Senin, 20 Februari 2017

Flying Colours- Film Jepang yang Memotivasi Bag 2


Sibuk jualan dan nunggu paket kiriman malah lupa dengan janji mau lanjutin review film keren ini. Maaf ye...

Yuk lanjut ahh...

Masih seputar Tsubota San ya, Sayaka sih suka nyebut guru tutornya sebagai seorang penyihir. Karena kalau bicara dengan dia, Sayaka jadi mau saja disuruh baca, belajar, dan latihan. Padahal dulu itu kan yang paling dia hindari.  Nah, sama seperti Sayaka Ryuji-kun yang anak pengacara terkenal juga dijebloskan ibunya ke tempt les Tsubota. Merasa senasib sepenanggungan, keduanya jadi bersahabat baik, saling mendukung, menyemangati. Jangan bayangin adeganmacem-macem ya, asli film ini bukan masalah cinta-cintaan kok...

Tapi gak akan seru kalau perjuangan Sayaka berhasil tanpa tantangan. Tantangan pertama dari gurunya sendiri, yang menyangsikan Sayaka. Jangan nge-jugde dulu, ini karena memang kemampuan Sayaka lebih mirip anak SD kelas 4 dari pada orang yang mau kuliah hehehe. Tapi Tsubota yang keukeuh dengan keyakinannya membela Sayaka. Dan itu dilihat oleh Sayaka sendiri hingga dia membuat taruhan dengan sang guru yang malah bikin ngocol deh.

Tantangan kedua dari Ayah Sayaka, Kudo San. Sebenarnya, kenapa ibu Sayaka meminta anaknya kuliah dan kalau bisa ke Keio, adalah untuk menghibur ayah Sayaka. Dulu, ayah Sayaka gagal masuk Keio, dan merasa hidupnya gagal. Dan kebahagiaan seolah hilang dari kehidupannya. Hidupnya hanya diisi dengan bekerja tanpa merasa itu adalah hal yang disukainya.

Tantangan selanjutnya adalah biaya. Di beberapa postingan teman-teman yang pernah kuliah di Jepang, memang uang pangkal masuk kuliah lumayan besar ( bahkan untuk ukuran orang sono nya ). Tapi lagi-lagi okasan pasang badan. Dia sampai ambil jam kerja malam-malam, kayaknya di tempat pengemasan atau ekspesi pengiriman barang. Pokoknya okasan keren banget. Duh mewek dah pas nontonnya.

Semua tantangan itu justru membuat Sayaka makin kuat berjuang. Dia ingin membuktikan bahwa dirinya bukan sampah, bukan orang yang hidupnya gak berarti, bukan benalu. Tapi anak yang minimalnya bisa membuat okasan bahagia ( dia memang mendedikasikan perjuangannya buat okasan ).

Huff.. tarik nafas minna..., lanjutt...

Latihan demi latihan untuk menaikkan standar nilai dilakukan Sayaka penuh keyakinan. Sampai standar nilainya perlahan naik. Kemampuannya menganalisa juga diasah. Karena ada beberapa fakultas yang ujiannya adalah menulis essay. Termasuk mengoreksi beberapa penulisan kanji Sayaka yang masih salah :)

Pernah juga Sayaka down, hampir menyerah. Takut gagal lah pastinya. Itu karena Sayaka merasa targetnya terlalu tinggi, dan kata-kata meremehkan dari ayah serta adik laki-lakinya yang gagal jadi pemain profesional baseball.  Dan hasil  ujian simulasinya (  TO  kali ya ) gagal terus, makin membuat Sayaka ingin menyerah. Moi..., dia merasa sudah cukup dengan semua kerja kerasnya selama hampir setahun ini.

Lagi-lagi Tsubata tidak memaksa, dia menyerahkan semua keputusan pada Sayaka. Bahkan saat Sayaka bolos latihan berhari-hari, walau khawatir Tsubota tetap percaya padanya. "Karena kamu ada waktu luang ( ya kan bolos belajar ), kenapa tidak kamu lakukan untuk jalan-jalan. Coba kamu datangi Keio." Usul Tsubota.

Sayaka menanggapi sambil lalu. Tapi sebelum pulang, Sayaka hujan-hujanan menemui Okasan. Menangis dalam pelukan okasan. Basah kuyup, penuh haru. Sampai rumah okasan langsung meminta Sayaka mengeringkan badan. Dan sayaka pun membuat satu permohonan pada ibunya. Ternyata Sayaka minta diantar ke Keio University.

Di sini lah Sayaka diberi tahu tentang ayahnya yang berubah sejak gagal kuliah. Sayaka makin mengerti kenapa ayahnya tidak sehangat yang dulu, saat dirinya masih kecil.  Dia mulai mengerti kenapa ibunya ingin Sayaka berubah. Dan saat ibunya mengajaknya untuk sekali lagi melihat ( semacam perpisahan ) dan beli oleh-oleh, Sayaka pun berujar, "Belum saatnya membuat kata perpisahan, aku akan datang lagi, sampai jumpa lagi."

Yeah..., kamu emang keren... Girl!

Semangat Sayaka naik 200%.  Di simulasi teakhir, nilai Sayaka naik. Tinggal beberapa kelemahannya yaitu di essai dan sejaran Jepang. Sayaka makin yakin harapannya bukan sekedar pepesan kosong. Saat adiknya -Ryuta-sedang berseteru dengan ayahnya, Sayaka datang menunjukkan nilai ujian simulasinya. Dengan pede dia bilang ke adiknya, "Aku akan ke Keio. kamu pun bisa mengejar mimpimu. Lihat, aku memulai dari nol, dan bisa. Kamu pun bisa ( Ryuta sejak kecil sudah main baseball )."

Hari ujian tiba. Salju turun dengan deras. Sampai-sampai Sayaka bilang walau harus dengan jalan kaki, akan tetap berangkat ke Keio. Di halaman, Otosan dan menyiapkan mobil ( mereka punya bus yang disewakan ). Ban sudah diganti untuk menghadapi jalan bersalju. Di tengah jalan, ayah berhenti saat Sayaka sedang memaparkan penilaiannya padanya. Ternyata dia melihat dua pasang manula yang mobilnya terjebak salju. Otosan menolong mereka tanpa melihat kenal atau tidak. Itu lah yang membuat Sayaka paham, sisi baik ayahnya yang membuat Okasan mau menikah dan hidup bersama sampai sekarang.

Dasar Sayaka, sebelum ujian meminum sekaleng kopi yang diberikan Tsubota saat menunjukkan nilai simulasi terakhir. Sekaleng kopi itu memang dianggapnya sebagai jimat. Apesnya, karena perut kosong dan langsung diberi kopi, Sayaka sampai bolak balik kamar mandi pas ujian. Hadeuhh... yang nonton sampai ngekek dan kesel. Tapi masih sabar nongkrongin sampai film selesai.

Ternyata ujiannya dua hari. Merasa hari pertama jauh dari oke, hari kedua Sayaka menegrahkan kemampuannya. Berbekal semua nasehat, masukan dan tips-tips membuat essay dari tutornya, Sayaka pede mengerjakan ujian hari kedua. Cerita berlanjut ke hari pengumuman. sempet mules dan ragu mau ngeklik hasil ujian di internet. Lalu yatttaaa.... teriakan itu dari kamar Sayaka yang langsung disambut kegembiraan okasana dan adik kecilnya di lantai bawah.

Tsubota tak kalah stres. Datang Ryuji-kun ingin mengetahui hasilnya juga. Sayaka bersepeda dengan tergesa ( tapi selalu suka lihat scene dia bersepeda ). Angin mengibarkan syal nya. Lalu... Datanglah dia dengan wajah muram ke hadapan Tsubota. Melihat wajah muridnya, Tsubota dah siap-siap menghibur, tapi Sayaka langsung berubah haru dan mengangguk kuat-kuat. Hai... dia lolos Keio.

Pesan moralnya:  man jadda wa jadda, siapa yang mau berusaha pasti akan mendapat hasil. Jangan menyerah pada mimpi-mimpimu. Jangan mudah jatuh saat ada yang meremehkan impianmu. Karena mereka hanya ingin kamu menjadi bagian dari orang-orang kalah. Yukk semangat...^ ^

Sumber gambar : 
http://drama-max.com/2015/12/flying-colors-film-review/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar