Sabtu, 01 Juni 2019

Jangan Jadi Hamba Ramadhan!

Di langit subuh, bulan sabit makin mengecil. Ya, bertanda bulan suci akan segera usai. Situasi tarawih dan sahur sudah mulai sepi. Ngabuburit yang biasanya bikin jalan depan komplek pun mulai lengang. Para penjual dan warung-warung mulai banyak yang off, mau mudik alasan mereka. Ada juga yang beralasan, karena di pasar pun barang dagangan sudah susah didapat. Sekarang yang rame bukan di masjid lagi, tapi di mall atau jalan tol hehehe.

Hasil gambar untuk bulan sabit
https://cdn.pixabay.com/photo/2017/04/12/18/07/crescent-moon-2225249_960_720.jpg

Ya, sesuai sunnatullah  Ramadhan pasti akan berlalu. Sedih, bahagia, mau atau tidak mau pasti akan terjadi. Mungkin yang bisa kita lakukan selain menjaga semangat di hari- hari akhir Ramadhan adalah mengevaluasi amal dan kebiasaan baik di bulan suci. Serta mencanangkan apa yang akan dijaga, dirawat dari kebiasaan baik ini di bulan-bulan selanjutnya.

Memang sih, tidak akan sama. karena Ramadhan itu istimewa. Tapi jangan sampai kita habis-habisan beramal di Ramadhan doang. Sementara di bulan-bulan lainnya malah malas atau seadanya. Jangan sampai ada kesan kita itu hamba bulan Ramadhan, karena beramal dengan giat di bulan itu. Tapi tetaplah jadi Allah yang terus menghamba dan beribadah kepada Allah baik di dalam maupun di luar Ramadhan. Bisa kan gaess?

Prof. Dr. K. H. Ahmad Satori Ismail yang merupakan Ketua Ikatan Dai Indonesia ( IKADI ) mengingatkan agar jangan sampai terjadi pengkultusan bulan Ramadhan. Meskipun di bulan ini amal sunnah dinilai seperti amal wajib di bulan lainnya, pahala kebajikan dilipat gandakan, tapi jangan sampai terjadi pengkultusan ke bulan Ramadhan. "Setiap muslim hendaknya menyadari posisi sebagai hamba Allah, bukan hamba Ramadhan." ( Republika.co.id/15juli2016)

Hal ini selaras dengan cita-cita menjadikan Ramadhan sepanjang masa. Dalam artian semangat dan amaliyah yang disuburkan di Ramadhan akan terus terjaga di luar bulan suci. Jika di Ramadhan kita terbiasa menahan nafsu, menjaga hati, lisan, mata dan menjaga dari perbuatan dosa, semestinya itu pun tetap di lakukan di Syawal sampai Sya'ban. Jika di Ramadhan kita terbiasa shalat malam, tafakur, bersedekah, berlomba-lomba dalam kebaikan, maka di bulan lainnya pun tetap bisa diteruskan kebiasaan baik ini. Intinya kalau kata Prof. Kyai Satori adlaah upaya  meningkatkan kualitas dan kuantitas ibadah tidak terhenti pada Ramadhan saja.

Beberapa ulama berpendapat bahwa salah satu tanda diterimanya ibadah Ramadhan adalah kebaikan yang kita lakukan melahirkan berbagai kebaikan lainnya. Ya, jadi amal yang dilakukan tidak berhenti saat di bulan puasa saja. Tapi terus berupaya untuk melanggengkan amalan. Dan itu adalah satu hal yang dicintai Allah Swt. 

Upaya yang mesti dilakukan agar tetap terjaga semangat di luar Ramadhan adalah memperkokoh ilmu agama. Dengan ilmu maka amal yang dilakukan pun akan berdasar. Ngaji lagi gaess..., jangan berhenti. Jangan males dan banyak alasan kalo diajak ke kajian hahahay. Ah ya, ada juga yang bisa dilakukan nih, dengan berkomunitas bersama dengan orang-orang yang satu tujuan, yaitu beramal sholeh. Bahasa kerennya sih berkumpul bersama dengan orang-orang sholeh ya gaess... ( hehehe ).  

Semoga di tengah kesibukan mudik dan aroma Lebaran, kita tidak kehilangan kemulian di akhir Ramadhan. Semoga Allah memilih kita menjadi orang-orang yang mendapatkan lailatul qadar, aaminn Allohumma aamiin...***