Minggu, 11 September 2016

Renungan Idul Adha : Cinta, Kesabaran dan Ketegaran Kel. Ibrahim a.s

Allohu Akbar... Allohu Akbar... Allohu Akbar... laa ilaaha illa Allahu  Allohu Akbar. Allahu Akbar walillaahil hamd...

Seiring takbir berkumandang, di hari ini kita diingatkan kembali pada profil keluarga ideal. Keluarga bisa jadi teladan. Keluarga ini meski hidup ribuan tahun lalu, tapi kisahnya tetap abadi. Ketiga tokohnya memberi spirit dan ibrah hingga ummat masa kini.

♥ Masih ingatkan dengan Nabiyullah Ibrahim a.s. yang terkenal sangat patuh kepada Allah. Dikenal sebagai bapak tauhid karena kuat dalam mengesakan Allah. Ibrahim juga  amat patuh dan taat kepada Allah. Tidak ada perintah yang ditolaknya, bahkan untuk perintah yang sepertinya sangat tidak masuk akal. Mengorbankan buah hati yang shalih, buah hati idaman. Menyembelih Ismail yang kehadirannya sangat dinantikan.

Lihatlah betapa cinta yang luar besar dan dibuktikan dengan pengorbanan luar biasa besar pula. Ibrahim mengorbankan  Ismail yang sangat dicintainya semata-mata karena Allah Swt. Dan sebuah pengorbanan hebat ini pastinya bukan perkara yang mudah. Tidak dibiarkan syaitan mengobrak-abrik perasaan cintanya kepada sang anak. Beliau malah mengusirnya dan  melaknatnya.

Ibrahim hanya meyakini, semakin besar cinta maka semakin besar yang diberi. Semakin penting yang dicintai maka semakin penting juga yang dikorbankan. Semakin berat perintah yang didapat semakin total kepasrahan diri kepada Ilahi Rabbi....

♥ Mari belajar sabar dari Ismail a.s., yang sejak bayi menetapi peri tah Allah untuk hidup di tanah Bakkah. Kesabaran luar biasa yang menghasilkan prasangka baik pada Rabb nya. Tidak ada jiwa licik, dendam, enggan apalagi sampai menolak saar sang ayah meminta pendapatnya. "Wahai ayahku, laksanakanlah apa yang sudah diperintahkan Allah. Insha Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang yang shabar." QS. As Saffat ( 37 ): 102

Bersabar adalah satu kunci untuk mendapat pertolongan Allah Swt. Sabar bukan hanya diam, tapi menerima bahwa ketetapan Allah akan menghasilkan kebaikan. bersabar dalam menghadapi ujiam adalah bagian dari hidup. Dan itu adalah ajang untuk memperlihatkan keimanan. Jika bersabar maka akan naik tingkat, jika tidak bisa tinggal atau turun kelas.

Sabar hanya bisa dimiliki oleh orang yang bersyukur. Karena sejatinya sabar dan syukur itu seperti satu perahu ( menurut Umar bin Khattab r.a. ). Syukur menghindarinya dari mengeluh dan putus asa. Karena selama ini sudah merasa begitu banyak karunia Allah
Yang terlimpah pada diri.

♥ Ibunda Hajar mengajari kita untuk tegar, untuk menerima perintah Allah dan yakin akan pertolonganNya. Jika tidak tegar, pastinya Ismail tidak akan menjadi orang yang shaleh di usia sangat belia. Jika ibunya susah menerima perintah Allah, jangan harap sang anak pun akan mudah ridha dengan ketentuan Allah. Jika ibunya tidak yakin akan pertolongan Allah, maka susah rasanya menempelkan jiwa kepasrahan pada Sang Khaliq dalam sang anak.

Disini juga makin menjelaskan tentang sakinah ( tentram ) dalam pernikahan. Bahwa sakinah itu bukan hanya saat bersama-sama ( berkumpul ), tapi sakinah juga harusnya tetap ada meski berpisah ( dari ceramah Ust. Salim A Fillah ). Kadang kala karena kondisi atau kewajiban, kondisi ideal suami istri bisa jadi tidak bisa berkumpul terus. Tapi ketika yakin semua adalah karena perintah Allah yang ada saling percaya, saling menguatkan dan saling mendoakan.

Terakhir yang bisa ditarik garis merahnya adalah : Ada Allah yang menjadi tujuan utama dari setiap profil keluarga Ibrahim a.s. Semoga para ayah bisa meniru Ibrahim yang berhasil mendidik sang anak untuk mencintai dan mentaati Allah seperti dirinya mencintai Allah. sehingga tidak ada istilah anak membencinpekerjaan atau kegiatan orang tua, justru menjadi penerus. Para suami juga menyiapkan sang istri untuk menjadi patner terbaik dalam menekuni jalan cinta ini, jalan cinta kepada Allah.***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar