimal, bahkan melangkah pun belum, lalu bagaimana saya bisa merasakan pengalaman saat berlari atau terjatuh.

Dan saat saya mendengar kata-kata teman di awal cerita ini, saya bersyukur karena saya dulu tidak memilih berhenti. Berusahalah semaksimal kemampuanmu, hingga saat engkau memutuskan untuk berhenti pun tidak ada penyesalan. Dan satu lagi, jangan takut atau ragu menemukan cita-cita baru. Bukankah sangat menyenangkan punya banyak pengalaman yang bisa diwariskan pada anak-anak mu kelak. Sugoi  ne!***A

Jumat, 03 April 2015

Ini yang Harus Dilakukan Saat Si Kecil Terkena Flu Kulit ( Flu Singapur )



Sebenaranya sudah lama mendengar jenis flu yang satu ini. Teman saya dulu menyebutnya dengan flu Singapur. Pikir saya, jauh-jauh amat ya importnya ( hehe abaikan saja ), ternyata memang di Singapur penyakit ini pernah menjangkit secara luas dan menyebabkan kematian. 

Nah,  tadi pagi teman saya yang lain mengatakan kalau anaknya didiagnosa dokter terkena penyakit flu kulit.  "Seperti umumnya flu, Bu. Dari minggu kemarin, anak saya memang pilek. Demam juga minggu kemarin. Saya pikir pas lihat ada bintik merah di dagunya itu kayak digigit nyamuk atau jerawat. Ternyata makin lama makin membesar dan berisi cairan. Kayaknya gatel, soalnya anak saya garuk-garuk terus." 

 "Oh ya, biasanya memang di dekat sekitar mulut, kuku kaki dan tangan. Sudah diperiksa?" Tambah saya. 

"Iya, bener banget. Di daerah jempol tangannya juga sudah ada bintik merah. Duh..., saya pikir itu kayak kutu kucing atau apa lah... ternyata pas tadi periksa ke dokter flu kulit. obatnya banyak banget, ada 4 botol. ada juga salep untuk mengeringkan bintik-bintik itu." 

Akhirnya saya pun cari-cari sumber dan berusaha menuliskan tentang penyakit ini. hasilnya berikut: 

Dalam istilah kedokteran, penyakit ini disebut juga penyakit KTM ( kaki tangan dan mulut). mengingat memang ketiga daerah itu lah yang terserang virus flu ini. Atau  Hand, Foot, And Mouth Disease (HFMD). Gejala-gejalanya, seperti flu biasa, kadang diiringi demam, bisa juga demam sudah dari kemarin-kemarin. Timbul lepuhan di sekitar mulut, banyak yang menyangka sariawan karena anak-anak akan kehilangan nafsu makan. Biasanya menyerang anak-anak usia dua bulan sampai lima tahun. bahkan sampai usia 10 tahun. sedangkan orang dewasa jarang yang terkena virus ini.

Karena penyebabnya virus sebenarnya akan sembuh jika daya tahan tubuh ( imunitas ) juga baik. Tapi jika memang kondisi anak terlihat lemah dan mengkhawatirkan, sebaiknya ke dokter atau rumah sakit untuk mendapat penanganan yang tepat. misal infus dan obat bila memang diperlukan. Bukan apa-apa Kawan, pengalaman ngasih minum vitamin atau sekedar obat turun panas ke anak itu banyak juga yang akhirnya dikeluarkan kembali. Belum lagi kalau anak susah makan, wah... bisa menguras eneri tuh bujuk-bujuknya.

 Penyakit ini juga bisa menular melalui jalur pencernaan, pernapasan, ludah, cairan vesikel ( cairan dalam bintik atau gelembung yang ada di kulitnya ). Penularan juga bisa melalui kontak tak langsung  seperti melalui handuk, peralatan makan, juga mainan. jika anak sudah sekolah sebaiknya istirahat di rumah dulu sampai sembuh untuk menghindari penularan penyakit ini. Kalau memungkinkan pakaikan juga masker pada anak atau orang sekitar anak yang sakit. untuk mengurangi kemungkinan tertular.

Faktor kebersihan juga harus dijaga. Biasakan mencuci tangan dengan sabun atau cairan antiseptik. Bagi ibu-ibu, biasakan mencuci tangan setelah membersihkan pup, air kencing atau sekedari ludah anak. Keringkan bintik-bintik dengan salep atau propolis ( bagi yang menyukai pengobatan herbal ).

Jika anak masih mengkonsumsi ASI, maka ibu juga harus didopping vitamin, agar menghasilkan ASI yang berkualitas. Hingga daya tahan tubuh anak makin kuat. Dan..., yang terpenting minta kesembuhan kepada Allah Swt , karena tidak ada yang bisa menyembuhkan kecuali Allah. Betulkan? :)

 



Kasihan gantengnya hilang dikit ya De Yazid,  Syafakallah ya...:)