Jumat, 20 Mei 2022

Mengingat Mudik Sejati Dari Fenomena Mudik Idul Fitri


Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh, semoga kesejahteraan dan keselamatan tercurah untuk kita semua.

Bada tahmid dan shalawat..
Bagaimana kabar teman-teman semua, mumpung masih Syawal, saya mengucapkan Taqabbalallahu minna wa minkim shiyaamana wa shiyaamakum, minal aidzin wal faidzin. 

Satu yang paling terlihat di Idul Fitri kali ini adalah gelombang mudik besar-besaran. Setelah hampir 2 tahun adanya pembatasan karena pandemi covid, maka tahun ini kaum muslimin mendapat kesempatan untuk mudik kembali. Alhasil semua memanfaatkan, bukan hanya dari umat Islam tapi juga dari kalangan non Islam yang bisa jadi memanfaatkan untuk liburan kumpul dengan keluarga besar dan reuni dengan teman-teman.

Alhamdulillah, setelah 2 kali Lebaran tidak pulang tahun ini diberi kesempatan dan rezeki untuk bisa silaturrahmi lagi dengan orang tua, keluarga dan handai tolan di kampung. Anak-anak jelas yang paling hepi sih, karena mereka sudah membayangkan dapat salam tempel setelah 2 tahun krisis THR 😂😂😂. Ditambah mereka sudah kangen berat sama Mbah uti nya, satu-satunya orang tua yang masih ada di tengah-tengah kami.

Namun, saya dan suami juga wanti-wanti ke anak-anak, agar tidak salah niat pas mudik. Bisa-bisa kecewa kalau terlalu tinggi ekspektasi. Berharap dapat THR berlimpah tahunya zonk, sakitnya tuh tak berdarah lho...🤭. Pak suami malah menyiapkan sedikit wejangan untik disampaikan saat kumpul keluarga besar nanti. Intinya mengingatkan agar Lebaran itu bukan bubaran ( dari aktifitas ibadah di Ramadhan ), serta mengingatkan tentang mudik yang sejati.

Ya, kita semua akan 'mudik'  pada waktunya, ke kampung halaman asal kita. akhirat tepatnya syurga karena pertama kali Adam dan Hawa diciptakan lalu ditempatkan di Syurga.

Namun sedikit yang menyadari hal ini, bahkan banyak yang lupa. Sampai terlena dan terlalu betah hidup di dunia. Ya, kali ada manusia yang hidup abadi. Umur manusia jaman now itu ( Umat Rasulullah ) batasnya 63-70 tahunan. Itupun banyal yang enggak sampai. Banyak yang meninggal padahal masih muda, produktif lagi. Tapi kalau quota usia dah usai, kita bisa apa?

Fenomena Mudik
Mudik atau pulang kampung dari dulu punya makna yang sama. Yaitu kegiatan dimana manusia bergerak kembali ke tempat asal. Karena kebanyakan manusia urban asalnya dari kampung atau udik jadilah istilah pulang kampung atau mudik.

Setiap orang yang mudik pasti mereka melakukan persiapan. Bukan hanya tiket perjalanan, kendaraan, kesehatan, bekal selama di perjalanan juga jangan lupa oleh-oleh. Ada juga yang mempersiapkan penampilan, minimalnya bisa dipamerin ke keluarga di kampung kalau kesuksesan sudah diraih dengan tampilan trendy, glowing, bling-bling dan sejahtera ( bahasa halusnya kaya ).

Aktifitas yang dilakukan seputar mudik juga gak jauh-jauh dari holiday. Silaturahmi mah sebentar, liburannya yang gak kelar-kelar  Maka antrian macet pun pindah dari kota ke kampung, dari mall ke tempat wisata bahkan kuburan. Mirisnya tak terlihat sisa-sisa beramal di Ramadhan. Buktinya berburu kuliner jadi agenda wajib saat mudik, padahal baru beberapa hari berea menahan lapar dan haus, tapi gak ada efeknya sama sekali.

Mudik yang seperi ini biasanya hanya menghasilkan kerugian. Kesenangan bisa jadi dapay tapi beres itu apa yang didapat, hanya hati yang kosong dan malas beribadah. Naudzubillah kalau sampai jatuh sakit dan menghambat aktifitas.

Nah, agar tidak sampai kejadian seperti itu maka niatkan mudik memang untuk silaturahmi, untuk birrulwalidain, untuk mendapatkan ridha Ilahi. Hindari aifat6 berlebih-lebihan dalam hal apapun, karena itu adalah jebakan syaitan. ingat dan jaga terus apa yang kemarin diupayakan di Ramadhan, jangan dibubarkan apalagi dihilangkan kebiasaan baik itu. Karena yang ada nanti kebiasaan buruk yang merajalela.

Jika dapat uang THR, gunakan untuk hal yang bermanfaat. Jajan boleh tapi ingay jangan berlebihan. Syaitan itu tempatnya di perut yang penuh artinya yang selalu diisi dan dituruti keinginannya. Meski anak-anak dalam masa pertumbuhan pun saya tetap kasih 'rem' kalau urusan perut. Karena bukan hanya badan yang harus dibangun, tapi ada jiwa dan ruhani yang harus dibangun juga. Jadi kudu seimbang.

Mudik Yang Sejati
Dalam QS. Al Fajar : 27-30 jelas-jelas Allah menjelaskan tentang kampung halaman yang sejati yaitu syurga. Allah memanggil orang-orang yang sadar kampung halaman syuga itu dengan panggilan orang-orang yang berjiwa tenang ( nafsul mutmainnah ). Tenang disini bukan diam tapi lebih ke menunjukkan level keimanan dan kejiwaan seseorang. Bahwa orang yang memiliki jiwa yang tenang pasti imannya juga manteng ke Allah dengan kuat serta melakukan apapun berdasarkan tuntunan dari Al Qur'an dan Hadist Nabi.

يٰٓاَيَّتُهَا النَّفْسُ الْمُطْمَىِٕنَّةُۙ ارْجِعِيْٓ اِلٰى رَبِّكِ رَاضِيَةً مَّرْضِيَّةً ۚ فَادْخُلِيْ فِيْ عِبٰدِيْۙ وَادْخُلِيْ جَنَّتِيْ ࣖࣖ

"Wahai jiwa yang tenang! Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang rida dan diridai-Nya. Maka masuklah ke dalam golongan hamba-hamba-Ku, dan masuklah ke dalam surga-Ku." QS. Al-Fajr [89]: 27-30

Dalam kitab Lubab al-Ta’wil fi Ma’ani al-Tanzil, Al-Baghdadi ‎menjelaskan bahwa makna al-nafs al-muthmainnah adalah jiwa yang tetap ‎pada keimanan dan keyakinan, membenarkan firman Allah, meyakini bahwa ‎Allah adalah Tuhannya, tunduk serta taat kepada perintah Allah, ridla dengan ‎ketetapan (qadla) serta takdir (qadar) Allah, yang selamat dari adzab Allah, ‎yang selalu tenang dan damai dengan terus berdzikir kepada Allah.‎

Jiwa yang demikian inilah yang kelak ketika kembali kepada Allah akan ‎disambut dengan sapaan mesra: “Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada ‎Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridai-Nya. Maka masuklah ke dalam ‎jama’ah hamba-hamba-Ku. Masuklah ke dalam surga-Ku.”

Ibrahnya, jika untuk mudik pas Lebaran saja kita penuh dengan persiapan ini itu, apa kabar dengan mudik yang sejati. Pastinya harus lebih bersiap, dengan persiapan amal terbaik. Jangan sampai merugi, karena kalau mudik sejati tidak akan bisa balik lagi ke dunia. Tiketnya cuma sekali jalan, nah lho... 

Terus kalau tanpa persiapan kita mau mudik kemana? Karena hanya ada dua tempat di akhirat sana, kalau gak kembali ke syurga dengan disambut salam oleh para malaikat penjaganya. Ya, bakalan masuk neraka dengan seluruh hardikan, bentakan dan ancaman dari malaikat penjaganya juga, naudzubillah...

So, mumpung masih diberi waktu hidup yuk kita bersiap. Kalau kata Ust. Evi E, sih kalau utusan mudik sejati mah bukan pakai nomer antri, tapi nomer dudut. Random, yang muda bisa duluan dari yang tua. Yang sehat bisa lebih dulu ketemu ajal dari pada yang sakit-sakitan. Makanya bersiap-bersiap dengan amal terbaik, dengan amal istimewa yang dipersiapkan di dunia ini.

Wallahu'alam bishowab.
Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar