Jumat, 28 Juni 2013

Cermin dari Sahabat

bagiku, yang sudah mengalami persalinan lima kali, tetap saja melahirkan itu menegangkan. Excited memang, awesome juga. bayangkan saja, tubuh yang sudah lelah seharian- bahkan bisa jadi lebih- menahan sakit kontraksi, ternyata masih bisa mengejan dan mengeluarkan si buah hati. itu lah mengapa setiap kali melahirkan, aku tetap ingin didampingi suami. Bidan atau dokter yang mendampingi pun harus yang aku percaya. karena melahirkan tetaplah sebuah pertaruhan nyawa. Dan jika kondisi terburuk menimpaku saat melahirkan, minimalnya aku ingin orang- orang yang kupercayalah yang ada disampingku.

Kondisi yang jauh berbeda justru dialami sahabatku. Dia hamil dan melahirkan di negeri asing. Perempuan kuat ini pergi mengambil gelar S2 dan S3 tanpa sadar ada makhluk mungil yang dititipkan Allah di rahimnya. mengalami masa ngidam di tengah bekunya musim dingin. Sementara suaminya masih di tanah air dan baru berencana menyusul tahun depan. O lala.., acung jempol sekaligus prihatin. Kagum pada ketegarannya dan juga tekatnya. Tapi juga prihatin atas kesendirian yang dirasakannya.

Setiap kali kami berkomunikasi yang hanya bisa lewat chatting, tak pernah sedikitpun dia mengeluh. Sesekali dia bertanya tentang yang sedang dirasakan dan cara antisipasinya. Misal, ngemil apa ya yang bisa mengurangi mual? atau sampai kapan biasanya mual - mual akan mereda?

Satu kesempatan aku pernah bertanya, beratkah menjalani semua ini? dia hanya menjawab singkat, "Insyaallah saya kuat, Teh. tolong do'akan saya kuat...kuat menjalani semua pilihan ini." sebuah jawaban yang membuat tak satu huruf pun mampu saya ketik untuk membalasanya.

Aku pun teringat beberapa teman yang lain yang kadang terkesan 'repot'saat hamil. Padahal kondisi mereka sangat nyaman. Suami ada dan siap mengantar periksa ke dokter atau bidan. Jika ingin ini tinggal bilang, ingin itu tinggal ngomong. Bahkan saat ingin istirahat ada orang tua atau mertua yang siap menampung. Semua perhatian tercurah pada kehamilannya. Namun yang terjadi tetap saja merasa kurang, merasa lemah hingga terkesan manja yang ada.

Ya, memang hidup ini penuh pilihan. Mestinya tak perlu mengeluh dan berkoar- koar saat pilihannya itu membawa pada kesusahan. Bayangkan saja itu sebagai harga yang mesti dibayar untuk sesuatu yang kita inginkan. Apalagi bagi yang keinginan yang sudah direncanakan, mestinya sudah juga dipersiapkan resiko  yang bisa didapat. 

Kini, hari- hari bergerak mendekati waktu perkiraan lahir bagi sahabatku. Aku pun makin sering menghubunginya. Menanyakan kabar dan kondisinya.  Biasanya saat- saat ini perempuan hamil sudah makin susah tidur. Bisa jadi karena posisi tubuh yang sudah tidak nyaman juga pikiran tentang persalinan yang memicu stres. Hanya do'a yang bisa kukirim, semoga persalinannya lancar, bayi dan ibunya selamat tak kurang suatu apapun.***