Selasa, 23 Februari 2016

Lindungi Anak dari Penyimpangan Orientasi Seksual Dengan 7 langkah ini!



Entah untuk sensasi atau memang kenyataan, masyarakat dibuat bingung dengan berita-berita yang beredar. Belum lama seorang presenter kondang di tuding melakukan pelecehan seksual.  Yang bikin semua kaget karena yang merasa menjadi korban adalah laki-laki juga. Belum hilang, muncul lagi berita penyanyi dangdut yang labelnya islami dituduh melakukan kekejian yang sama. Sebenarnya apa yang sedang terjadi saat ini? betulkan semua pemberitaan itu, atau sekedar mencari popularitas?

Belum lagi usai, ada kenyataan lain yang lebih ngeri terlebih buat saya yang seorang ibu dan memiliki anak-anak masih kecil dan baru remaja. Ternyata anak-anak yang masih polos ini atau belum baligh adalah sasaran utama dari propaganda LGBT. Karena anak-anak yang belum tahu pastinya tidak akan merasa salah jika memilih orientasi yang menyimpang. Beda dengan orang dewasa atau remaja yang sudah paham tentang orientasi seksual yang benar, kan. "Bagi kita-kit ayang sudah paham dan tua mah, bisa jadi malah merasa jijik dengan penyimpangan ini. Dan tidak akan ikut-ikutan seperti mereka. Tapi anak-anak, ibarat kertas kosong, tinggal ditulis lalu jadilah seperti yang diinginkan penulisnya.

Lalu bayangkan apa jadinya jika anak-anak yang masih polos itu menjadi homoseksual. Saat mereka baligh dan butuh pelampiasan, mereka akan mencari anak-anak yang lebih muda dari mereka dan menjadikan mereka sasaran pelampiasan. Karena biasanya, salah satu ciri anak yang orientasi seksualnya sudah menyimpang takut arau tidak pede jika menjalin komunikasi atau sekedar bicara dengan lawan jenis yang sebaya.

Jika kondisi ini dibiarkan terus, bayangkan apa yang akan terjadi dengan generasi muda kita. Dengan anak-anak yang mestinya bersih dan berkembang dengan sehat. Mereka hanya akan menjadi hama, atau perusak. Menakutkan, itu yang ada dalam benak saya. padahal, saya sebagai seorang ibu pastinya berusaha sekuat daya sekuat tenaga melindungi anak-anak dari bahaya atau penyakit apa pun. bahkan kalau itu harus dengan memberli vaksin yang mahal sekali pun, rasanya tidak apa-apa. Itu untuk penyakit fisik, lalu bagaimana dengan penyimpangan seksual yang juga termasuk dalam kelainan ini? Bukankah harusnya kita juga waspada dan memberi vaksin atau imunitas pada anak?

Berikut beberapa langkah yang bisa dilakukan untuk melindungi anak dari bahaya homoseksual atau lebih dikenal lesbian, gay, biseksual dan transgender:

1. Ajari Anak Memahami Identitas Diri
Berikan pemahaman pada anak bahwa Allah menciptakan laki-laki dan perempuan dengan peran dan tugas yang berbeda. Pahamkan juga pada anak bahwa setiap peran dan tugas yang disandang harus disyukuri. Anak perempuan bangga dilahirkan sebagai perempuan karena mereka melihat sang ibu pun bangga dengan perannya. Dan anak laki-laki akan pelajar peran ayah dengan melihat ayahnya yang menjalankan tugas perannya dalam keluarga. Teladan dari ayah dan ibu sangat penting untuk membuat anak semakin kuat memahami identitas dirinya.


2. Bimbing Anak Untuk Tidak Menyerupai Lawan Jenisnya

Dari Ibnu ‘Abbas, ia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melaknat laki-laki yang menyerupai wanita dan wanita yang menyerupai laki-laki” (HR. Bukhari ).

Caranya tentu saja dengan memberi bimbingan pada anak-anak tentang bagaimana mereka berpenampilan sesuai jenis kelaminnya. Walau hanya untuk lucu-lucuan hindari memakaikan pakaian anak perempuan ke anak laki-laki. Demikian juga sebaliknya.  
Termasuk di dalamnya adalah membiasakan memakai jilbab pada anak perempuan sedini mungkin. Dan laki-laki pun dibiasakan untuk berpenampilan sopan, minimalnya memakai celana di bawah lutur untuk menutup auratnya.

3. Hargai dan Hormati Aurat Anak
Sejak kecil, biasakan anak untuk menutup daerah pribadinya. Perlahan ajar kan anak untuk bisa membersihkan alat kelaminnya sendiri, sehingga tidak perlu ada orang lain yang memegang atau melihatnya. Biasakan anak merasa malu jika tidak menutup aurat di hadapan anggota keluarga lainnya.  Bahkan ketika anak masih bayi, biasakan untuk meminta ijin pada si bayi saat akan menggani popok atau membershkan kelaminnya. Ini sebagai bukti bahwa orang tua menghargai anak dari bayi dan mereka pun kelak harus menjaganya baik-baik.

yang tidak boleh dilupakan adalah mengajari anak untuk menghormati aurat orang tua, dengan meminta ijin di 3 waktu saat akan masuk ke kamar orang tua. Seperti dalam QS. 24 ( Annur ): 58-59

"Hai orang-orang yang beriman, hendaklah budak-budak (lelaki dan wanita) yang kamu miliki, dan orang-orang yang belum balig di antara kamu, meminta izin kepada kamu tiga kali (dalam satu hari) yaitu: sebelum sembahyang subuh, ketika kamu menanggalkan pakaian (luar)mu di tengah hari dan sesudah sembahyang Isya'. (Itulah) tiga 'aurat bagi kamu. Tidak ada dosa atasmu dan tidak (pula) atas mereka selain dari (tiga waktu) itu. Mereka melayani kamu, sebahagian kamu (ada keperluan) kepada sebahagian (yang lain). Demikianlah Allah menjelaskan ayat-ayat bagi kamu. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. Dan apabila anak-anakmu telah sampai umur balig, maka hendaklah mereka meminta izin, seperti orang-orang yang sebelum mereka meminta izin. Demikianlah Allah menjelaskan ayat-ayat-Nya. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.

4. Memisahkan Tempat Tidur Anak
Ketika saya punya anak kembar yang kebetulan sepasang laki-laki perempuan, dari usia tahun sudah saya pisah ranjang tempat tidurnya. Ketika sudah memasuki usia 5 tahun sudah si kembar sudah pisah kamar.  itu pun atas permintaan Aa. Jadilah kakak dengan si sulung ( perempuan ), sedang Aa sendiri di kamarnya. Banyak saudara atau kerabat yang merasa itu terlalu kejam, padahal jika dilakuakn dengan perlahan dan pembiasaan  anak justru akan mandiri sejak dini.
Kini ketika usia si sulung 9 tahun, Alhamdulillah ada rejeki hingga bisa beli ranjang tingkat hingga keduanya bisa tidur terpisah walau masih satu kamar.

Ingat juga hadist ini :
"Perintahkan anak-anak kalian shalat pada usia 7 tahun, pukullah mereka jika meninggalkannya pada usia 10 tahun dan pisahkan di antara mereka tempat tidurnya." (HR. Ahmad dan Abu Dawud,)

5. Pemilih Tontonan yang Aman untuk Anak
Saat ini pornografi sudah sangat gampang diakses. Bukan hanya film dewasa, film kartun bahkan iklan pun tak jarang memiliki konten pornografi. Saya selalu berusaha mendampingi anak-anak nonton tivi. Kalau perlu apa yang akan anak tonton saya sudah tahu, dan seringnya anak-anak juga suka nanya, "Bu, drama ini ceritanya apa? Bagus gak? " Kalau ternyata ceritanya lebih ke arah dewasa, saya pun akan menyarankan ganti channel. Tentu saja dengan penjelasan yang bisa mereka terima.
Termasuk dalam mengidolakan artis atau penyanyi muda. Seperti remaja lainnya anak-anak ada yang menyukai lagu-lagu One Direction. Ada juga yang lebih suka J Pop dan K pop.
 Mau tak mau saya pun ikut mendengarkan dan mengikuti berita idola anak-anak. Termasuk mengamati tingkah polah yang menyimpang. Seperti yang baru-baru ini saya dapat dari teman muda saya tentang teased picture bintang K Pop yang mengerikan. Minimalnya, saya jadi tahu sisi-sisi negatif yang perlu dijelaskan untuk tidak dicontoh, bahkan di warning kan ke anak-anak,

6. Ceritakan Tentang Kaum Sodom
Meski anak-anak bisa membaca kisah Nabi Luth sendiri tapi akan lebih afdol jika orang tua yang membacakan atau menceritakan kisah itu. Saya pun sering melakukan hal itu dan memberi pesan-pesan sponsor yang sudah disiapkan. Misal,  saya pernah menceritakan bahwa kejadian kaum Nabi Luth itu tidak terjadi dalam satu hari, satu minggu atau satu tahun. tapi bisa jadi sudah sejak lama penyimpangan-penyimpangan itu dimaklumi, diterima hingga hampir seluruh kaum menjadi pengikut penyimpangan seksual itu. Dan itu bisa terjadi sekarang, di jaman kita jika kita menerima dan mencoba memakluminya sedikit demi sedikit.

7. Jalin Komunikasi dan Keterbukaan dengan Anak
Ini untuk menghindari anak mendapat informasi yang salah tentang homoseksual dari lingkungan diluar rumah. Komunikasi yang nyaman membuat anak pun tidak takut menanyakan hal-hal yang dianggap tabu. Termasuk tentang pendidikan seksual yang sebenarnya sudah bisa dilakukan sejak dini dan disesuaikan dengan usia anak. Keluarga yang memberi rasa nyaman juga akan menghindarkan anak dari mencari perhatian dengan melakukan tindakan buruk.

Itu usaha yang bisa dilakukan selain tentunya lindungi anak-anak dengan doa kepada Allah, karena sebaik-baik pelindung adalah Allah Al Waliy. Maka jangan bosan mendoakan keselamatan anak, baik jiwa raganya, dunia akhiratnya. Wallohu a'lam bishowab.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar