Rabu, 29 November 2017

Ini Yang Mesti Dilakukan Saat Mendapat Musibah

Baru buka hp dan mendapati berita tentang badai Cempaka yang membuat gunung pun terendam air. daerah sekitar aliran sungai Oyo rata dengan air. Qadarullah, hal yang dirasa tidak mungkin terjadi dengan mudah. Jika selama ini menyangka daerah tinggi aman dari banjir, Allah membuka mata kita untuk melihat kekuasaanNya. Subhanallah...


Hati makin berdetak cepat melihat foto-foto berseliweran. Ada rumah yang tinggal atapnya saja yang tampak. Pohon-pohon yang tampak hanya bagian puncaknya. Desa yang rata tertutup air. Rabbanaa..., apakah penghuninya selamat? Disertai doa-doa penuh harapan semoga tidak banyak korban. Semoga semua sabar menghadapi ujian musibah ini.

http://static.republika.co.id/uploads/images/inpicture_slide/rumah-warga-di-pidie-dihantam-banjir-bandang-_151203061659-120.jpg
http://static.republika.co.id/uploads/images/inpicture_slide/rumah-warga-di-pidie-dihantam-banjir-bandang-_151203061659-120.jpg

Ya..., musibah adalah hal yang sering datang dalam kehidupan manusia. Tidak selamanya senang dan nikmat yang datang. Terkadang meski enggan harus mau merasakan pahit, terhimpit, duka dan kesedihan. Lalu bagaimana resep atau ajaran Islam dalam menghadapi semua ini?

"Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar ." QS. Al baqarah : 153

"Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rezki kepadamu, Kamilah yang memberi rezki kepadamu. Dan akibat (yang baik) itu adalah bagi orang yang bertakwa." QS. Thahaa : 132

Dari dua ayat diatas ternyata ada dua resep dalam menghadapi ujian. Yaitu shalat dan bersabar. Itu juga yang dilakukan oleh para nabi yang mulia saat mendapati kekhawatiran dan kondisi yang menakutkan. Masih ingatkan ketika Nabi Adam as., diturunkan ke bumi ini. Saat itu kondisi dini hari. Nabi Adam yang takut dan bingung langsung berdoa kepada Allah. Tak berapa lama maka terbitlah matahari membuat alam terang. Adam as., pun langsung mendirikan shalat dua rakaat.

Demikian juga saat Nabi Musa as., beserta istrinya dalam perjalanan ke Mesir.  Sepanjang jalan banyak tentara Fir'aun yang masih terus mencarinya. Rasa khawatir membawa Nabi Musa untuk shalat empat rakaat. Setelah itu Allah pun menurunkan ketenangan dan rasa aman. Hingga keduanya bisa kembali bergerak dan lolos dari intaian pasukan Fir'aun.

Dalam sebuah kisah hikmah diceritakan seorang kuli angkut yang terkenal jujur di kota Kuffah. Banyak warga yang percaya menitipkan barang pada si kuli ini. Karena mereka sangat yakin si kuli ini amanah. Hari itu kuli jujur itu bergerak keluar kota Kuffah. bagal tunggangannya tampak penuh dengan barang titipan warga. 

Agak jauh di luar kota Kuffah seorang laki-laki berbaju rapi tampak mendekati si kuli. "Wahai saudaraku, hendak kemana engkau?"

"Aku akan ke kota fulan." Jawab kuli itu tanpa curiga.

"Kebetulan, aku pun akan ke kota yang sama. Bagaimana kalau aku naik ke bagalmu dan engkau mendapat imbalan beberapa dinar?"

"Ayolah, engkau pun akan lebih aman karena mendapat teman seperjalankan?" bujuk si laki-laki itu kala melihat si kuli terdiam.

Deal, keduanya pun berjalan beriringan, hingga mendekati wilayah hutan. Si Kuli sudah siap berbelok ke jalan yang lebih aman. Maklum hutan itu terkenal lebat dan sering dihuni perampok. Temannya pun tidak keberatan. Hingga mereka sampai di sebuah jalan yang bercabang. Si kuli tahu jalan yang satunya adalah jalan yang biasa dia lewati, sementara jalan yang kedua terkenal banyak bahaya. Tapi atas bujukan teman seperjalannya, dia pun akhirnya melewati jalan yang kedua.

Di sebuah tempat yang sepi, si laki-laki melompat dan menghunuskan pedang ke si kuli. "Kenapa engkau mudah tertipu. Tahukah kau apa jalan ini?"

Si kuli terkejut. " Ini adalah jalan dimana aku merampok orang-orang itu." Si laki-laki itu menunjukkan beberapa bangkai manusia di samping jalan.

"Apa maumu?" Tanya si kuli ketakutan. "Silakan engkau ambil semua barang bawaanku, asal jangan engkau bunuh aku."

Laki-laki itu menyeringai lalu terbahak. Dia sudah sering mendengar permohonan seperti ini. "Baiklah, lakukan apa pun yang engkau mau. Izinkan aku untuk sholat dulu dua rakaat." mendengar ucapan si kuli , laki-laki itu kembali terbahak. "Baiklah..., mereka yang telah mati pun dulu meminta hal yang sama. Dan ternyata shalat mereka tidak menyelamatkan dari pedangku." ejek si perampok itu. 

Di rakaat pertama setelah membaca Al Fatihah, si kuli tidak ingat akan membaca surat apa. Ditambah teriakan dari si perampok membuat pikirannya kian kalut. Lalu dia pun membaca ayat 62 dari QS. An Naml : "Atau siapakah yang memperkenankan (doa) orang yang dalam kesulitan apabila ia berdoa kepada-Nya, dan yang menghilangkan kesusahan dan yang menjadikan kamu (manusia) sebagai khalifah di bumi? Apakah disamping Allah ada tuhan (yang lain)? Amat sedikitlah kamu mengingati(Nya). "

Selang berapa detik, muncullah seorang penunggang kuda nan gagah bertopi besi. Penunggang kuda itu langsung menebas si perampok. Dan di tempat perampok itu mati terlihat nyala api. Melihat hal itu, kuli itu pun tersungkur sujud syukur kepada Allah Swt. Sebelum penunggang kuda bertopi besi itu pergi, kuli itu sempat bertanya, " Siapakah engkau dan bagaimana engkau datang?"

"Aku adalah hamba dari ayat yang engkau bacakan tadi. Sekarang engkau aman, dapat pergi ke mana saja." Setelah menjawab demikian, penunggang kuda itu pun menghilang.

Bagi seorang yang memahami arti shalat, maka shalat adalah harta paling berharga. Senjata paling ampuh bagi seorang mukmin. Seorang ulama sufi Ibnu Sirrin rahimahumullah pernah berkata, "Sendainya aku ditawari shalat dua rakaat dan syurga, maka aku akan memilih shalat dua rakaat. Karena syurga itu untuk kesenanganku sedang shalat dua rakaat untuk Allah." 

wallohua'lam bishowab

sumber :
http://khazanah.republika.co.id
Kisah-kisah Rukun Islam




 

  








Minggu, 26 November 2017

Jagalah Allah Niscaya...

http://cdn-tin.timestechnet.com/images/2016/01/20/jagalah-AllahhQ4ne.jpg
http://cdn-tin.timestechnet.com/images/2016/01/20/jagalah-AllahhQ4ne.jpg

Jagalah Allah maka..., ini adalah nukilan dari nasehat Baginda Nabi Saw., yang diberikan pada sang sepupu Abdullah bin Abbas ra.

Jagalah Allah ( ajaran-ajaran Nya ), niscaya Allah akan selalu menjagamu
Jagalah Allah ( larangan-laranganNya ), niscaya Allah akan ada di hadapanmu
Kenalilah Allah dalam sukamu, maka Allah akan mengenalimu dalam duka
Bila kamu meminta, maka mintalah pada Allah
Jika kamu butuh pertolongan , memohonlah kepadaNya

 
Sampai di akhir nasehat itu saya tertegun, shodaqta ya Rasulullah ( benarlah apa yang engkau ucapkan, Rasulullah ). Betapa indah kata demi kata yang terangkai. Semuanya berisi energi positif yang mestinya diterima dengan positif juga. gampangnya dengan hati yang penuh iman, dengan keyakinan.

Menjaga Allah atau menjaga ajaran-ajaranNya, itu adalah kebutuhan manusia. Iya kah? Bayangkan jika manusia hidup dengan aturan yang menurut keinginannya semata yang ada bakalan repot dan senewen. Karena memang nafsu manusia tidak akan pernah mencapai titik puas. Yang ada bakalan kurang dan kurang terus.

Sementara hidup yang didedikasikan untuk menjaga ajaran-ajaran Allah akan menghasilkan ketenangan, ketentraman dan kebahagiaan. Contoh, orang yang menjaga hartanya dari hal-hal haram, pasti hidupnya akan lebih bahagia meski sederhana. Dibanding dengan orang yang hidup dari harta yang bercampur dengan riba, korupsi atau tipu menipu.


Maka jagalah Allah niscaya Allah akan menjagamu...
 

Menjaga diri dari setiap larangan-larangan Allah akan membuat diri merasa betul-betul diawasi olehNya. Sampai merasa Allah ada di hadapan kita. Itu adalah bentuk dari Ikhsan. Seorang ustadz pernah mengatakan, jaman sekarang ini ada iman dan islam, yang kurang itu ikhsannya. Banyak yang mengajak pada hal makruf tapi sedikit yang mengajak untuk menjauhi hal-hal yang mungkar. Bisa-bisa malah dianggap menyebar kebencian lagi hihihi.

Contoh lainnya, bagi orang yang menjaga dari larangan Allah maka akan menjaga juga setiap ucapan, tulisan , tindakan agar tidak melanggar garis pembatas. Tidak akan mengumbar aib orang lain, tidak akan berani berkata bohong, apalagi mengatakan hal di luar fakta yang bisa jatuh pada fitnah. Sementara orang yang tidak peduli pada ajaran Allah akan melakukan apapun, menuliskan apa saja, berkata-kata tanpa memikirkan apa itu bisa menghasilkan pahala atau dosa. Hasilnya, bisa dilihat di jaman sekarang dimana kebenaran sering kali ditimbun oleh kebatilan. Bahkan dengan ucapan yang manis dan terkesan benar.


Maka jagalah Allah, niscaya Allah akan menjagamu..

 

Lalu yang paling nyess itu saat baca kalimat ke-3, mengenali Allah dalam suka seringkali terlupa. Akibatnya saat kita sedang duka Allah pun tak hadir saat duka. Seringnya kita mengenali Allah saat duka, dan lupa pada Allah saat suka. Di zaman Rasulullah, ada kisah nyata tentang hal ini. Adalah Tsa'labah yang mengingat Allah saat duka, saat miskin, saat dia hidup dalam kondisi kekurangan. Setelah memohon berkali-kali agar Nabi berkenan mendoakannya, hidupnya berubah. Dia menjadi orang yang kaya raya dengan hewan ternak yang berlimpah. Saat itu lah Tsa'labah mulai lupa mengenali Allah, lupa untuk bersyukur padaNya, lupa untuk shalat berjamaah di masjid, dan enggan untuk berzakat.


Maka jagalah Allah, niscaya Allah akan menjagamu... 


Kalimat ke- 4 dan 5, membuat diri beristighfar berkali-kali. Ya, kadang kita kurang sabar saat menginginkan sesuatu. Kadang kita begitu taat pada aturan makhluk dengan nama ikhtiar tapi lupa yang menjadikan jadi atau tidak tetaplah Allah. Seringnya saat mendapat kesulitan, kesabaran yang selama ini sering diberi untuk nasehat menguap entah kemana. Lalu mengerahkan seluruh daya upaya untuk menghadirkan pertolongan dari makhluk. Lupa untuk meminta pertolongan pada Allah Swt.


Maka belum yakinkah akan hal ini? Jagalah Allah niscaya Allah akan menjagamu 

8 Rabiul Awal 1439


Jangan Bersedih, Karena Punggungmu Kuat!

Sepertinya sudah cukup lama saya tidak mengunjungi teman satu ini. Kesibukan mendaftarkan empat anak setelah Lebaran kemarin, disusul aktifitas PLS si pengais bungsu di sekolah barunya praktis membuat saya jarang sekali sekedar bercengkrama dengan teman-teman di sekolah si bungsu. Sesekali saya menyapa wanita cantik ini saat dia sedang menjemur baju atau terlihat sapu-sapu di halaman rumahnya. Selebihnya, kami sibuk dengan aktifitas masing-masing.

Teman saya ini adalah sosok muda yang bagi saya banyak memberi inspirasi. Satu yang sering membuat saya tertegun adalah keyakinannya yang kuat terhadap Allah sebagai As shomad. Bahkan yang merisaukan dia bukan gaji atau penghasilan suaminya. Atau juga biaya hidup yang makin lama makin naik. atau uang kontrakan rumah yang harus disediakan setahun sekali untuk memperpanjang masa sewanya.

Wanita cantik ini lebih risau saat menyadari shalat suaminya masih bolong-bolong. Dia masih terus gelisah saat suaminya bekerja di tempat leasing kredit kendaraan bermotor. Sungguh, hatinya gelisah karena dia tahu pekerjaan suaminya bergandengan tangan dengan riba. Satu hal yang beberapa tahun ini karena pemahamannya sudah mulai dihindari, kalau belum bisa menjauhi sepenuhnya. Dia juga lebih 'galak' saat anaknya berbuat tidak sopan baik pada kawan maupun gurunya. Meski si anak masih sangat muda.

Beberapa hari yang lalu saya mengunjunginya lagi. Karena si bungsu memang deket banget dengan anak teman saya ini. Keduanya sering main bareng, janjian ngaji bareng, bahkan jum'at kemarin pengin jum'atan bareng walau akhirnya gagal karena suami saya jum'atan di kantor. Dan meluncurlah kisah yang bagi saya merupakan pengingat diri. Dada terasa mendapat pukulan yang spontan menyadarkan saya , how lucky  I am. Dan betapa kurangnya syukur selama ini karena masih mengedepankan keluhan dan kekhawatiran.

"Beberapa bulan ini saya mengalami baby blues yang cukup parah."

"Oh, kenapa?" Di sini saya sudah merasa tidak enak banget karena jarangnya berkunjung sekedar mengajak dia ngobrol atau jadi teman curhat.

"Sejak pertama kali dekap si dede, hati saya sudah 'deg', seperti merasakan something wrong." suaranya sudah mulai terbata-bata. Dia mengambil nafas panjang berharap dadanya sedikit lega, lalu melanjutkan kisahnya. "Ternyata memang benar, dede mengidap DS ( Down syndrom ) walau minor. Kata dokter perkembangannya akan lebih lambat dari yang normal. minimlanya dari kakaknya. Awalnya saya tidak mau mengatakan kecurigaan saya sama suami. Saya keep sendiri sambil berharap perasaan saya salah. Tapi hal itu malah membuat saya stress. saya malah menolak untuk menyusui dede bayi sampai sering marah-marah terutama pada kakaknya. Sampai akhirnya saat suami bertanya kenapa saya berubah, saya memutuskan untuk cerita tentang kekhawatiran dan perkataan dokter."

Sampai di situ juga saya yang mendengarnya sudah ingin nangis. Tapi sosok mungil di depan saya terlihat tegar sekali. "Jangan menyalahkan diri, Neng. Jangan cari kambing hitam untuk melampiaskan ketidak ridhaan kita. Yakini bahwa itu adalah qadarullah, ketetapan Allah." Saya hanya bisa mengucapkan kata-kata itu.

"Iya, itu juga yang dikatakan suami saya. Tidak ada yang salah dengan kita. Juga dengan anak kita. Itu adalah ciptaanNya yang sempurna yang diamanahkan ke kita. Yakin saja pasti akan ada hal baik , akan ada kemudahan, akan ada jalan untuk menghadapi ini semua."

Ah... rasanya menguap semua kata-kata motivasi dan penguat hati ingin saya ucapkan. Tapi yang keluar malah ayat terakhir surat Al Baqarah.  Ya, saya terlalu malu untuk mengatakan, sabar saja. Tapi saya masih ingin mengingatkan bahwa Allah tidak pernah salah pilih, salah kirim apalagi salah memberi keputusan. Ini adalah pilihan, kiriman dan keputusan Allah yang terbaik. Karena yakin bahwa yang akan menerimanya juga mampu.

Memang punggung itu diciptakan untuk menahan beban. Maka saat merasa beban hidup terasa begitu berat mintalah punggung yang kuat. Yang denganya kita masih bisa berjalan tegak meniti kehidupan ini. Mencari bongkahan-bongkahan bekal kebaikan yang akan dibawa saat pulang.

Benar tidak ada beban yang berat jika ada punggung yang kuat untuk menanggungnya. Maka mintalah keekuatan pada yang Sang Maha Daya, yang tanpaNya apalah diri ini. Laa haulaa walaa quwwata illa billah...