Selasa, 12 September 2017

Inilah Pentingnya Menjadi Ibu Bahagia

Siapa sih yang tidak ingin bahagia dalam hidup ini?


Kebahagiaan adalah hal yang semua orang inginkan. Banyak cara dilakukan dari mulai kerja siang malam, berpayah-payah, berjuang hingha berpeluh-peluh untuk mendapatkan si ' bahagia' ini. Tapi tak jarang yang dicari seolah ngumpet entah dimana. Semakin dicari semakin rapat dia sembunyi.. alih-alih ingin bahagia malah lelah yang didapat.

Bagi seorang ibu, bahagia sering disandingkan dengan anak-anak dan rumah. Rumah rapi bersih adalah idaman setiap ibu. Anak-anak yang tumbuh dengan baik, sehat, shalih dan shalihah adalah harapan setiap Ibu. Yah kesannya tanpa semua tadi seorang ibu tidak bisa bahagia.

Padahal kebahagiaan itu mestinya tidak disandarkan pada pihak lain. Artinya seseorang harusnya bisa menciptakan bahagia untukdirinya sendiri, baru bisa menularkan kebahagiaan untuk sekitarnya. Ifda' binafsik kalau istilah kerennya, ya mulainlah dari diri sendiri dulu.

Keuntungan dari ibu yang bahagia adalah karena ibu yang merupakan sumber di keluarga akan memancarkan kebahagiaan ke seisi rumah. Ibu yang bahagia akan lebih rileks saat menghadapi berbedaan pendapat dengan suami. Ibu yang bahagia akan lebih santai melihat rumah acak-acakan penuh mainan. Ibu yang bahagia akan lebih bisa berempati ketika buah hati sakit atau menghadapi kesulitan.

Yang paling kece sih dari ibu yang bahagia adalah bahwa dia bisa memberi contoh pada anak-anaknya bagaimana menjalani hidup ini. Ibu bisa mengajari anak bagaimana menciptakan bahagia untuk dirinya sendiri. Dan ibu yang akan bisa menghantarkan putra putrinya pada kebahagiaan hakiki.

Bukan berarti enggak pernah marah, cemberut apalagi nangis. Namanya hidup yang penuh dinamika ada saja yang datang dan perlu direspon sewajarnya. Tapi  minimalnya ibu yang bahagia akan lebih mudah menemukan hak-hal positif hingga lebih cepet move on alias gak lama-lama melow hehehe.

Tentu saja bahagia yang seperti ini ada syarat dan ketentuannya. Aih emang gak ada yg gratisan kok heheheh. Syarat pertama adalah hati yang beriman. Tidak ada kebahagiaan yang dapat dihasilkan dari hati yang kosong.

Menurut Ust. Evie Effendi, jika menginginkan sesuatu datangu pemiliknya. Jika ingin kebahagiaan dalam hidup, maka datangilah pemilik sejati dari kehidupan ini. Yang sufah mengatur dan menetapkan setiap garis takdir dari hambaNya. Taknlain tak bukan adalah Allah Swt. Masalahnya tidak akan sampai me k inta pada Allah jika dalam diri tidak ada iman, gak jungkin banget kam? Padahal Allah tidak pernah bosan mengabulkan permohonan hambaNya yang meminta penuh harap. Apalagi di sepertiga malam terakhir.

Syarat kedua adalah hati yang penuh syukur. Yup... orang yang tidak bahagia bukan karena kurangnya karunia yang didapat, tapi lebih karena kurangnya syukur dalam diri. Tipe seperti ini biasanya lebih suka mengorek-ngorek kekurangan dalam diri orang lain, menuntut kesempurnaan baik dari pasangan maupun anak. Padahal mana ada makhkuk sempurna, tul  enggak?

Bersyukur sejatinya menghargai, berlapang dada dan nerima dengan apa yang didapat. Gak butuh pasangan seganteng aktor Korea, toh dirimu juga tidak seunyu-unyu artis sono yang putih mukus bak pualam. Jangan terobsesi menjadikan anakmu yang terhebat, tapi arahkan dia untuj menjadi yang paking taslim, palinh taat laksana Ismail as. Kalaupun tak bisa, sepersepukuhnyaboun tak apa, karrna dirimu pun bukan Siti Hajar nan jadi teladan. 

Berlapang dadalah dari kekurang dewasaan anak-anak, karna dulu pun kita seperti itu. Hargailah apa yang dibawa pulang suamimu, karena itu hasil dia berupaya mendapatkan rezeki halal untuk menghidupimu. Tak perlu membandingkan kekuargamu dengan kekuarga yang lain, karena ujian tiap insan itu berbeda. Maka sibuklah dengan ujian yang engkau bhadapi dengan selaksa sabar. serta keyakinan bahwa engkau mampu karena Allah tak akan dzalim terhadap hambaNya.***

Wallohu'alam bishowab

Tidak ada komentar:

Posting Komentar