Senin, 05 September 2016

Jika Ini Dzulhijah Terakhirku

Banyak diantara kita yang begitu bahagia menyambut datangnya bulan suci Ramadhan. Karena Ramadhan memang istimewa, bahkan Baginda Rasulullah Saw., pun menyebutnya sebagai tamu agung. Bulan dimana diskon dosa dibuka lebar-lebar, promo amal juga diadakan selama:D 30 hari. Dan yang paling ditunggu adalah penghapusan dosa ( ampunan ) dan lailatul qadar di 10 hari terakhir.

Tapi saat bulan Dzulhijah datang, minim sekali yang membuat sambutan. Yang banyak terjadi adalah moment pernikahan yang digelar dengan alasan bulan ini bulan baik. Padahal diluar anggapan itu, bulan ini memang tak kalah istimewanya. Simak saja hadist Rasulullah yang disampaikan oleh Ibnu Abbas r.a., berikut ini :

Dari Ibnu Abbas r.a., Rasulullah Saw., bersabda, "Tiada hari dimana amal shalih lebih dicintai Allah Swt., melebihi hari-hari ini ( yaitu 10 hari pertama Dzulhijjah ). Shahabat pun bertanya, "Ya Rasulullah, tidak juga dibandingkan dengan jihad di jalan Allah?" Rasulullah Saw., pun menjawab, "Tidak juga dengan jihad, kecuali seseorang yang berjihad dengan jiwa dan hartanya, lalu gugur sebagai syahid." HR. Bukhari


Di bulan ini ada moment bersejarah yang diukir oleh Nabi Ibrahim a.s., dan putranya Nabi Ismail a.s. Sebuah peristiwa tentang pengorbanan terbesar dan kesabaran seorang Ismail dalam mentaati perintah Allah Swt. Bisa disimak di QS. As-Syafaat ( 37 ): 99-111, dimulai dari Ibrahim yang meminta kepada Allah untuk diberi seorang anak yang shalih. Seorang anak yang bukan hanya mewarisi nama, sebagai penerus keturunan, tapi anak yang shalih yang senantiasa mentaati Allah seperti yang selama ini menjadi jalan hidupnya ( Ibrahim a.s. )

Maka, ketika harapan itu terkabul, maka ujian pun datang. Ujian yang datang adalah sebagai tolak ukur kelayakan seorang hamba mendapatkan apa yang diinginkan ( dalam hal ini keturunan yang shalih). Ujian juga datang untuk melihat maqam ( kedudukan seorang hamba di sisi Allah ). Dan bagi seorang nabi dan rasul sekualitas Ibrahim, maka ujiannya pun pasti diatas ujian untuk manusia biasa. Ujian yang sepertinya diluar nalar manusia, tapi tetap dilaksanakan karena memang itu lah maqam ( tempat, kedudukan ) Ibrahim a.s.



Ujian terus berlanjut, kali ini Ibrahim diminta untuk menyembelih Ismail a.s. lihatlah dari pembicaraan dua sosok mulai ini. Sang ayah menjelaskan perintah Allah yang datang lewat mimpi yang nyata. Dan sang anak menyambutnya dengan kesabaran. Tidak ada upaya untuk menolak karena yakin seratus persen apa yang dikatakan sang ayah adalah kebenaran. Duhai jiwa-jiwa mulia, pantaslah mereka diadikan dalam kitab suciNya sebagai pelajaran dari cinta dan pengorbanan terbesar seorang hamba.

Periatiwa itu dikenal dengan syariat Qurban. Dimana seorang hamba mendekatkan diri, menempati maqamnya dengan pengorbanan terbaik yang bisa dilakukannya. Jadi qurban bukan acara seremonial saja buat yang mampu. Karena kalay dilihat dari kemusiaan, bisa jadi apa yang dikorbankan Ibrahim diluar batas kemanusiaan. Bagaimana dia bisa mengorbankan anak yang menjadi tumpuan cinta setelah menunggu dan berpisah sekian lama. Ditambah si anak amatlah berbakti?

Lalu dimana kita sekarang, yang kadang merasa qurban adalah hanya utuk yang mampu. Berqurban hanya untuk yang bisa mengeluarkan sekian rupiah untuk membeli hewan qurban tanpa rasa berat, tanpa rasa pengorbanan. Hanya dengan alasan mampu, ada uang. Padahal bukan darah dan daging yang akan sampai kepada Allah. Tapi niat dan spirit pengorbanan yang akan membuatmu berdekatan dengan Allah. Bukan sekian rupiah yang akan dilihat oleh Allah taoi berapa besar cintamu dan usahamu utuk mendzhirkan syariat ini.

Karena itu berqurbanlah seikhlas mungkin. BERKURBANLAH DAN MILIKI JIWA BERQURBAN YANG AKAN MEMBUATMU NAIK MAQAM. BERQURBANLAH YANG TERBAIK SEOLAH INI ADALAH DZULHIJJAH TERAKHIR YANG KAU TEMUI .***

Oleh-oleh with the gank... semoga Allah merahmati kita semua 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar