Sabtu, 17 Juni 2017

Hikmah Ramadhan : Bermesra Merapat dengan Al Quran

Ada yang istimewa pada Ramadhan 1438 H kali ini. Bisa dikata sejak awal puasa, sekolah anak-anak tidak memberikan libur awal puasa. Awal Ramadhan yang bertepatan dengan hari sabtu memang sudah jadi kebiasaan jadi hari libur untuk anak-anak yang bersekolah di Full Day School. Senin hari ke 3 langsung masuk sekolah dengan agenda Pesantren Ramadhan dengan kegiatan variatif yang sangat disukai anak-anak. Mulai nonton film, games, tilawah, ceramah hingga hafidz Qur'an.

Tahun ini juga si kembar lulus MI, dan acara pelepasan atau serah terima murid dari pihak sekolah kembali pada orang tua diisi dengan sidang tahfidz juz 30. Awalnya direncanakan juz 30 dan 29, tapi melihat yang sudah hafidz  juz 29 masih sedikit akhirnya diputuskan hanya juz terakhir. Dengan tantangan tartil dalam membacayanya dan dengan langgam bayati.

Jujur saja, saya merasa excited banget dengan kegiatan ini. Dulu saat si sulung lulus SDIT juga pernah ada acara khataman dan hafidz Qur'an juz 30. Jadi secara pengalaman memang  bukan yang pertama. Tapi saya merasa pasti ada yang beda, karena si kembar memang bukan di SDIT tapi di MI yang pelajaran agama porsinya sama dengan pelajaran umum.

Dan ternyata perkiraan saya tidak meleset. Begitu masuk tempat acara, suasana sudah mendukung. Peserta berseragam putih-putih, sederhana tapi dipenuhi essensinya, menutup aurat dengan rapi. Dan uniknya yang menjadi penguji adalah kami, para orang tua. Kami dipersilakan meminta peserta membacakan surat-surat yang diminta. Atau sambung ayat, bisa juga menerangkam kandungan isinya.

Air mata ini tak henti-henti mengalir. Bukan karena bangga semata, tapi lebih banyak ke arah haru dan muhasabah diri. Kami, adalah orang tua yang bisa jadi tumbuh besar bukam dalam lingkungan dan fenomena menghapal Quran yang tren seperti saat ini. Jadi bisa jadi diantara kami membaca Quran pun masih ada yang terbata-bata. Jangankan menghapal puluhan ayat, bahkan surat-surat pendek pun hanya yang terbiasa dibaca dalam solat saja yang hapal. Ouwh... malu malu ya Rabb...

Apalagi saat penerimaan kembali siswa dari pihak sekolah, terasa sekali beban berat yang kami terima. Mampu kah kami melanjutkan kebiasaan, prestasi baik, pendidikan dan bimbingan yang selama ini diberikan bapak ibu guru terhadap anak-anak? Padahal selama ini kami juga sadar betapa kurangnya dukungan, support, bimbingan yang kami berikan baik dati segi materi maupun immateri saat anak dibelajar di sekolah.

Terlebih saat kepala sekolah memberi wejangan, "Sungguh kami takut anak-anak, kalian akan menemukan keasyikan baru di jenjang lebih tinggi hingga melupakan Al Quran. Hingha kalian lupa pada niat yng sudah pernah diazzamkan, ingin hafidz Quran 30 juz." Atau kalian hapal tapi tidak menjaganya, karena Allah tidak akan menjaga orang yang tidak menjaga agamaNya."

Sungguh kami disadarkan bahwa menginginkan anak untuk hafidz Quran bukan karena semata-mata ingin dianggap keren, mengikuti tren, dipandang hebat apalagi sekedar memenuhi ambisis semata. Bukan juga karena kami ingin agar mereka memberi kami makhota dari cahaya kelak di akhirat, tapi untuk menjadi penjaga dan penolong agama Allah...

"Jagalah ajaran-ajaran Allah, niscaya engkau akan mendapatiNya selalu menjagamu. Jagalah larangan-larangan Allah, niscaya engkau akan mendepatiNya selalu dihadapanmu. Kenalilah Dia dalam sukamu, niscaya Allah akan mengenalimu dalam duka. Bila kamu meminta, mintalah kepadaNya, jika kamu butuh pertolongan memohonlah kepadaNya." ( Nasehat Rasulullah kepada Ibnu Abbas ra. )

Ya, Nak... ini hanya awal. Bantu kami untuk selalu mengingat hal ini. Mari bersama-sama menjagi generasi terbaik. Generasi yang meski berjarak beratus tahun dengan Baginda Nabi tapi diingatnya dengan penuh kasih bahkan dalam kalimat terakhirnya, ummati ummati ummati. Ummat yang terus menjaga agamaNya, menjaga ajaran-ajaranNya.

Semoga kalian senantiasa dalam lindungan dan kasih sayang Allah, Nak...***

Minggu, 11 Juni 2017

Mengenal Profil Para Sahabat Nabi di Bulan Suci

"Mi, buku dah terbit nih...!"
Pemberitahuan dari editor ini sontak membuatku kaget sekaligus haru. Naskah yang awalnya diperkirakan terbit akhir tahun, malah release di bulan suci. Bisa jadi penerbit GPU melihat ini momen yang pas. Saat gairah keislaman dan ibadah sedang on the top.

Kalau dilihat ke belakang, naskah ini diajukan 2 tahun yang lalu, 2015. Dengan genre anak islami. Makanya judul awalnya juga Sirah 60 Sahabat Nabi for Kids. Tapi karena faktor ilustrasi dan mungkin dilihat lebih pas undtuk dewasa or umum ( banyak adegan heroik yang berdarah-darah ), maka sasaran pembaca diperluas.

Beberapa kali kabar akan terbit naskah ini timbul tenggelam. 'Dipereum' itu istilah Neng editor di Indscript. Sampai saya sendiri sibuk dengan beberapa naskah buku yang akhirny terbit mendahului di 2015 dan 2016 lalu. Dan qadarullah, naskah ini terbit jadi rezeki tak terduga di ramadahan 2017 ini. Alhamdulillah ala kulli hal

Kenapa saya memilih genre anak? Karena jujur saja saya hanya menulis ulang berdasar sumber sana sini, tentu saja dengan gaya penulisan yang ingin memberi motivasi pada anak-anak. Agar mereka lebih mengenal dan mengidolakan para pembangun peradaban nubuwwah ini. Saya juga gak mau disebut sok sok- an ahli sirah. Duh, siapa lah daku ni? Hanya murid yang masih minim ilmu dan masih kudu belajar banyak. Tapi karena sudah dipilih oleh penerbit, dan sudah terbit, ya mau gimana lagi. Tinggal 'Bismillah tawakaltu 'alallah'.

Meski semper mondok di penerbit 2 tahun, tetap saja saya merasa belum maksimal dalam menulis naskah ini. Hal yang paling berat adalah menulis nama yang bisa jadi kurang familier di telinga. Karena sengaja saya menulis para sahabat diluar 4 Khulafaur Rasyidin atau 4 sahabat utama. Begitu juga dalam memperkirakan waktu dan usia yang bisa jadi kurang tepat.

Karena itu lah saya merasa buku ini masih banyak kekurangan. Besar harapan kekurangan itu tidak membuat turun kemuliaan para tokoh yang ada di buku ini. Tapi saya pastikan, para pembaca akan mendapat suntikan motivasi dan semangat untuk mencontoh dan meneladani generasi yang langsung dibimbing oleh Baginda Nabi Muhammad Saw ini.

Selamat membaca, selamat melintasi sejarah yang penuh buliran hikmah dan kemuliaan...