Selasa, 17 Oktober 2017

Jangan Takut Mencari Kebenaran

Beberapa waktu yang lalu ramai sangat alias viral video ustadz yang mengomentari sebuah cara ngaji atau belajar Islam yang dinilainya tidah nyunnah. Berbagai pro dan kontra pun mengiringi. Bahkan jadi kesannya ada perang di dunia maya. Kubu yang mendukung si ustadz dan kubu yang membela tipe ngaji yang dikenal dengan liqo ini. Dan sudah hapal kan, perang di kalangan fans dan hater ini ini terkadang  lebih panas dan ramai, hemmm.

Sedih, pasti. Kok sepertinya umat dibawa pada masa jaman ribut qunut atau enggak. Padahal yang enggak sholat subuh masih banyak dan mereka gak pernah diajak untuk sholat. Artinya, kok malah meributkan orang-orang yang sudah punya keinginan belajar Islam. Sementara orang yang masih jauh dari Islam apalagi sampai Islam phobia padahal di KTP mengaku Islam gak disentuh. 

Saya jadi ingat jaman kuliah dulu, dimana ada upaya yang dilakukan satu pihak agar mahasiswa itu fokus kuliah saja. Karena kalau ikut ngaji jadi malah radikal, males kuliah dan sering deg- degan karena nilai di urutan paling akhir. Tapi kalau kegiatan konser musik, acara campur baur antara laki dan perempuan didukung sekali. Bahkan dapat dana bantuan. Alhasil, mentoring sepi. Pengajian bulanan kampus hanya empat baris. itu pun kalau cuaca mendukung. Hujan dikit bubar deh...

Saya yang bodoh ini malah lebih mikir, dari pada tenaga habis untuk saling nyinyir saling cibir antar orang yang mau ngaji, mending tenaga buat mikir ngajak kaum muda jaman now yang susah banget di suruh ngaji. Masih banyak lho target dakwah di sekitar rumah kita. Yang butuh nasehat, bimbingan dan teladan langsung. Bukan dengan saling serang antar umat.

Dakwah itu mestinya merangkul bukan memukul, kalau pesan Ust. Evie Effendi yang lagi banyak diminati masyarakat. Artinya jangan mudah menunjukkan jalan permusuhan. Gak perlu juga menunjukkan perbedaan dan jurang pemisah. Lebih baik rangkul hingga tak ada lagi sekat. Beri ajakan sesuai bahasa dan kemampuan yang diajak. Seperti saat Rasulullah mendapati seorang Arab yang ingin masuk Islam tapi masih berlumur dosa. Lihat bagaimana Rasulullah merangkul orang itu. Tidak pernah ada upaya memukul, merendahkan apalagi menghina. 

Nah, bagi yang memang sudah terlanjur bingung dengan video viral tadi, coba deh baca kisah Salman Al Farisira., saat mencari kebenaran. Dia sampai berpindah dari agama satu ke agama yang lain. Bahkan saat akan ke Madinah, Salman ra., sampai kena tipu dan berakhir sebagai budak. meski statusnya berubah, Salman tidak pernah menyesal apalagi berhenti mencari. Buktinya beliau tetap mencari jalan agar bisa menemui Rasulullah di daerah Baqi. 

Menyesalkah Salman? Tentu saja tidak. Itu adalah perjalanan takdir yang sudah ditentukan oleh Allah Swt. Dan ingat semua kembali lagi ke faktor hidayah. Kesuksesan bukan datang karena kehebatan kita tapi lebih karena Allah yang memudahkan urusan kita. So..., jangan sepelekan niat untuk mencari kebenaran. Kita tidak tahu kemana kaki akan dilangkahkan. Selama kita meminta dan berdoa dengan lurus Allah juga akan menunjukkan jalan kebenaran.

Kisah Salman Al Farisi bisa dibaca di buku 60 Sirah Sahabat Nabi Muhammad Saw by Ummu Ayesha terbitan GPU 2017


Lalu bagaimana di jaman now? Apa hal itu masih bisa terjadi. Masih banget dong... saya yakin sekali. Jadi gak perlu takut untuk terus ngkaji Islam. Jangan pula merasa paling benar hingga merasa sudah jadi ahli sunnah apalagi ahli syurga. Dulu para sahabat yang semasa hidup sudah disebut ahli syurga pun tidak pernah banyak gaya dengan main nyalah-nyalahin ummat. Dan para ulama salaf pun tidak saling cibir meski mereka bisa jadi berbeda mazhab atau pendapat. Justru saling memuliakan dan bergerak bagaimana ummat lebih mengenal Islam yang benar.

Terakhir, yuk ahh saling rangkul antar sesama muslim. Stop saling pukul, saling ejek. Bukankah muslim yang baik adalah yang bisa menjaga muslim yang lain dari kejelekannya ( baik lisan maupun perbuatan ).*** tulisan seorang yang masih perlu belajar banyak.