Senin, 29 Februari 2016

Oleh-oleh Bedah "Surat untuk Muslimah" : Membedah Dua Peran Penting Muslimah Sepanjang Jaman

Sabtu 27 Februari 2016, saya berkesempatan lagi untuk membedah buku Surat untuk Muslimah. Kali ini tidak secara on air ( siaran radio ), tapi saya menjadi pengisi di majelis taklim lingkungan rumah saya. Berkali-kali saya mencoba meluruskan niat, dari sekedar mempromosikan buku untuk tujuan yang jauh... jauh lebih baik menurut saya. yaitu seperti yang tersebut dalam QS 'Asr (103 ): 1-3 . Agar tidak menjadi manusia yang tidak merugi, yang beriman dan beramal shaleh, dan saling menasehati dalam urusan Al Haq ( agama ) dan saling menasehati dalam urusan kesabaran.


Nah, karena itu saya pun memilih tema global yang pastinya asyik dibicarakan dengan ibu-ibu peserta majelis tajlim. Yaitu tentang dua peran penting dari seorang muslimah sepanjang jaman. 
Meski disebut sebagai dua peran penting, seringnya para muslimah gak paham lho. Menurut Ust Cecep Munawar Khalil, semua itu karena propaganda dan serangan musuh-musuh Islam untuk menjauhkan muslimah dari perannya. Yuk kita bahas dua peran tersebut:

Pertama: sebagai penjaga aqidah keluarga. Bahwa seorang muslimah harus berperan aktif dalam menjaga dan melindungi kelurusan aqidah pasangan dan anak-anaknya. Itu saya pahami bahwa menjaga rumah dan segala isinya bukan hanya dari segi fisik, tapi juga dari serangan yang sifatnya lebih mendasar seperti keimanan. Apalagi di jaman sekarang serangan terhadap akidah berlangsung secara massive ( besar-besaran ). Mulai dari tontonan, pemikiran sampai gaya hidup. Sedikit demi sedikit umat menggeser tujuan hidupnya, dari mendapatkan keridhaan Allah dan syurga menjadi dunia dan kesenangannya.

Saya juga memahami, betapa beratnya tugas ini. Bagi seorang yang tinggal di rumah dengan pekerjaan yang bisa jadi sangat membosankan, tapi dituntut untuk bisa mencounter, memfilter apa-apa yang datang dari luar rumah. Pastinya, agar bisa menjaga maka seorang muslimah harus memastikan ( make sure ) bahwa aqidahnya sudah lurus. Bahwa yang dituju dalam kehidupan ini adalah mardhotillah. Bahwa dia siap mendukung dan memberi masukan pada sang kepala keluarga untuk tetap menekuni jalan yang diridhai oleh Allah Swt.

Yang kedua: adalah menyiapkan generasi. Ini karena baik buruknya sebuah jaman memang tergantung wanitanya. Jika baik wanitanya, maka jamannya juga baik, pun sebaliknya. Artinya, muslimah mestinya punya keinginan besar untuk selalu belajar dan berubah menjadi lebih baik, menjadi lebih shalihah. 

 Itu lah sebabnya Rasulullahmemandang pentingnya pendidikan untuk para wanita. Dan  menempatkan para ibu di rumah, sebagai basis untuk menyiapkan generasi. Para ummahat ini dididik oleh Nabi Saw, maupun suaminya. Kalau pun tidak sempat karena panggilan jihad fisik, di jaman Nabi, ada para Ummahatul Mukminin yang siap mendidik para akhwat agar bisa menjalankan perannya di rumah.

Lalu apa yang akan terjadi jika kaum muslimah lalai pada peran besarnya ini?
Saya kembali menyitir pandangan dari Ust. Cecep bahwa ada dua hal juga yang akan terlihat nyata, yaitu:

1. Rusaknya generasi
Bahwa akan terjadi generasi yang jauh dari nilai-nilai Islam. Anak-anak akan tumbuh menjadi generasi yang matrealis, yang tidak yakin pada akhirat. Yang berpikir, bagaimana hidup sekarang ini, hidup saja sudah susah, gak usah lah mikir mati. Generasi yang bingung karena tidak tahu apa yang harus di tuju. Generasi yang akhirnya menjadi mangsa dari paham-paham dan hidup yang menyimpang.

Saya juga memasukkan sedikit hal yang lagi tren sekarang ini, masalah penyimpangan seksual yang menyasar pada anak-anak. Terutama anak-anak yang belum baligh, yang belum menentukan orientasi seksualnya. Dan hasil yang dituju adalah rusaknya generasi Islam, hingga menjadi generasi yang dilaknat oleh Allah Swt. Naudzubillah... ( Di sini ibu-ibu pada diam, semoga bukan karena gak percaya ya... hehehe, tapi lebih karena merasa tergugah)

Saya juga cerita tentang percakapan dengan suami tempo hari, awalnya karena saya bilang, "jangan-jangan melihat kondisi anak-anak sekarang nih..., nanti yang datang ngelamar anak gadis kita adalah yang badannya penuh tato. Duh... ibu anti tih sama yang gituan." trus suami jawab." Kalo ternyata sudah tobat alias pensiun gimana, macam preman pensiun, cuma belum dihapus?" Saya masih masygul ( alamakkk... macam di novel-novel saja ). Lalu makin masygul waktu suami meledek dengan ucapan ini, "Asal jangan bekas h***, aja deh ..." ( Ya Allah, saya kok gak tega nulisnya, dan semoga ini gak akan terjadi, ya Rabb... lindungi kami dan keluarga kami, jangan jadikan kami dan keluarga kami sebagai bahan bakar neraka...)
( ibu -ibu pengajian pun khawatir dan masygul, aduh,..., maaf ya ibu-ibu bukan maksud membuat hati jadi was-was).

2. Rusaknya Izzah Islam
Saya yakin deh, musuh-musuh Islam itu tidak akan berani menyatakan Al Qur'an salah atau melakukan tindakan profokatif. Mereka akan merusak citra Islam melalui tokoh-tokoh dan penganutnya. Misal, hijaber kok pacaran? Berjilbab kok suka ngegosip atau tukang bohong. Atau bisa juga ada istilah orang alim kok muna sih dll. 

"Saat ini apa yang lagi rame di infotainmen , Bu?" tanya saya mencoba komunikatif.
Eh..., pada pad senyum-senyum saja tuh jama'ah. "Beneran gak tahu Bu, itu loh SJ." Saya juga ikutan senyum.
"Iya itu penyani dangdut, Sae**l J****, " Teriak seorang Ibu, "Sebenarnya tahu sih Bu Ustadzah, cuma malu karena ketahuan suka nggosip. " Gerrr... seluruh jama'ah tertawa.
"Eh, bukan Super Jun***," Elak saya sambil yang langsung disambut Gerr lagi.
"Iya, itu juga salah satu contoh yang merusak kemuliaan Islam. Walau belum tentu benar salahnya dakwaan yang dialamatkan padanya, tapi citra Islam, citra ibadah yang tekun itu terasa sia-sia. Orang jadi mikir, alah ngapain juga sholat, puasa kalo kelakuannya kayak gitu. Mending kayak kita-kita aja yang biasa-biasa saja hidup tapi tidak melakukan hal-hal buruk."

Itu lah yang menjadi alasan saya menulis buku "Surat untuk Muslimah". Agar sebagai diri, istri maupun ibu seorang muslimah tetap menyadari peran pentingnya. Dan jangan sampai kita menyesal ketika suatu saat melihat kehancuran di depan mata. Naudzubillah...tsumma naudzubillah***


Tidak ada komentar:

Posting Komentar