Sabtu, 27 Mei 2017

Hikmah Ramadhan : Mensyukuri Hidup

Sehari sebelum masuk bulan suci, kabar duka kembali datang. Kali ini dari keluarga teman dekat. Sebelumnya di beranda medsos, berseliweran kabar duka. Kabar berpulang yang selalu diawali dengan kalimat 'inna lillahi wainna ilaihi raajiun' dan diakhiri dengan harapan doa, semoga khusnul khatimah. 

Seminggu sebelum libur awal Ramadan, anak-anak pulang sekolah dengan membawa kabar tentang alumni sekolah yang berpulang di usia muda. Lebih nyesek lagi saat tahu usia yang sedang jadi bahan pembicaraan baru 15 tahun dan sudah hafidz 7 juz. Rasanya makin sedih, terutama saat mengingat bagaimana kesedihan yang dirasakan oleh sang ibu, hiks.

Dan begitu memasuki bulan suci, saat taklim keluarga ada rasa syukur yang teramat dalam. Bersyukur karena masih dipertemukan dengan bulan suci. Bulan yang didalamnya Allah berikan banyak keutamaan, dari mulai pahala yang berlipat-lipat, dikabulkannya doa-doa, ampunan bahkan malam lailatul qadar yang lebih baik dari 1000 bulan.

Syukur itu selain diucapkan, juga dibuktikan dengan bertambahnya amal kebajikan. Maka, sedari awal sudah mencatatkan sekian target baik sifatnya ubudiah pribadi maupun yang bersama-sama dengan keluarga dan masyarakat. Dan tidak akan menyia-nyiakan kesempatan yang didapat dengan rasa malas atau pun membuang-buang waktu.

Bersyukur juga dibuktikan dengan jiwa menerima yang lebih luas akan semua ketetapan Allah. Sadar sesadar-sadarnya bahwa hidup kita bukan sekedar langkah kaki manusiawi saja, tapi ada Allah yang dengan sifat Qadha Qadarnya sangat mempengaruhi kehidupan manusia. Maka, saat hidup sedang di titik sempit atau susah, terima sedang disuruh Allah melewati titik itu. Maka akan yakin dan positif thingking akan pertolongan Allah.

Sebaliknya jika hidup dalam titik sangat bahagia, maka maka perbesar syukur yang ada. Agar bahagia yang dirasakan juga makan bertambah. Dan mendidik diri bahwa semua pencapaian dalam hidup tidak lepas dari ijinNya.

Mensyukuri juga dibuktikan dengan usaha tanpa lelah untuk memperbaiki diri. Karena kesempurnaan hanya milik Allah, maka cela dosa dan noda memang temptanya manusia. Menghargai setiap detik kesempatan yang diberi untuk menjadikan diri lebih baik lebih baik. 

Syukur itu akan membuatmu merasa rugi kalau menyia-nyiakan hidup, mengisi hidup hanya dengan keluhan dan hal-hal yang sia-sia. 

Bersyukur itu akan membuatmu tetap bisa berbahagia dan bersabar dalam ujian hidup yang tengah dihadapi.

Bersyukur itu akan membuatmu menjadi orang- orang yang lebih taat, lebih dekat pada pemilik dan pemberi kehidupan ini.

Bersyukur... bersyukurlah selalu...***

Kamis, 25 Mei 2017

Tips Sehat Bugar Selama Berpuasa

Dalam berapa jam lagi Sya'ban akan berlalu, dan tamu agung itu datang bersamaan dengan berkumandangnya adzan maghrib. Satu yang disunnahkan oleh Baginda Nabi saw., adalah dengan bertahniah dan membaca doa bertemu Ramadhan, seperti di bawah ini :

"Ya Allah sesungguhnya telah datang bulan Ramadhan. Ya Allah, rabb pemilik bulan Ramadhan, Engkau turunkan  di dalamnya Al Qur'an. Engkau jadikan Al Qur'an penjelasan petunjuk antara yang hak dan yang batil. Ya Allah berkatilah kami di bulan Ramadhan ini. Bantulah kami untuk melakukan shaum dan shalat di dalamnya dan terimalah amal ibadah kami."

Selain prepare ilmu ibadah, agar Ramadhan nanti lebih optimal, perlu jg nih prepare tubuh kita agar tetap bugar melaksanakan ibadah shaum dan ibadah lainnya di bulan Ramadhan nanti.. Kali ini aku mau kasih tips spesial agar tubuh tetap bugar selama puasa. Cekidot! 😉

☑ Konsumsi karbohidrat kompleks saat sahur.
Makanan yg mengandung karbohidrat diantaranya kacang merah, ubi, nasi merah, lobak, dll. Dengan mengkonsumsi makanan yg mengandung karbohidrat kompleks ketika sahur akan membuat tidak cepat lapar.

❎ Hindari makanan dengan kadar glikemik tinggi saat sahur.
Mie instan mengandung banyak natrium, lemak jenuh dan MSG. Hal ini memicu tenggorokan terasa haus menerus. Selain itu, mie instan jg mengandung kadar glikemik tinggi yg dapat membuat kita merasa cepat lapar.

☑ Konsumsi makanan dengan menu gizi seimbang.
Menu gizi seimbang terdiri dari:
- karbohidrat (nasi, umbi2an, serelia, dll)
- protein hewani (daging ayam, kambing, ikan, telur), disarankan mengkonsumsi protein lebih banyak saat sahur
- protein nabati (kacang2an, bayam, dll)
- makro nutrien (buah dan sayur)

❎ Hindari minum kopi dan teh saat sahur
Kopi dan teh mengandung zat diuretik (peluruh kencing) yg dapat merangsang berkemih lebih banyak sehingga kita cepat merasa haus.
☑ Terapkan pola minum 2-4-2
Pola minum 2-4-2 diartikan dengan
minum air dua gelas saat berbuka, empat
gelas di malam hari hingga menjelang
tidur, dan dua gelas lagi di saat makan
sahur perlu dilakukan. Setidaknya dengan
formasi ini, kebutuhan cairan minimal bagi
orang dewasa sudah terpenuhi.

❎ Hindari mengkonsumsi makanan yg tinggi garam saat sahur.
Garam dapat menarik air dari cairan dalam tubuh lalu menahannya di sela-sela sel, sehingga tidak disebarkan ke tubuh dan kita menjadi cepat merasa haus.

☑ Konsumsi kurma saat berbuka
Dari Salman ibn ‘Aamir, sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda, “Jika salah seorang di antara kalian akan berbuka puasa, maka berbukalah dengan kurma sebab kurma itu berkah, kalau tidak ada, maka dengan air karena air itu bersih dan suci.” (HR. Abu Daud dan Tirmidzi)

☑ Konsumsi rutin madu
Madu mengandung: karbohidrat, air, zat mineral, senyawa nitrogen, alkaloid, stimulator biogenik, antibiotik tanaman (phytoncides), enzim (fermentasi), asam organik, minyak esensial, aromatik, mudah menguap, zat hormonal, antioksidan, anti-kanker dan agen anti-tumor dan lain-lain yang masih belum diketahui atau dipelajari secara spesifik. Beragam kandungan madu tersebut memiliki manfaat yg baik bagi tubuh terutama sebagai booster stamina dan fungsi otak sehingga selama puasa tubuh dapat tetap bertenaga dan otak tetap mampu berpikir dengan jernih. Madu yg direkomendasikan adalah raw honey atau madu non olahan karena nutrisinya masih alami terjaga.
Dengan menjaga pola makan, insya Allah tubuh tetap bugar selama Ramadhan sehingga ibadah pun bisa lebih optimal.

Siap menyambut Ramadhan?
Bismillah..
_Stay healthy with raw honey_ ...
#OfficialCW31 #rawhoney #prepareRamadhan #healthylife #fasting #zaidarawhoney #tipspuasa

Kamis, 11 Mei 2017

Jangan Singkat Kalimat Hauqalah




 Kumpulan Kaligrafi "LAHAULA WALAQUWWATA ILLABILLAHIL AALIYIL AADHIM"


 “Pokoknya saya mah laa haola aja deh!”

Sering kan, mendengar singkatan seperti itu. Saya sering banget. Mungkin karena kebiasaan menyingkat kata-kata agar lebih simpel, seperti baper atau mager hehehe. Dalam bahasa arab ternyata ada juga tuh singkatan dari beberapa ungkapan yang disebut An-naht. Seperti untuk kalimat bismillahirrahmanirrahim sering disingkat dengan basmalah, atau alhamdulillah dengan hamdalah. Sedang Kalimah laa haulaa walaa quwwata illa billah sering disingkat dengan kalimat haulaqah atau hauqolah.

Ini juga dijelaskan oleh Imam Nawawi rahimahullah,  “Ahli bahasa menyatakan bahwa ungkapan tersebut ( laa haulaa walaa quwwata illaa billah ) disingkat menjadi hauqolah atau haulaqah.

Beberapa ulama menjelaskan arti dari kalimat hauqolah ( tidak ada daya upaya atau kekuatan kecuali dari Allah swt ) dalam hal apa? Menurut Ibnu Abbas ra., bukan sekedar dalam menjalankan ketaatan dalam beribadah kepada Allah Swt., tapi dalam hal penjagaan dari hal-hal buruk atau maksiat yang dilarang oleh Allah. Sering juga diartikan sebagai tiada daya  untuk menolak kejahatan dan kekuatan untuk mendapat kebaikan melainkan dari Allah swt.


Pemahaman yang salah
1.   Sebagian orang menjadikan kalimat haulaqah ini sebagai kalimat istijra ( ucapan innalillahi wa inna ilaihi raajiun, ucapan ketika mendapat musibah  seperti yang termaktub dalam QS Al Baqarah ( 2 ) : 156 ). Sedang kalimat haulaqah bermakna kesabaran dan ketawakalan penuh seorang hamba kepada Allah. 

2.   Seringnya menyebut dengan kata yang kurang tepat laa haela atau la haula, atau la hola. Ini bisa menggeser arti dari kalimat pastinya. Atau hanya menyebut laa haula tanpa disempurnakan. Ini juga tidak disarankan ya Kawan. Jadi sebaiknya disempurnakan saja pelafalan kalimat hauqalah.


Nah, biar semangat gak nyingkat-nyingkat atau mengucapkan dengan ‘salah ‘ ungkapan haulaqah, yuk kita cek keutamaan kalimat ini :
  • Termasuk al baqiyatus shalihat
Termasuk amalan-amalan yang kekal lagi shalih. Hal ini selaras dengan apa yang dijelaskan oleh Utsman bin Affan ra., “yaitu ucapan laa ilaaha illallah, subhanallah, alhamdulillah, Allahu akbar dan laa haulaa walaa quwwata illa billah.”

  • Merupakan bukti kepasrahan diri kepada Allah swt
Ibnu Abbas ra., berkata, “Siapa yang berkata bismillah sungguh dia telah mengimani Allah,  yang berkata alhamdulillah dia sudah bersyukur kepada Allah, siapa yang berkata Allahu akbar maka dia sudah mengagungkan Allah, siapa yang berkata laa ilaaha illallah maka dia sudah bertauhid kepada Allah, dan siapa yang sudah berkata laa haula walaa quwwata illa billah maka dia sudah berserah diri kepada Allah, dan akan menjadi harta simpanan baginya di syurga.

  • Harta simpanan di syurga
Ini dijelaskan dalam sabda Rasulullah saw., kepada Abu Musa Al –asy’ari ( Abdullah bin Qais ) ra., “Hai Abdullah bin Qais, ucapkanlah laa haula walaa quwwata illa billah, karena itu salah satu harta simpanan di syurga.” ( HR. Bukhari Muslim )

  •        Tanaman Syurga
Dalam kisah-kisah Isra’ Mi’raj dikisahkan Rasulullah bertemu dengan Nabi Ibrahim as., dan beliau pun berpesan, “Hai Muhammad, perintahkanlah ummatmu untuk memperbanyak tanaman syurga.” Rasulullah pun bertanya, “Apa itu tanaman syurga?” Nabi Ibrahim as., menjawab, “yaitu ucapan laa haula walaa quwwata illa billah.
  •      Salah satu pintu syurga
Rasulullah saw., pernah berkata pada Qais bin Sa’ad bin Ubadah ra., “Maukah aku tunjukkan padamu salah satu pintu syurga?” “Tentu saja wahai  Rasul Allah.” Jawab Qais ra. Beliau pun bersabda, “yaitu ucapan laa haulaa walaa quwwata illa billah.”
 
 

Nah, jadi sayang kan kalau ucapan kita tidak berbuah apa-apa, hanya karena ilmu kita yang minim. Yuk perbaiki diri terus, Kawan! Semoga bermanfaat

Wallohu a’lam bishowab.

Sumber Gambar :  
http://gloobest.blogspot.co.id/2014/06/kumpulan-kaligrafi-lahaula-walaquwwata.html




 



Jumat, 05 Mei 2017

Jadilah Pembelajar Selalu, Ibu!

Seorang ibu itu tidak mesti punya gelar S1, S2, Apalagi S3. Tapi yang jelas seorang ibu itu harus menjadi pembelajar sejati. Yang punya semangat belajar tinggi. Karena lewat dialah anak-anaknya akan memiliki pengetahuan tentang hidup, dunia, dan hidup nanti. Karena seorang ibu adalah madrasah pertama untuk anak-anaknya.




Membaca tulisan di atas, saya langsung ingat sama Ibu di kampung. Jangankan kuliah lulus SMP pun enggak. Tapi saya selalu yakin Ibu tahu lebih banyak dari apa yang saya tahu tentang kehidupan ini. Ibu tahu bagaimana mengabdi pada suami sampai detik terakhir. Ibu tahu bagaimana harus bersabar dan kuat menuntun Bapak yang sakit-sakitan di tengah jutaan manusia saat berhaji. Ibu yang walau baru beberapa tahun ini jago SMS an, tapi sudah puluhan tahun menggeluti dunia bisnis. Beda banget sama saya yang lebih mengaku pedagang musiman karena hanya giat berjualan pada momen-momen tertentu seperti menjelang Lebaran heheh.

Membaca tulisan di atas, saya langsung mengangguk setuju. Seorang ibu memang harus terus belajar, menambah ilmu, wawasan dan ibrah (pelajaran ) dalam kehidupan ini. Bukan berarti seorang ibu harus masuk sekolah lagi. Karena sejatinya kehidupan ini penuh dengan ilmu, pelajaran dan hikmah. Dan jika mengingat karakter ibu yang rela berkorban apapun untuk anak-anaknya, pastinya akan lebih ridha merogoh dompet  untuk anak sekolah, deh! :)

Nah, seorang pembelajar pastinya akan selalu 'penasaran' terhadap apa yang ingin didapatnya. Misal dia ingin menjadi ibu yang shalihah, pasti akan terus mencoba, try and error, menapaki sebuah ritual dan mencari ilmu ke arah keshalihan. Seorang ibu yang ingin jadi menjaga kesehatan anggota keluarganya pasti akan selalu memperhatikan dan mengingat apa-apa yang pernah diderita oleh anak maupun suaminya.

Seorang ibu yang ditakdirkan memiliki anak berkebutuhan khusus pastinya akan mendalami dunia ABK. Mereka menutup telinga dari gunjingan kiri kanan, menutup mata dari tatapan miris di sekitarnya hanya untuk mendidik dan menerima dengan lapang dada amanah Allah ini. Seorang ibu yang sadar betul buah hatinya tak bisa mengkonsumsi produk sapi, akan berusaha mencari alternatif protein yang bisa dikonsumi sang anak. Demikian juga yang saya lakukan saat mengetahui suami ternyata memiliki alergi Rhytinis, maka sebisa mungkin melakukan apa yang sudah saya dengar dari dokter atau yang lebih ahli.

Ada point positif lainnya yang didapat dari seorang ibu pembelajar, adalah jiwa-jiwa dan semangat pembelajar yang secara tak sadar ditularkan pada seisi rumah. Pernah seorang kenalan mengeluhkan anak-anaknya yang tidak suka baca buku. Bukan karena buku adalah hal asing, karena di rumahnya buku berderet-derte memenuhi lemari. Tapi karena jarangnya si anak melihat aktifitas si ibu sebagai penguasa rumah membaca atau minimalnya pegang buku.

Anak-anak gadis susah disuruh menutup aurat bukan karena mereka tidak tahu kalau itu wajib bagi muslimah yang sudah baligh. Tapi karena si ibu pun masih sering berdaster kutung tanpa lengan kelur rumah. Bahkan ke warung sayur sebelah rumah dengan alasan dekat.  Anak-anak susah disuruh belajar, tapi paling demen nonton tivi ya bisa jadi orang terdekat si anak juga betah berjam-jam di depan layar kaca. Dengan alasan mendampingin anak walaupun terkadang ikutan baper sama jalan cerita sinetron kesayangan hehehe. Sering protes juga saat anak meniru perilaku dari tontonan di layar kaca, ah Emak ni!

Bisa jadi seorang ibu pembelajar tidak bisa mengajari anak saat anak pusing mengerjakaan persamaan kuadrat. Atau si ibu harus bengong saat anak bertanya pelajaran bahasa Arab, secara dia hanya fasih dua bahasa, bahasa indonesia dan bahasa sukunya hehehe. tapi seorang ibu pembelajar pastinya akan bisa memompakan semangat ke anak untuk berusaha menyelesaikan kesulitan yang dihadapainya.  Seorang ibu pembelajar pastinya juga lebih menekankan kejujuran pada buah hatinya dari pada menghalalkan segala cara agar bisa masuk sekolah dengan label favorit. Karena seorang ibu pembelajar percaya jika anaknya ' emas' maka ditempa kesulitan akan makin kemilau.

Wallohu a'lam bishowab.
Renungan di senja gerimis



Selasa, 02 Mei 2017

Renungan Hardiknas : Sudahkah Menjadi Pendidik Untuk Anak?


Kemarin saya bingung, kok pak suami pake baju batik. Dengan santai dia menjawab, "Upacara, Mbu..." Dan bel di kepala saya langsung berdering. Yup, hardiknas karena bertepatan dengan tanggal 2 Mei. Paksu yang bekerja di sebuah Lembaga Pendidikan Tinggi ( walau bukan dosen ) tetap kena kewajiban upacara.

Lalu di beranda medsos pun berseliweran tentang hardiknas. Banyak yang mengucapkan selamat, tak sedikit yang merenung , menerawang mengingat kembali saat-saat menjadi pendidik di sebuah lembaga pendidikan. Saya -alhamdulillah- pernah juga menjadi guru formal di depan kelas. pernah juga jadi guru privat dan hampir 14 tahun menjadi pendidikan anak-anak sendiri di rumah. Tapi pas kemarin, tetap saja merenung sudahkah menjadi pendidik untuk anak-anak?

Karena, sejatinya mendidik dan mengajar memiliki perbedaan yang jelas. Mendidik ibarat menanam benih, merawat, membesarkan hingga kelak bisa melihat apa yang ditanam berbunga dan berbuah. Sedang mengajar lebih pada aspek menjadikan tahu dari apa yang sebelumnya belum tahu ke lebih tahu. Itu lah kenapa mendidik manusia sepanjang usia manusia itu sendiri, dan butuh satu desa atau masyarakat untuk mendidik seorang anak. Sedangkan mengajar bisa dalam tempo sesingkat-singkatnya, tergantung daya tangkap yang diajar. :)

Mendidik anak dalam Islam tidak akan jauh dari tuntunan Al Qur'an dan Sunnah Nabi Saw.  Mendidik anak juga tidak hanya fokus pada target duniawi, karena Nabi mengingatkan pada hasil didikan orang tua ketika nanti di akhirat. Bahwa anak bisa jadi penolong juga bisa jadi penuntut yang menyebabkan orang tua tidak selamat. Ya, anak memang anugrah sekaligus ujian untuk orang tuanya. 

Belajar dari Lukmanul Hakim

Adalah Lukmanul Hakim seorang yang shalih, ahli ibadah dan mendapat karunia pengetahuan hikmah yang luas yang namanya diabadikan dalam Al Qur'an. Terkhusus tentang bagaimana dia selaku pendidik untuk anak-anaknya. Untuk generasi penerusnya yang bisa menjadi qurrota a'yun dan termasuk dalam golongan orang-orang shalih. Generasi yang mensyukuri dan menghargai kehadirannya di dunia ini, sehingga hidup dijalani untuk memenuhi fitrahnya.

1. Pondasi dasar aqidah yang kuat
Sebelum anak diberi macam-macam pembiasaan perintah ibadah macam sholat atau menutup aurat, maka  yang pertama dilakukan orang tua adalah membangun podasi aqidah yang kuat. Yaitu mengenalkan sumber aqidah tauhid atau mengenalkan anak pada penciptanya, Allah Swt. Keimanan ini ditanamkan sejak kecil, bahkan sejak dalam kandungan. Tentu saja oleh ibu sebagai madrasah pertama anak-anaknya.

"Dan ( ingatlah ) ketika Lukman berkata pada anakya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya : 'Hai anakku, janganlah engkau mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan ( Allah ) adalah benar-benar kedzaliman yang besar'." QS. Lukman  ( 31 ):13

2. Pendidikan agama yang utama
Banyak orang tua yang kecewa saat anaknya dapat nilai jelek di ujian atau rapor. Mereka merasa apa yang sudah dilakukan selama ini banting tulang memenuhi kebutuhan anak-anak sia-sia tidak berarti. Amat sedikit orang tua yang sedih saat anaknya melalaikan shalat, menunda-nunda shalat bahkan meninggalkannya. Mereka merasa ah..., nanti kalau tua dan butuh sholat juga bakalan akan shalat. Padahal, Pak Bu..., shalat itu adalah tiang agama dan ciri pertama dari keislaman seseorang. Disebut Islam jika dia terlihat menegakkan shalat. 

Demikian juga yang diajarkan  Lukman. Bahkan dia menambahi untuk menyuruh atau ada potensi tabligh, syiar , menasehati manusia pada perbuatan baik dan mencegah dari perbuatan yang mungkar.

"Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah manusia mengerjakan yang baik dan cegahlah mereka dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan oleh Allah." QS. Lukman ( 31 ): 17 

3. Pendidikan Akhlak
Jangan artikan akhlak sebagai adab semata, tapi akhlak meliputi adab, perilaku, karakter seseorang. Maka seseorang yang memiliki pondasi yang kuat semestinya memiliki aklak yang paripurna, yang mulia seperti dicontohkan oleh Rasulullah Saw. Yaitu seperti Qur'an berjalan. Dimulai dengan pendidikan dengan teladan dan kebiasaan yang baik. Bagaimana agar seorang muslimah bangga berjilbab dan tidak mudah lepas pakai jilbab, pastinya karena dicontohkan oleh orang terdekatnya, ibu dan saudara-saudara perempuannya.

Kemarin sore, sulung saya bilang kalau teman-temannya satu SD yang notebene SDIT ternyata ketika melanjutkan SMP pada lepas jilbab. Bahkan mereka seperti tidak ada bekas-bekas pernah hafiz juz 30, atau pendidikan menutup aurat. Padahal justru di SMP mereka putri-putri cantik ini memasuki usia baligh yang terkena kewajibab dan larangan. hiks so sad deh...

Di QS. Lukman ayat 18-19, diceritakan bagaimana Lukman mendidik anak-anaknya agar berakhlak karimah, yaitu tidak boleh sombong dan angkuh dengan alasan Allah tidak menyukai hal itu.
Dalam hadist juga dijelaskan bahwa pemberian budi pekerti yang baik dari seorang ayah lebih utama dari harta, seperti dalam hadist berikut :

"Tidak ada pemberian yang lebih utama dari seorang ayah kepada anaknya kecuali budi pekerti yang baik." HR. At Thirmidzi

4. Menanamkan Tanggung Jawab
Alangkah sedihnya jika memiliki anak-anak yang tidak tanggung jawab. Jika laki-laki maka dia akan menjadi pemimpin yang lemah yang tidak akan dipatuhi anak istrinya. Jika perempuan, maka dia akan menjadi seorang istri yang durhaka karena susah dididik ke arah kebaikan dan kebenaran oleh suaminya.
Terlebih jika kita mengingat bahwa kehidupan yang dijalani semua akan diminta pertanggungjawaban di akhirat. Maka, sebaik-baik orang tua adalah yang mengajarkan anaknya untuk memiliki sifat tanggung jawab. Bahwa apa yang akan ditanam itu lah yang akan dipanen. Bahwa kebaikan akan berbuah kebaikan demikian juga sebaliknya.

Sebenarnya masih banyak poin-poin lagi dalam pendidikan anak menurut Islam. Saya cukupkan 4 dengan harapan semua point ini sudah terpenuhi oleh para orang tua sehingga kita dengan yakin bisa memanen hasil pendidikan kita pada anak kelak, di dunia maupun di akhirat. Aamiin... semoga ya Rabb. Wallohu a'lam bishowab