Sabtu, 10 September 2016

Catatan Tebar Qur'an by JIM 2 -Kisah Penghuni Kuburan

Masih dari moment Tebar Qur'an dr JIM ( juara insan mandiri ) akhir Juli kemarin. Kali ini saya akan menulis tentang kisah yang sempat membuat seluuh jama'ah penasaran. Kisah tentang anak yg hidup dan besar di kuburan. Ihhh serem amat ya...:D

Lanjut saja ya, dikisahkan si anak akan mengadakan ulang tahun yang ke 17 belas. Maka kedua orang tuanya menyiapkan perhelatan besar-besaran. Kerabat, sahabat, kenalan, relasi bisnispun diundang. Bahkan hadiah mobil mewah keluaran baru yang bisa bikin mata silau pun sudah disiapkan.

Tapi si anak yang berulang tahun malah terlihat aedih. Wajahnya muung dan tidak antusias dengan kesibukan di tempat tinggalnya. Melihat kondisi si anak, bibik pengasuhnya merasa ibu dan langsung buat laporan ke tuan dan nyonya yang mempekerjakannya.

"Wahai anakku, kenapa engkau bersedih. Masih adakah yang enkau inginkan di ulang tahunmu ini? Bilang saja sama ayah, ayah akan langsung menjadikannya ada." Sang ayah terlihat khawatir.

Kali ini giliran sang ibunda yang mendekat, "Ayo nak, bilang saja. Kami sedih jika melihatmu tidak bahagia."

Si anak berkali-kali menatap ayah ibunya bergantian. "Sebenarnya, aku ingin pindah rumah...."

"Baiklah... sebut saja mau ke mana, ke desa, ke kota metropolitan, ke pulau indah, ke luar negeri atau ke kutub pun ayo...," potong sang ibu.

Si anak kembali menggeleng. Bukan ... aku ingin pindah ke kuburan saja."

Pias lah wajah sepasang suami istri itu. Dalam pikiran mereka sudah berkecamuk pikiran tentang penyakit mematikan yang diderita si buah hati. "Kenapa, Nak? Apa kamu sakit?"

"Tidak Ibu, aku hanya ingin tinggal di tempat dimana Al Quran di baca kan oleh penghuninnya. Di rumah ini, meski megah, bahkan seperti istana, tapi terasa seperti kuburan karena tidak ada yg membaca Al Qur'an. Bibik kadang membaca Al Qur'an tapi bagiku lebih mirip seorang yang sedang berziarah lalu membaca Qur'an di kuburan. Duhai Ayah Ibu..., sungguh aku merasa sudah mati padahal masih ada di dunia ini."***

Saat itu semua jamaa'ah terdiam. Bisa jadi mereka ingat Al Quran tua mereka teronggok berdebu di atas buffet. Atau anak-anak mereka lebih suka mengerumuni layar kaca dari pada menelaah Al Quran. Sunggub itu adalah kehidupan yabg sepi, sesepi kuburan di malam jum'at kliwon.

Sekali lagi Pak Ustadz sukses membuat kami untuk menilik hati yang terdalam. Dimana kita tinggal selama ini , rumag atau kuburan?***


Tidak ada komentar:

Posting Komentar