Kamis, 05 Mei 2016

Mengenal Lebih Dekat tentang Tazawwaj

http://gambarlucu.pw/gambar-kata-mutiara-islam-pernikahan.html
Bagi yang belum menemukannya, maka setiap menengadahkan tangan untuk berdoa selalu diselipkan doa agar segera dipertemukan. Bahkan jika ada yang mau ke Tanah Suci, doa titipan yang sayang untuk dilewatkan ya yang satu ini. Belahan jiwa, ainul mardiyah, qurrota a'yun, perhiasan terbaik, jodohku dan masih banyak lagi sebutannya. Dalam Al Qur'an, di beberapa ayat disebut tentang kata tajawwaz maupun turunannya. Seperti dalam QS Annisa :1

 " Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu. "

Ada beberapa hal menarik dalam ayat di atas yaitu :

- yakini bahwa jodoh atau pasangan kita sudah diciptakan oleh Allah Swt. Sudah tercatat di Lauhful Mahfudz. Jadi tak perlu resah gelisah apalagi galau melow gitu saat belum dipertemukan dengan belahan jiwa. Ayat ini juga membantah pendapat menyimpang tentang jodoh menyimpang juga. Karena fungsi jodoh disini adalah untuk proses regenerasi, dan untuk memnuhi fitrahnya berpasangan. 

- Siapa pun bisa berpasangan, tapi yang menjadi tazawwaj atau jodoh hakiki adalah yang sudah terikat dengan akad ( pernikahan ). Jadi meski sudah bertahun-tahun berhubungan, ngaku-ngaku sebagai kekasih, ya tetap saja tidak tercatat sebagai jodoh selama tidak dalam pernikahan. Karena tazawwaj yang diridhai adalah yang ada dalam pernikahan. Catet ya muslimah semua, jangan mau digandeng rendang rendeng sebelum akad, mereka bukan siapa-siapa kamu. 

-Menikah dan bersungguh-sungguhlan dalam pernikahanmu. Di jaman sekarang ini mudah sekali orang menikah dan mudah juga bercerai. Sepertinya pernikahan adalah mainan yang bisa ditinggalkan saat bosan dan mulai tidak seru. Padahal pernikahan itu adalah ikatan yang kokoh, yang dengan menyebut namanya, yang mempertaruhkan keimanan kita. Memang tidak ada jaminan setelah menikah kita akan bahagia tanpa ada ujian dan rintangan. Memang tidak ada jaminan bahwa selamanya antar satu pasangan akan saling pengertian. Bukankah itu adalah ujian dan cobaan untuk menguatkan ikatan dengan yang Maha Kuat? Saat datang godaan untuk berpisah, ingatkan diri untuk berpegang lebih erat pada mitsaq ghalidza, bukan memperpanjang angan-angan mengira-ngira apa yang belum terjadi, atau terus mengorek masa lalu yang hanya menambah kecewa dan berkurang penghargaan pada pasangan.

-Bisa juga diartikan bahwa setelah akad maka luaskan dan lapangkan dada dalam menerima pasangan sejati. Bisa jadi tidak bisa langsung jadi  soulmate, tapi yakini dengan iman bahwa dia adalah tajawwaz yang sudah dipasangkan dan diridhai oleh Allah. Bisa jadi ada kekurangan dalam diri pasangan, maka terima dengan sabar. Agar tidak menyesal dan merasa kecewa berlarut-larut. Jika ada kelebihan dalam pasangan maka imbangi dengan syukur yang berlipat-lipat. Agar tidak ada sombong dan istilah tidak salah pilih saat menemukan betapa hebatnya pasangan kita.  Karena sejatinya, Allah yang sudah memilihkan dan memasangkan diri dengan belahan jiwa kita.

-Jadilah pasangan yang baik, yang thayyibah karena Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu. Jadilah baik karena Allah, karena ingin menjadi yang terbaik untuk pasangan. Jadilah suami yang thayyib karena akan menjadi pemimpin dan teladan untuk istri dan anak-anak. Bisa jadi butuh proses dan waktu karena tidak ada sekolah suami teladan. Tapi bergurulah pada suami terbaik sepanjang masa, Rasulullah Muhammad Saw., atau pada para sahabat, dan orang-orang shalih.
Demikian juga dengan istri, harus mau merubah diri dan bergegas mentaati suami dan seluruh aturannya. jadilah istri yang baik tanpa menuntut dan memaksa suami untuk menjadi baik. Dalam artian, bukan peran istri untuk memaksa, tapi untuk menjadi pengingat dan penasehat dengan cara makruf dan santun.

-Lalu bagaimana menjadi baik atau thayyibah? Jadilah mukmin dan muslim sejati yaitu yang beriman, melaksanakan perintah Allah dan menjauhi laranganNya. Bukan hanya baik dalam pandangan manusia, tapi baik dalam pandangan Allah. Bukan hanya bertanggungjawab dalam pandangan makhluk tapi juga di hadapan Allah. Bukan harmonis seperti di majalah-majalah atau layar kaca, tapi harmonis yang bertujuan pada kebahagiaan utuh duniawi ukhrawi. Shadaqallahul'adzim..., semoga bermanfaat.***

Oleh-oleh dari nasehat keluarga with Kel. Cikarang Bekasi 17 April 2016


Tidak ada komentar:

Posting Komentar