Jumat, 12 Maret 2021

Memetik Hikmah Perjalanan Agung Isra Mi'raj


Ada moment penting yang biasa diingat ketika tanggal 27 Rajab, ya... peristiwa merupakan perjalanan terdahsyat sepanjang masa, Isra Mi'raj. Perjalanan yang betul- betul menguji keimanan bak ummat jaman dulu maupun jaman sekarang. Meski zaman now telah banyak penelitian oleh ilmuan yang akhirnya membuktikan peristiwa itu benar adanya. Tapi tetap saja jika iman tak diikut sertakan hanya menjadi bahan keilmuan tanpa menghasilkan ketaqwaan.

Dalam QS. Al Isra :1 diawali dengan kata subhanallah, artinya perjalanan ini menunjukkan  kekuasaan Allah, kehebatan Allah, ke-Maha an Allah yang tidak pernah ada noda, kesalahan, kegagalan maupun kelemahan. Artinya perjalanan ini benar-benar terjadi bukan bualan atau dongeng semata.

Perhatikan di ayat tersebut menggunakan kata bi'adbihi  yang artinya adalah hambaNya ( hamba Allah ). Kata hamba di sini menunjukkan objek bahwa yang diperjalankan adalah hamba Allah. Meski peristiwa itu terjadi pada Rasulullah, tapi Allah tidak menyebut dengan rasul atau nabiNya. 

Hal ini menunjukkan bahwa setiap hamba Allah akan diperjalankan sampai naik tingkat untuk berkomunikasi dengan Allah. Bagi mereka yang memenuhi syarat pastinya ( bisa dilihat di hikmah Isra Mi'raj ). Jika Rasulullah lewat Mi'raj ke Sidratul Muntaha, maka manusia biasa seperti kita mi'raj dengan shalat. 

Perjalanan ini diawali dari Baitul Haram ke Masjidil Aqsa'. Masjidil Haram mewakili tempat ibadah pertama manusia, Baitul Aqsa menunjukkan tempat berkumpulnya pada Nabi dan Rasul. Menunjukkan bahwa perjalanan ini menghubungkan bahwa dua tempat itu memiliki satu kesamaan ajaran, yaitu risalah tauhid.

Hikmah Isra Mi'raj
Seperti dijelaskan diatas bahwa setiap hamba Allah akan diperjalankan dan naik derajat kemuliaan. Tentu saja ada syarat dan ketentuan yang berlaku. Yang bisa dilihat dari rentetan kejadian dalam malam Isra Mi'raj

1. Pembedahan dada pembersihan Hati

Dari REPUBLIKA.CO.ID, dikisahkan bahwa  Isra Miraj adalah perjalanan Nabi Muhammad SAW dari Masjidil Haram di Makah ke Masjidil Al Aqsa di Yerusalem (Isra), kemudian dilanjutkan menuju langit ke Sidratul Muntaha (Mi'raj) dengan tujuan menerima wahyu Allah SWT. Peristiwa Isra' dan Mi'raj terjadi pada 621 M.

Dalam hadis disebutkan, sebelum Rasulullah SAW melakukan Isra dan Mi’raj, dadanya dibedah. Beliau bersabda, “Kemudian hatiku dikeluarkan, lalu dicuci dengan air zamzam, lalu dikembalikan ke tempatnya, dan diisi dengan keimanan dan hikmah....” (HR Bukhari, Muslim, dan Tirmidzi).

Muhammad Al-Ghazali dalam Fiqih Sirah-nya berkomentar, ini melambangkan persiapan yang harus dilakukan sebelum beliau berangkat menjalankan Isra dan Mi’raj. Ibnu Hajar dalam Fathul Bari menyebutkan, pembedahan dan pencucian hati ini terjadi tiga kali.

Pertama, saat beliau masih kanak-kanak, hidup di kampung dalam asuhan Halimatus Sa’diyah. Kedua, ketika beliau menerima wahyu untuk diangkat menjadi nabi dan rasul. Dan, ketiga saat beliau hendak melakukan Isra dan Mi’raj. (Fathul Bari Juz 11 Bab Mi’raj hal 216)

Tentu peristiwa pembedahan dada dan pencucian hati ini memberikan banyak pelajaran kepada kita. Artinya, siapa yang ingin naik dan menjadi manusia mulia, hendaknya membersihkan hati. Mentobati seluruh dosa dan kesalahan. Itu persiapan yang mesti dilakukan oleh siapa saja yang ingin menggapai kemuliaan dan derajat yang tinggi. Bukan persiapan harta, kekuatan raga maupun ilmu. Tapi hati yang suci, jiwa yang bening, dan keluhuran akhlak.


2. Menghadapi ujian dengan iman, sabar dan tawakal

Dua tahun sebelum Isra Mi'raj, Rasulullah diuji dengan kepergian teman setia, yang sudah mendukung sejak awal mula risalah ini berjalan, sang istri tercinta Khadijah binti khuwailid ra. Tak berapa lama kesedihan dan hilangnya penopang politik dalam menghadapi petinggi Kaum Quraisy. Sosok yang sudah mengasuhnya dan mengajari banyak hal ketika remaja dan mempercayainya,  yaitu Abu Thalib.

Kondisi ummat yang masih tertindas, penolakan dakwah dari Thaif, membuat Rasulullah berharap penuh pada pertolongan Allah. Dan Allah tidak pernah menyia-nyiakan pengharapan hambaNya yang bergerak maksimal dalam menjalankan tugas-tugasnya. Dan perjalan ini adalah sebuah jawaban dari doa-doa Rasulullah dan penghibur setelah banyak kesedihan yang dialami.

Sudah menjadi ketetapan Allah, hidup di dunia ini penuh dengan cobaan. Tidak statis, tapi dinamis. Ada naik turunnya, ada pasang surutnya. Dan bagi siapa saja yang menghadapai ujian itu dengan iman dan sabar maka Allah akan menurunkan pertolongan. 

Seringnya manusia mengantungkan harapan dan pertolongan pada makhluk yang lemah. Hingga berakhir kecewa dan patah hati saat apa yang diharapkan tak terjadi. Atau ada yang berpendapat sabar itu seolah diam, dan tawakal hanya pasrah. Padahal sabar dan tawakal itu tetap berusaha maksimal dan mengantungkan hasil pada ketetapan Allah.

3. Shalat berkualitas pengundang pertolongan

Dalam peristiwa ini Allah menurunkan pertolongan yang langsung diturunkan SK nya di langit, buka di bumi. Yaitu perintah shalat 5 waktu. Bayangkan syari'at lainnya diberi di bumi, tapi shalat memiliki kekhususan tersendiri. Diturunkan di langit sebagai tanda dengan shalat, hambaNya bisa mi'raj dan mendapatkan pertolongan.

"Hai orang-orang yang beriman, jadikan sabar dan salat sebagai penolongmu ( memohon pertolongan kepada Allah dengan sabar dan shalat ). Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar. " QS. Al Baqarah : 153

Ketika Perang Badar berkecamuk, Ali bin Abi Thalib ra., yang bertugas menjaga Rasulullah saw., melihat beliau sedang tegak melaksanakan shalat. Dua rakaat tapi tentunya kualitas shalat yang sampai menurunkan pertolongan dari Allah Swt. Berupa pasukan malaikat yang datang hingga kemenangan menjadi milik kaum mukminin.

Dibanyak kisah juga dijelaskan bagaimana Rasulullah meminta pertolongan dengan sabar dan shalat. Bahkan para sahabat dan orang-orang shalih. Maka, selaku ummat yang dituntut taat, maka kita pun harus menjadikan shalat sebagai jalan minta pertolongan. Tentu saja dengan memperbaiki kualitas shalat kita.

Shalat yang sudah melewati tangga sebagai pelindung dari perbuatan fasik dan mungkar. Karena tidak mungkin pertolongan Allah datang saat diri masih bergelimang dosa yang menjadi penghambat keridhaanNya.

Maka tepat sekali,  jika ada yang mengatakan perbaikilah shalatmu maka Allah akan membaiki hidupmu. Semakin berkualitas shalat kita semakin naik derajat kita dan pertolongan, kebahagiaan dan kesuksesan ( falah ) semakin dekat dalam genggaman.

wallohu 'alam bishowab




Tidak ada komentar:

Posting Komentar