Jumat, 24 April 2020

Agar Tetap Semangat Menjalani Ramadhan di Tengah Wabah Covid 19

Sejak awal minggu ini unggahan-unggahan berisi Ramadhan sudah mulai terlihat. Di WAG, FB, IG pun sudah mulai bermunculan. Intinya hampir sama mengingatkan datangnya tamu agung bernama Ramadhan dan saling menyemangati agar tetap bisa menjalani hari-hari bermakna di bulan suci dengan amal shalih dan segudang kreatifitas.

Jujur banyak yang kaget dengan Ramadhan kali ini. Yang biasanya taraweh di masjid, kini harus puas berjama'ah di rumah bersama keluarga. Biasanya dua anak laki-laki di rumah akan jadi para pencari takjil yang kerjaannya jam lina sore sudah start ke masjid untuk buka bersama sambil ngabuburit. Kini mereka merasa gabut karena nunggu adzan maghrib yang hanya ditemani murojaah atau paling banter nonton film kartun dengan durasi dibatasi. Bagi si santri ini adalah Ramadhan pertama kali di rumah, setelah tiga tahun di pondok pesantren. Mungkin dari segi hidangan dia merasa enjoy, bisa memuaskan lidah dengan masakan rumah. Tapi dari segi aktifitas jelas membosankan. Saudara-saudaranya tidak ada yang dijadikan sparing patner untuk hapalan Al Qur'an. Karena selain dia sudah jauh, kecepatan menghapalnya juga di atas saudara-saudaranya. 

Bagi suami, Ramadhan kali ini betul-betul dimanfaatkan untuk makin mendekat dengan keluarga. Dia berusaha menata kembali program- program dan kisi-kisi agar bisa benar-benar membimbing keluarga ke arah tujuan utama yaitu ridha Allah, jannahNya. Saya tetep kebagian jadi tim masak, menyiapkan makan buka dan sahur. Dibantu oleh tiga gadis yang stay di rumah. Ditambah jadi tim pantau murojaah hapalana anak-anak. Selebihnya tetap dengan target - target pribadi yang mesti segera dieksekusi.

Tapi diluar semua kekurangan tadi, ternyata banyak sekali nikmat dan hikmah yaang diberikan Allah. Contoh kecil saja, meski taraweh di rumah karena imamnya anak pondok tetap terasa feel nya hehehe. Ayat dibada surat Al Baqarah, kadang ada request dari para makmum untuk mengurangi panjang ayat dengan baca juz amma saja. Tapi langsung diputuskkan oleh pak suami dengan mengurangi jumlah ayat yang dibaca. Ujian aja buat kita-kita terutama emaknya yang merasa kaki pegal dan panggilan bantal yang melambai-lambai...

Lainnya, seperti yang dijelaskan oleh Teteh adzkiya pas taklim, bahwa sisi positif yang harus disyukuri saat Ramadhan di rumah bersama keluarga. Antara lain :

1. Ekonomis karena kita tidak kemana-mana, di rumah saja. Tidak boleh mudik, jadi uang dialokasikan untuk kebutuhan lain. Atau untuk nambah shadaqah, infaq atau berbagi dengan sesama.

2. Terhindar dari maksiat, dalam artian biasanya nih walau di bulan suci, masih banyak juga yang siang-siang pacaran di taman kota atau di sekolah. Nah, dengan stay at home di rumah jadi terhindar dari hal-hal tersebut. Terlebih di rumah walau akses internet ada tetap saja diingatkan untuk menjaga mata, telinga, mulut dari hal-hal yang tidak halal.

3. Terhindar dari ghibah, ini menurut Teteh karena kalau sekolah ghibah ibn julid itu memang sangat gampang dan nikmat ( whattt!!! ). Ya walaupun di dunia maya gampang banget julid tapi kan tidak sensasinya tidak seperti saat di dunia nyata, begitu katanya. Lagian kalau di dunia nyata ya, ngapain julidin orang gak kenal atau artis, ahh... sok kenal banget ( hemmm...., itu masih kata si Teteh ).

4. Lebih dekat dengan keluarga, lebih tumbuh rasa kasih sayang, saling bantu, saling tolong.

5. Punya waktu lebih banyak mengejar target-target di Ramadhan ini. Bosen juga kan hampr sebulan jadi kaum rebahan. Nah, di bulan Ramadhan dimana ama-amal dilipatgandakan ya mendng buat beramalkan dari pada sekedar rebahan?

Terlebih jika ingat bahwa bagi orang beriman kondisi apapun yang diberikan Allah itu pasti baik, takdir apapun pasti baik. Tinggal bagaimana kita bisa bersyukur dan bersabar dalam menjalaninya. Tuk gak? Sekali lagi, banyakin doa ya temen temen, semoga kondisi ini segera usai, wabah ini segera diangkat oleh Allah Swt aamiin... Allahumma aamiin...

Wallohu a'lam...

Senin, 13 April 2020

Kisah Sedekah Pencegah Bencana

Perhatikanlah Adab-Adab Ini Sebelum Anda Ber-Infaq dan Ber ...
https://i2.wp.com/www.islamkafah.com/wp-content/uploads/2017/03/
keutamaan-adb.jpg?fit=700%2C465&ssl=1

Sedekah berasal dari kata 'shadaqah' ( Bahasa Arab ), yang artianya adalah pemberian atau membelanjakan harta  yang ditujukan untuk mendapatkan keridhaan Allah Swt. Secara kata sedekah dekat dengan kata Shadiq yang berarti jujur atau teman yang selalu bisa dipercaya ( benar ). Juga berkaitan dengan kata shadaaq yang diartikan sebagai mahar yaitu bentuk keseriusan dari seorang laki-laki yang mengajak seorang perempuan untuk mengikatknya dalam akad pernikahan.  


Dalam Al Qur'an, kata shadaqah sering diikuti dengan zakat. Hal ini menunjukkan adanya shadaqah yang bersifat wajib, mengikat, lengkap dengan nisobnya. Namun dibeberapa yang lain kata shadaqah kadang berdiri sendiri, yang diartikan lebih umum yaitu mengeluarkan sebagian harta baik kepada kerabat, keluarga, fakir miskin hanya mengharap ridha Allah Swt. Bahkan ada juga ulama yang pendapat bahwa shadaqah itu memiliki arti lebih luas, dalam artian bukan saja mengeluarkan harta tapi hal-hal yang bersifat non materi juga bisa masuk kategori shadaqah, seperti senyum pada saudaramu, menyingkirkan duri atau bahaya di tengah jalan dan lain sebagainya.

Selain sebagai pembawa keberkahan harta, penghapus dosa, bahkan menghindarkan dari kematian yang su'ul khatimah, sedekah juga memiliki keutamaan atau manfaat sebagai penghindar dari bencana atau marabahaya. Berikut beberapa kisah yang bisa kita ambil hikmahnya tentang sedekah:

1. Kisah ini terjadi di zaman Bani Israil, seorang ibu yang merupakan janda miskin tinggal berdua dengan bayinya. Untuk memenuhi kebutuhannya si ibu mencari kayu bakar di hutan untuk dijual. Pagi ini setelah menyiapkan sarapan, si ibu mendengar ketukan di pintu rumahnya. Ternyata seorang pengemis yang terlihat kelaparan. Di meja makan tersedia dua roti yang menjadi pengganjal perutnya hari ini. Satu untuk pagi hari dan satu lagi untuk sore hari. Namun melihat wajah memelas dari pengemis di depan rumahnya, ibu itu langsung memberikan satu rotinya. Dia pun memotong roti yang sisa menjadi dua bagian, setengah untuk sarapan dan sisanya untuk makan malam. 

Tak berapa lama, dengan menggendong bayinya si ibu pun mulai bekerja mencari kayu bakar. Tanpa di sadari si ibu, ternyata seekor srigala sudah mengamati bayi dalam gendongannya. Dan saat si ibu lengah, si bayi pun langung disambar dan dibawa pergi. Saat itu si ibu hanya bisa berteriak minta tolong. Merasa tidak bisa berbuat banyak untuk mengejar srigala  tadi, si ibu pun berdoa dengan sungguh-sungguh. Dia sangat berharap akan pertolongan Allah Swt.

Atas ijin Allah, si bayi selamat diantarkan oleh seseorang yang tidak pernah terlintas ada hutan. Mengingat huutan itu termasuk sepi, tidak banyak orang yang lewat. Mendengar cerita si ibu sampai kejadian di serang serigala,  si penolong pun berkata, "Ketahuilah ibu bahwa itu adalah buah dari sedekah  sepotong roti tadi pagi."


2. Di sebuah desa tinggallan keluarga  kecil dengan anak yang masih balita. Keceriaan si anak adalah kegembiraan dari keluarga kecil tersebut. Sayang, suatu hari si anak sakit. Beberapa dokter sudah didatangi namun kesembuhan tak kunjung datang. Melihat wajah si anak yang layu tak bercahaya membuat kedua orang tuanya sedih. Hingga mereka pun mendengar kabar tentang seorang ulama yang dikenal bisa menyembuhkan beberapa penyakit yang susah obatnya. 

Suami istri itu berunding lalu memutuskan si suami untuk mendatangi ulama tersebut. "Wahai Syekh... sesungguhnya anakku sakit ini dan itu. gejalanya seperti ini seperti itu. Banyak dokter dan tabib sudah kami datangi tapi hasilnya nol besar. Apa yang harus kami lakukan?" Tanya bapak si anak setelah mengucapkan salam.

"Bersedekahlah dan mintalah kesembuhan anakmu pada Allah. Sesungguhnya sedekah itu bisa menjadi obat penyakit." Ujar ulama tersebut.

Di tengah jalan, laki-laki itu langsung membelanjakan uang yang dia punya, lalu dibagikan ke fakir miskin yang dia temua. Sambil terus berdoa untuk kesembuhan si anak. Alangkah terkejutnya laki-laki itu begitu sampai rumah dan melihat si anak kesayangan sudah ceria lagi. Sakitnya sudah hilang dan tawanya sudah terdengar lagi.


3. Tahun ini betul-betul tahun yang berat untuk para petani. Wabah hama menjadikan gagal panen di mana-mana. Tapi hal itu tidak berlaku pada seorang petani, sebut saja bernama Pak Fulan. Di tengah serangan hama, sawahnya tetap tumbuh subur dan panen dengan hasil terbaik. Banyak yang merasa heran, tak sedikit yang bingung dan menaruh curiga. Sampai akhirnya bisik-bisik selidik itu sampai ke telinga Pak Fulan. "Sesungguhnya aku tidak pernah mengambil yang bukan hak ku ( dalam artian dia tidak pernah mengambil milik orang lain ), dan aku juga selalu mengeluarkan yang menjadi hak Allah ( setiap panen segera dikeluarkan zakat dan sedekah )."


"Sedekah dapat menolak 70 macam bencana, dan yang paling ringan ( diantara bencana itu ) adalah penyakit kusta dan lepra." HR. Thabrani

Minggu, 12 April 2020

Hadapi Covid-19 dengan 5 Langkah sesuai Tuntunan Islam

Benarkah Musim Kemarau Penyebaran Covid-19 Melambat? | GEOTIMES



Di awal tahun, saat mengetahui wabah penyakit corona di kota Wuhan, tak pernah terlintas bahwa kini kita pun akan mengalaminya juga. Kepanikan langsung merebak di tengah masyarakat. Berbagai pendapat dari mulai yang terkesan menyepelekan sampai ketakutan berlebihan bermunculan di mana-mana. Pemerintah, tokoh agama bersinergi menyadarkan masyarakat untuk tidak abai terhadap wabah yang sudah berubah menjadi pandemi karena skalanya yang sudah internasional.

Namun, dibalik semua kejadian ini satu yang harus diingat, bahwa datangnya pandemi ini tidak lepas dari ketetapan Allah Swt. Bahkan kejadian ini sudah tercatat di Lauhful Mahfudz jauh sebelum ada kehidupan di bumi ini. Dan selaku orang beriman maka menyikapi wabah ini melalui dua cara pandang. Yaitu yang pertama sebagai ujian dan kedua adalah sebagai teguran.

Ujian dilaksanakan biasanya untuk mengevaluasi apa yang sudah didapat oleh manusia. Seorang murid mengikuti ujian pastinya untuk mengetahui sejauh mana hasil dari pembelajarannya beberapa waktu lalu. Demikian juga dengan ujian dari Allah, pastinya ada patokan yang jelas yaitu meningkatkan kualitas keimanan dari sang hamba. Harapannya setelah ujian usai, si hamba bisa naik level dalam hal keimanan dan ketaqwaan.

Sedang wabah sebagai teguran adalah satu jalan untuk introspeksi. Jika memang ada kesalahan, maka waktunya untuk memperbaiki. Jika ada yang dirasa menyimpang maka melalui wabah ini, maka sekaranglah waktu yang tepat untuk kembali menapaki koridor keridhaan Allah Swt. Bertobat atas segala apa-apa kesalahan yang dibuat, dengan harapan kembali suci dan mulia. Karena sejatinya tidak ada kehinaan bagi hamba yang bertobat.

Lalu bagaimana langkah-langkah yang tepat dalam menghadapi pandemi Covid 19 ini. Agar tidak terkesan lebai tapi juga tidak abai. Apalagi tidak mau tahu. Terlebih dalam Islam semua sudah ada tuntunannya, baik hidup dalam masa tenang maupun masa wabah. Berikut 5 langkah menghadapi pandemi covid 19 sesuai dengan tuntunan wahyu :


1. Hadapi dengan sabar 

"Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar. Dan janganlah kamu mengatakan terhadap orang-orang yang gugur di jalan Allah, (bahwa mereka itu ) mati; bahkan (sebenarnya) mereka itu hidup, tetapi kamu tidak menyadarinya. Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: "Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun". Mereka adalah orang yang mendapatkan keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk." QS. Al Baqarah ( 2 ) : 153-157

Satu langkah agar kita bisa sabar ya menerima bahwa semua yang terjadi, yang mendatangi diri semata-mata karena kehendak Allah Swt. Jika sudah pada tahap itu maka kita akan bisa untuk berupaya dengan sungguh-sungguh dalam menghadapi ujian yang didapat. Ketika virus covid 19 ini berar- benar datang, maka yakini bahwa itu pun ketetapan Allah Swt.  Jika sudah yakin bahwa ini datang dari Allah, maka yakin juga pasti akan ada penyelesaiannya juga. Allah yang menurunkan sakit, Allah juga menurunkan obat.

Dalam sejarah peradaban Islam, beberapa wabah sudah pernah datang. Bahkan di zaman Umar bin Khattab ra., menjabat sebagai Amirul Mukminin pernah terjadi wabah thaun di daerah Syam.  Saat itu Amirul Mukminin akan mengadakan kunjungan ke daerah Syam yang diperintah oleh Abu Ubaidah bin Al Jarrah. Mendengar kabar ini Umar ra., memutuskan untuk kembali ke Madinah setelah diingatkan oleh Abdurrahman bin Aufra., tentang sabda Rasulullah Saw., tentang wabah penyakit.  "Jika terjadi wabah, maka janganlah kalian mendatanginya. Dan jika kalian di daerah wabah maka janganlah kalian pergi dari sana."

Masyaa Allah ternyata sejak 14 Abad yang lalu sudah ada solusi semacam lockdown ala Nabi Muhammad Saw. Ternyata oleh pemerintah China, hal itu dilakukan saat wabah mulai berkembang di kota Wuhan. Kota itu betul-betul dibarikade, dijaga ketat. Tidak ada boleh yang masuk, dan yang ada di kota Wuhan tidak boleh keluar. Hal ini adalah upaya agar wabah tidak menyebar ke daerah-daerah yang lain.


2. Perbanyak Sholat
Sholat bisa diartikan dengan doa. Dan doa adalah adab dari seorang hamba saat meminta apa pun kepada Allah Swt. Shalat juga bisa menjadi jalan kita mendekat kepada Allah, memperpendek jarak dengan Allah.

3. Tenang
Tenang  bisa didapat dengan memperbanyak tilawah Al Qu'an dan juga berdzikir. Dalam teori imunitas tubuh, maka pikiran yang tenang akan membuat imunitas tubuh kita naik. Sehingga kita lebih bisa bertahan menghadapi serangan virus, termasuk virus covid 19. Sebaliknya, pikiran yang penuh kecemasan alias stress akan membuat imunitas juga turun, sehingga kemungkinan kita tertular dan terjangkit corona lebih besar.

4. Positif Thingking
Bagi orang beriman apapun yang diberikan Allah pasti akan ada sisi sisi baik yang patut disyukuri. Nah, dari perasaan bersyukur itu lahirlah positif thingking yang menjadikan diri kita lebih optimis menghadapi wabah ini. Dari awal ditetapkan sosial distancing sampai menjadi physical distancing, mestinya banyak efek positif yang bisa kita ambil, seperti kita jadi lebih hati-hati, tidak sembarangan saat di tempat umum. Kalaupun harus antri kita lebih sabar dan tidak saling berebut.

Jika biasanya kita asyik berkegiatan bersama teman-teman, setelah ada upaya stay at home maka ambil sisi positifnya untuk berkegiatan bersama keluarga. Dan ternyata hasilnya tidak kalah seru dan menarik. Orang tua jadi tahu apa yang dipelajari anak di sekolah karena jadi guru selama anak school from home. Anak juga mendapat pendidikan skill of life, seperti memasak, membantu pekerjaan ibu, bersih-bersih rumah dan menjaga adik.

5. Perbanyak Sedekah
"Segeralah bersedekah karena sesungguhnya bala bencana tidak bisa mendahului sedekah." HR. Imam Baihaqi

Satu dari keutamaan sedekah adalah menghindarkan bala bencana. Insya Allah banyak kisah-kisah sudah pernah dibaca tentang keutamaan shadakah. Terlebih sekarang banyak dari tetangga dekat maupun masyarakat yang terkena dampak langsung dari pemberlakuan stay at home. Misal tukang angkot, driver ojol maupun ongpal. Jangan lupa mereka yang kerjanya di restoran, hotel dan tempat-tempat wisata. Nah, mari sisihkan dari rezeki kita untuk membantu mereka yang membutuhkan.  Tidak perlu takut akan berkurang rezeki kita karena sejatinya malah akan bertambah dan bertambah.


Semoga bermanfaat, wallohua'lam bisshowab.