Rabu, 25 Mei 2022

Menikah Hanya 8 Hari, Jangan Salahkan Proses Ta'arruf!

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh..

Semoga keselamatan, rahmat Allah dan keberkahan senantiasa melingkupi kita semua, aamiin


Foto: Shutterstock



Kisah menikah hanya 8  hari yang diupload oleh seorang wanita berprofesi pengajar akhirnya viral. Kisah dimulai dari si fulanah yang menikah melalui proses ta'arruf dengan sang suami. Ta'arrufnya sendiri berjalan dalam tempo sesingkat-singkatnya, hingga terkesan tergesa-gesa. Hanya melalui CV yang mungkin lebih mirip CV untuk lamaran pekerjaan, bukan lamaran pernikahan. Bahkan ada kesan bahwa ada pihak yang sebenarnya enggan atau terpaksa dengan pernikahan ini. Hingga ketika ada peristiwa sepele terjadi, terjadilah pengusiran dari pihak suami yang berujung pada perpisahan keduanya.


Seperti biasa netizen memang maha benar dalam berkomentar. Yang paling bikin mata gatal membacanya adalah komentar tentang ta'arruf yang terkesan jadi biang dari pernikahan singkat ini. Padahal banyak juga pasangan yang harmonis, samawa, langgeng sampai kakek nenek berawal dari proses ta'arruf. Dan banyak juga pasangan yang berawal dari proses pacaran yang hanya berumur singkat. Bahkan dalam hitungan jam, hem...

Ta'arruf sendiri dalam Islam memang menjadi jalan dalam mengenal calon pasangan. Namanya proses mengenal ya memang tidak cukup hanya dengan saling tukar CV. Dulu, dimasa saya kuliah ramai sekali proses Ta'arruf dengan tukar CV ini. Tapi itu ternyata hanya tahap awal, selanjutnya ada proses pengenalan yang lebih dalam setelah kedua calon memang menyatakan siap menikah. Artinya memang sadar, merdeka, tidak ditekan apalagi dipaksa. 

Saya sendiri menikah melalui proses ta'arruf. Awalnya memang saya membaca biodata calon suami. Tapi tidak berhenti sampai membaca saja, saya pun mendengar penjelasan dari pihak perantara ( waktu itu ya guru ngaji atau ustadz dan istrinya ) tentang calon suami. Saya pun mencoba mengenal lebih dalam lewat adik perempuan calon suami. Bukan hanya sifat, kepribadian, hobi, apa yang disukai apa yang tidak dari calon suami, tapi juga mengenal keluarga dimana dia berasal. Karena dari pola asuh dan pendidikan keluarga memegang peran penting pembentukan karasteristik sesorang.

Bahkan saya sempat berkunjung ke rumah calon suami, tentu tidak sendirian, tetap didampingi calon adik ipar perempuan. Saya pun melihat lingkungan sekitar, dan mendengar cerita calon suami dari orang-orang terdekatnya secara langsung. Jujur dengan calon sendiri saya jarang berkomunikasi langsung, artinya tetap melalui perantara. Karena bagaimanapun kita tetap dua orang asing yang tidak halal berkomunikasi berdua tanpa mahram atau pendamping. Saya berkomunikasi dengan ustadzah dan calon suami dengan ustadz, 

Tak lupa dan tak ditinggalkan adalah doa mohon diberi petunjuk. Istikharah tak cukup sekali tapi berkali-kali. Apa saya dapat mimpi untuk kemudian jadi yakin dan mantap ke jenjang ta'aaruf selanjutnya? Kayaknya enggak deh hehehe. Enggak tahu juga apa saya yang kurang nangkap maksud mimpi atau memang jarang mimpi. Tapi yang saya minta pada Allah adalah jika memang dia jodoh maka tetapkan hati untuk melanjutkan tahap ini. Beri petunjuk dalam bentuk apapun. Ringankan hati dan mudahkan langkah. Dan ternyata itu yang saya dapatkan. Moral story nya sih, kalau sudah istikharah tapi gak dapat mimpi jangan galau. Tapi pandai-pandailah melihat tanda-tanda dan bersihkan diri dari hawa nafsu atau keinginan pribadi agar pesan yang Allah kirim mudah ditangkap.

Ini saya ambil dari kejadian yang saya alami sendiri lho, bukan kisah orang lain. Kisahnya seperti ini, beberapa waktu sebelum ta'arruf dengan calon suami yang sekarang - alhamdulillah mau berjalan 20 tahun jadi qawwam dalam rumah tangga- saya pun pernah menjalani ta'arruf. Taarruf yang pertama ini malah gagal sudah, padahal si calon  memenuhi semua  kriteria keluarga besar. Sudah punya pekerjaan tetap, sudah sarjana, PNS pula. Tapi saat saya ingin mengenal dari pihak keluarga besar disinilah mulai terlihat tanda-tanda bahwa dia bukan jodoh saya. Dari mulai komunikasi yang sulit,  hati yang terus merasa berat, tidak ada i'tikad baik ingin melanjutkan prose ta'arruf, dan akhirnya si calon menghilang. Anak-anak gadis saya saat mendengar cerita ini langsung komen,  "Wah, ternyata Ibu pernah mengalami di-ghosting juga ya pada zamannya wakakakak.."


Point Penting dalam Ta'arruf:  

Selain mengenal pribadi calon pasangan, kenali juga apa yang mendasari pasangan untuk menikah. Apa sih visi misi,tujuan. pandangan yang dimiliki calon pasangan dari sebuah pernikahan. Rumah tangga itu ibarat mengarungi bahtera di tengah lautan samudra. Terus tanpa nanya-nanya dulu tujuan yang akan dituju kita main naik aja. Baru pas kapal sudah berlayar, berani nanya ke nakhoda. Ya kali kalau kalau tujuannya sama, bisa disebut beruntung. Kalau enggak mau jebur laut apa? 


Ta'arruf  Setelah Menikah 

Perlu dipahami juga bahwa proses ta'arruf bukan hanya dilakukan saat perkenalan atau sebelum menikah. Setelah menikahpun tetap proses ini dilakukan. Karena yang sudah satu pemahan dan visi misi dalam menikah pun tetap bisa berubah karena dinamika kehidupan. Manusia memang makhluk dinamis, tidak statis. Berubah terus seiring pemahaman dan ujian yang dihadapidnya. Jangan lupakan juga jebakan syaitan ada di mana-mana lho. Jangan pikir syaitan akan diam berpangku tangan melihat rumah tangga yang harmonisdan tujuannya sesuai kehendak Allah Swt. Justru Syaitan akan makin berupaya dengan godaan dari arah depan, belakang, kanan, kiri bahkan bawah untuk menguncang ikatan kuat ini. 

Ada kisah bahwa Iblis sangat menghargai pasukannya yang bisa memisahkan sepasang suami istri dari ikatan akad suci. Sebuah janji yang senilai dengan perjanjian pengangkatan para nabi ( mitsaqan ghalidzan = ikatan yang kokoh ). Yang sampai ketika ikatan ini dipisahkan bergetar Arsy dan Allah pun tidak suka walau mengijinkan. Dan sebagaimana hukum alam, semakin tinggi pohon semakin kuat angin yang berkencang, maka begitupun berlaku pada ujian dalam pernikahan. Banyak contohnya dimana pada pesohor, ustadz terpandang harus jatuh karena ujian dalam rumah tangganya.

Proses taarruf yang benar pasti akan menghasilkan tafahum, saling memahami. Dibutuhkan sikap jujur pada diri sendiri akan kekurangan dan kemauan untuk berubah. Dari pasangan dibutuhkan sikap menerima karena bagaimanapun tidak ada manusia yang sempurna. Dari tafahum mulailah untuk saling menolong, bekerjasama. Karena tidak mungkin terjadi kerja team yang bagus kalau tanpa saling memahmi satu sama lain. Dan semua itu berawal dari taaruf atau proses mengenali, saling mengenal. 

Proses ta'arruf tidak berjalan imbasnya kemana-mana lho. Paling deket ya di komunikasi, pasti macet. Kalau enggak satu arah, gak jauh dari ceramah atu khutbah ya yang pemirsanya gak boleh komen atau harus diam hehehe. Lalu bagaimana harmonis akan terbentuk kalau di gak nyambung antara pimpinan dan warganya, antara suami dan istri beserta anak-anaknya. Akibatnya jalan masing-masing yang bisa menyebabkan bahtera rumah tangga terombang-ambing lautan kehidupan. Kalau sudah seperti ini bukan syurga rumah kita tapi kebalikannya naudzubillah...

Semoga tulisan ini bisa sedikit nenambah ilmu dan wawasan tentang ta'arruf...

wallaohu a'lam bishowab.


Minggu, 22 Mei 2022

Perumpamaan Dunia dalam Al Qur'an


Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh, semoga keselamatan senantiasa tercurah pada kita, aamiin

Hari ini kita akan mencoba tadabbur ayat Al Qur'an ya men temen. Ceritanya pagi hari saya diingatkan sebuah notifikasi dari channel youtube yang saya ikuti. Sebuah masjid yang cukup banyak melahirkan banyak program keren seperti Kelas Kisah Nabi yang sudah saya diikuti dari tahun kemarin. Itu pun saya mulai sudah masbuk, sudah sampai kisah Nabi Musa. Tapi gak papa, better late than never hehehe.

Tapi bukan kelas itu yang saya ingin ceritakan, tapi tentang video pendek yang menarik minat di bagian short video. Dari judulnya saja sudah menarik, perumpamaan dunia apalagi ketika kita menyimaknya. Yuk ikuti...

Dalam QS. Al Kahfi : 45, Allah SWT menjelaskan tentang perumpamaan dunia. Yaitu seperti air hujan, yang bisa menghidupkan dan menyuburkan tanah yang kering. Nah, hujan itu jika turun dalam intensitas yang pas maka akan sangat bermanfaat baik bagi manusia, tumbuhan dan hewan. Sebaliknya jika berlebih maka yang terjadi bisa malah bencana, seperti banjir bandang. Jika kurang pun akan menyebabkan kekeringan. 

Demikian juga dengan dunia, saat yang datang ke kita pas dan yang menerima juga adalah orang yang tepat maka akan sangay bermanfaay. Bahkan mendatangkan keberkahan ( kebaikan ) berlipay baik bagi dirinya maupun orang sekitanya. Misal, harta kekayaan yang diterima sahabat Ustman bin Affan ra., maupun Abdurrahman bin Auf ra., jumlahnya pas dengan usaha keduanya. Dan karena yang menerima sekualitas Ustman dan Abdurrahman, maka manfaat harta keduanya dirasakan oleh ummat Islam. Harta keduanya bahkan berefek bukan hanya di dunia tapi mengalir sampai akhirat, masyaaAllah Tabarrrakallah...

Namun contoh lain juga ada, orang yang diberi harta berlimpah tapi malah menjadi bencana buat dirinya, seperti Tsalabah dan Qarun. Dikisahkan keduanya awalnya adalah hamba Allah yang rajin beribadah. Dalam Kelas Kisah Nabi , Qarun dikisahkan sebagai seorang ahli Baitul Maqdis yang taat. Kesamaan lainnya, keduanya sama-sama minim dalam urusan harta. Hingga Allah datangkan harta berlebih dan tidak ada yang selamat dari keduanya. Qarun mati tertimbun harta -hartanya dan Tsa'labah zakatnya tidak diterima, nauzubillah.

Harta yang sedikit sering kali dianggap ujian sementra harta yang banyak tidak. Padahal sama saja, kedua-duanya adalah ujian. Contoh Mus'aib bin Umair ra., ketika belum masuk Islam adalah pemuda yang tampil trendi dan berasal dari kalangan bangsawan lagi hartawan. Nyatanya setelah masuk Islam, dia menjadi sosok yang sangat sederhana, bahkan saat gugur di medan perang pun tidak ada kain yang kayak menutupi badannya. Kalau diangkat ke bagian kepala terlihat kakinya pun sebaliknya, subhanallah...

Menempatkan Dunia Sesuai Karakteristiknya


Jika dunia dianggap seperti air maka kita bisa menempatkan sesuai karakteristiknya. Ibarat sedang berlayar menempuh samudra kehidupan maka kita akan selamat sampai tujuan selama air ada di bawah telapak kaki kita. Sebaliknya kita tidak akan pernah sampai ke tujuan akhir yang diinginkan jika air berada di atas kita. Karena saat itu terjadi berarti kita tenggelam. 

Maka begitulah memperlakukan dunia. Letakkan dia dibawah kaki kita artinya kita yang berkuasa atas dunia itu. Bukan sebaliknya bukan diatas kepala yang artinya hidup kita dikuasai dan diatur oleh harta duniawi. 

So.... tidak ada larangan orang Islam jadi orang kaya. Tapi jadilah orang kaya yang baik yang dicintai oleh Allah Swt. Tidak ada larangan juga menikmati dunia, asal tetap dalam koridor ibadah bukan dalam rangka mengikuti hawa nafsu atau trend semata. Apalagi sampai terlena dan tenggelam didalamnya. 

Allahu Akbar, begitu indah cara Allah membuat perumpamaan dan menjelaskan pada hambanya. Semoga kita semua termasuk orang-orang yang dimudahkan menerima hidayahNya aamiin ya Rabbal 'alamiin...

Wallahu 'alam bishowab 
Semoga bermanfaat

Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Jumat, 20 Mei 2022

Mengingat Mudik Sejati Dari Fenomena Mudik Idul Fitri


Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh, semoga kesejahteraan dan keselamatan tercurah untuk kita semua.

Bada tahmid dan shalawat..
Bagaimana kabar teman-teman semua, mumpung masih Syawal, saya mengucapkan Taqabbalallahu minna wa minkim shiyaamana wa shiyaamakum, minal aidzin wal faidzin. 

Satu yang paling terlihat di Idul Fitri kali ini adalah gelombang mudik besar-besaran. Setelah hampir 2 tahun adanya pembatasan karena pandemi covid, maka tahun ini kaum muslimin mendapat kesempatan untuk mudik kembali. Alhasil semua memanfaatkan, bukan hanya dari umat Islam tapi juga dari kalangan non Islam yang bisa jadi memanfaatkan untuk liburan kumpul dengan keluarga besar dan reuni dengan teman-teman.

Alhamdulillah, setelah 2 kali Lebaran tidak pulang tahun ini diberi kesempatan dan rezeki untuk bisa silaturrahmi lagi dengan orang tua, keluarga dan handai tolan di kampung. Anak-anak jelas yang paling hepi sih, karena mereka sudah membayangkan dapat salam tempel setelah 2 tahun krisis THR 😂😂😂. Ditambah mereka sudah kangen berat sama Mbah uti nya, satu-satunya orang tua yang masih ada di tengah-tengah kami.

Namun, saya dan suami juga wanti-wanti ke anak-anak, agar tidak salah niat pas mudik. Bisa-bisa kecewa kalau terlalu tinggi ekspektasi. Berharap dapat THR berlimpah tahunya zonk, sakitnya tuh tak berdarah lho...🤭. Pak suami malah menyiapkan sedikit wejangan untik disampaikan saat kumpul keluarga besar nanti. Intinya mengingatkan agar Lebaran itu bukan bubaran ( dari aktifitas ibadah di Ramadhan ), serta mengingatkan tentang mudik yang sejati.

Ya, kita semua akan 'mudik'  pada waktunya, ke kampung halaman asal kita. akhirat tepatnya syurga karena pertama kali Adam dan Hawa diciptakan lalu ditempatkan di Syurga.

Namun sedikit yang menyadari hal ini, bahkan banyak yang lupa. Sampai terlena dan terlalu betah hidup di dunia. Ya, kali ada manusia yang hidup abadi. Umur manusia jaman now itu ( Umat Rasulullah ) batasnya 63-70 tahunan. Itupun banyal yang enggak sampai. Banyak yang meninggal padahal masih muda, produktif lagi. Tapi kalau quota usia dah usai, kita bisa apa?

Fenomena Mudik
Mudik atau pulang kampung dari dulu punya makna yang sama. Yaitu kegiatan dimana manusia bergerak kembali ke tempat asal. Karena kebanyakan manusia urban asalnya dari kampung atau udik jadilah istilah pulang kampung atau mudik.

Setiap orang yang mudik pasti mereka melakukan persiapan. Bukan hanya tiket perjalanan, kendaraan, kesehatan, bekal selama di perjalanan juga jangan lupa oleh-oleh. Ada juga yang mempersiapkan penampilan, minimalnya bisa dipamerin ke keluarga di kampung kalau kesuksesan sudah diraih dengan tampilan trendy, glowing, bling-bling dan sejahtera ( bahasa halusnya kaya ).

Aktifitas yang dilakukan seputar mudik juga gak jauh-jauh dari holiday. Silaturahmi mah sebentar, liburannya yang gak kelar-kelar  Maka antrian macet pun pindah dari kota ke kampung, dari mall ke tempat wisata bahkan kuburan. Mirisnya tak terlihat sisa-sisa beramal di Ramadhan. Buktinya berburu kuliner jadi agenda wajib saat mudik, padahal baru beberapa hari berea menahan lapar dan haus, tapi gak ada efeknya sama sekali.

Mudik yang seperi ini biasanya hanya menghasilkan kerugian. Kesenangan bisa jadi dapay tapi beres itu apa yang didapat, hanya hati yang kosong dan malas beribadah. Naudzubillah kalau sampai jatuh sakit dan menghambat aktifitas.

Nah, agar tidak sampai kejadian seperti itu maka niatkan mudik memang untuk silaturahmi, untuk birrulwalidain, untuk mendapatkan ridha Ilahi. Hindari aifat6 berlebih-lebihan dalam hal apapun, karena itu adalah jebakan syaitan. ingat dan jaga terus apa yang kemarin diupayakan di Ramadhan, jangan dibubarkan apalagi dihilangkan kebiasaan baik itu. Karena yang ada nanti kebiasaan buruk yang merajalela.

Jika dapat uang THR, gunakan untuk hal yang bermanfaat. Jajan boleh tapi ingay jangan berlebihan. Syaitan itu tempatnya di perut yang penuh artinya yang selalu diisi dan dituruti keinginannya. Meski anak-anak dalam masa pertumbuhan pun saya tetap kasih 'rem' kalau urusan perut. Karena bukan hanya badan yang harus dibangun, tapi ada jiwa dan ruhani yang harus dibangun juga. Jadi kudu seimbang.

Mudik Yang Sejati
Dalam QS. Al Fajar : 27-30 jelas-jelas Allah menjelaskan tentang kampung halaman yang sejati yaitu syurga. Allah memanggil orang-orang yang sadar kampung halaman syuga itu dengan panggilan orang-orang yang berjiwa tenang ( nafsul mutmainnah ). Tenang disini bukan diam tapi lebih ke menunjukkan level keimanan dan kejiwaan seseorang. Bahwa orang yang memiliki jiwa yang tenang pasti imannya juga manteng ke Allah dengan kuat serta melakukan apapun berdasarkan tuntunan dari Al Qur'an dan Hadist Nabi.

يٰٓاَيَّتُهَا النَّفْسُ الْمُطْمَىِٕنَّةُۙ ارْجِعِيْٓ اِلٰى رَبِّكِ رَاضِيَةً مَّرْضِيَّةً ۚ فَادْخُلِيْ فِيْ عِبٰدِيْۙ وَادْخُلِيْ جَنَّتِيْ ࣖࣖ

"Wahai jiwa yang tenang! Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang rida dan diridai-Nya. Maka masuklah ke dalam golongan hamba-hamba-Ku, dan masuklah ke dalam surga-Ku." QS. Al-Fajr [89]: 27-30

Dalam kitab Lubab al-Ta’wil fi Ma’ani al-Tanzil, Al-Baghdadi ‎menjelaskan bahwa makna al-nafs al-muthmainnah adalah jiwa yang tetap ‎pada keimanan dan keyakinan, membenarkan firman Allah, meyakini bahwa ‎Allah adalah Tuhannya, tunduk serta taat kepada perintah Allah, ridla dengan ‎ketetapan (qadla) serta takdir (qadar) Allah, yang selamat dari adzab Allah, ‎yang selalu tenang dan damai dengan terus berdzikir kepada Allah.‎

Jiwa yang demikian inilah yang kelak ketika kembali kepada Allah akan ‎disambut dengan sapaan mesra: “Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada ‎Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridai-Nya. Maka masuklah ke dalam ‎jama’ah hamba-hamba-Ku. Masuklah ke dalam surga-Ku.”

Ibrahnya, jika untuk mudik pas Lebaran saja kita penuh dengan persiapan ini itu, apa kabar dengan mudik yang sejati. Pastinya harus lebih bersiap, dengan persiapan amal terbaik. Jangan sampai merugi, karena kalau mudik sejati tidak akan bisa balik lagi ke dunia. Tiketnya cuma sekali jalan, nah lho... 

Terus kalau tanpa persiapan kita mau mudik kemana? Karena hanya ada dua tempat di akhirat sana, kalau gak kembali ke syurga dengan disambut salam oleh para malaikat penjaganya. Ya, bakalan masuk neraka dengan seluruh hardikan, bentakan dan ancaman dari malaikat penjaganya juga, naudzubillah...

So, mumpung masih diberi waktu hidup yuk kita bersiap. Kalau kata Ust. Evi E, sih kalau utusan mudik sejati mah bukan pakai nomer antri, tapi nomer dudut. Random, yang muda bisa duluan dari yang tua. Yang sehat bisa lebih dulu ketemu ajal dari pada yang sakit-sakitan. Makanya bersiap-bersiap dengan amal terbaik, dengan amal istimewa yang dipersiapkan di dunia ini.

Wallahu'alam bishowab.
Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.