Selasa, 17 Januari 2017

Ajaibnya Perjalanan Rezeki

Pernah kan dengar quote 'kalau rezeki gak akan kemana', atau yang hampir setipe 'rezeki itu gak kayak sandal japit yang bisa ketuker'. Yang redaksi bahasa Sundanya bisa jadi 'rezeki mah moal pahili'. Nah... tulisan ringan ini pun terinspirasi dari quote-quote yang jujur saya gak tahu siapa yang mencetuskan pertama kali.  Ditambah pengalaman ngobrol sama Mang sayur tadi pagi.

Sudah seminggu lebih saya nunggu MS ( mang sayur :D ). Karena harganya memang bersahabat banget. Sayurannya pun segar, fresh sekali. Jangan heran kalau kedatangan sepeda motor tua MS selalu ditunggu. Pun pagi ini, setelah belanja di warung dekat rumah untuk menyiapkan sarapan, dari jauh kelihatan motor bermuatan penuh terseok-seok. Ahaa... yang ditunggu tiba, hore :D

Sambil milih-milih sayur plus nanya harga, obrolan ringan pun terjadi. Seperti dari mana, berangkat jam berapa, hingga kok datangnya suka-suka ati sih Mang ( ini mah komplen gak penting sebenarnya ). Dan tahu lah saya bahwa MS datang dari Pengalengan. Itu berarti arah Banjaran dan masih naik lagi. Daerah yang terkenal dengan susu murni,  teh dan sayur-mayur. Mendengar penjelasannya ada rasa puas dalam diri karena selama ini saya minimalisasi nawar. Duh jaraknya itu bikin kerutan di wajah bisa nambah dua kali lipat hehehe.

 


Saya membayangkan betapa ajaibnya perjalanan sebuah rezeki. Dari gunung menuruni jalan berliku di bawah guyuran hujan dini hari. Subhanallah.... bahkan kadang harus mengarungi samudra. Atau melewati jarak yang tidak terpikir oleh kita. Hanya untuk menetapi satu keterapan Allah Swt., menjadi rezeki untuk satu makhlukNya.

Benarlah, bahwa tak perlu khawatir sangat tentang rezeki . Karena jauh-jauh hari, dulu sekali saat kita baru disebut calon, bahkan baru dalam tahapan belia sekali, Allah Al Haliq sudah menetapkam rezeki yang menjadi bagian tiap orang. Dalam suatu hadist dijelaskan bahwa rezeki yang sudah ditetapkan itu akan datang sampai habis masa berlaku hidup manusia. Artinya, selama belum meninggal yakin saja rezeki yang menjadi bagiannya akan terus datang.

Hal itu juga mengingatkan diri untuk menerima dengan penuh syukur apa yang sudah didapat. Dan saat yang ditangan hilang, menyikapinya dengan sabar. Dengan keyakinan bukan milik diri. Karena kadang yang sudah di tangan pun bisa jadi bukan rezeki diri lho. Pernah gak ngerasain dapat gaji hanya numpang lewat. Atau dapat rezeki besar dan tiba-tiba ada telepon jika saudara, ayah ibu sakit dan butuh dana besar? Atau dapat baju baru, eh ternyata lebih muat di adik, anak atau orang lain. 

Itu juga yang akhirnya membukan kesadaran untuk tidak pernah iri terhadap rezeki orang lain. Karena itu sudah bagiannya yang ditetapkan Allah Swt. Tugas kita mah tinggal berusaha, berikhtiar semaksimal yang bisa dilakukan. Mensyukuri apa yang didapat. Merasa cukup dengan semua pemberianNya. Yakin saat itu, Allah akan mencukupi kebutuhanmu. Toh, berlebih juga hanya akan membuat kita sibuk menjaganya? Harus disimpan di brangkas, harus dikasih alarm keamanan. Huaa... padahal Iitu tidak akan dibawa mati, kan...

Kerjakan saja bagian kita, berusaha dengan meniatkan semuanya untuk beribadah. Lillahi ta'ala. Sehingga gak gampang ngambek kalau belum berhasil,gak gampang baper kalau ternyata pembeli cuma nge php-in ( manusiawi ngepehapein, namanya juga manusia biasa. Kalau Allah mah enggak laah ). Gak jadi putus asa karena yakin rezeki mah sudah ada. Tinggal usaha dan tawakal penuh sama Ar Razaq. Hasil mah serahkan ke Allah, dengan keyakinan Allah tidak akan menelantarkan ciptaanNya.

Benarlah dalam doa yang setiap hari kita panjatkan untuk diberi rezeki yang thayyib. Bukan sekedar baik, tapi yang halal yang jelas-jelas akan membuka pintu-pintu keberkahan. Rezeki yang luas, bukan karena bentuknya yang berlimpah saja. Tapi yang datangnya membuat hati luas untuk mensyukuri walau dalam kondisi sempit. Subhanallah... 




             

Tidak ada komentar:

Posting Komentar