Meski berprofesi sebagai ibu rumah tangga, tak jarang seorang ibu tetap harus keluar rumah. Misal untuk ta'lim atau sekedar menghadiri pengajian di masjid dekat rumah. Masalahnya, kalau anak-anak sudah besar dan bisa ditinggal di rumah mungkin fine-fine saja, tapi bagaimana jika ternyata anak itu masih balita dan tidak ada yang bisa menjaganya? pasti bikin pusing bundanya. Alih-alih ingin pergi menuntut ilmu, kebanyakan para bunda ini memilih stay at home dengan alasan anak yang tidak bisa dibawa.
Itu yang dirasakan Eva, setiap kali ada undangan ta'lim dari masjid di kompleks perumahannya. Nafis yang belum genap 3 tahun termasuk anak yang aktif. Di rumah saja, entah berapa kali Eva membereskan tempat bermainnya. Di luar rumah pun sama, pernah Eva membawa bocah aktif itu ke arisan erte, yang ada Eva dibuat ngos-ngosan menjaga putra semata wayangnya ini.
Lain lagi dengan Ijal. Anak yang hampir berusia 4 tahun ini gak mau bergeser dari pangkuan ibunya. Jurus nempelnya terlihat kuat saat berada di keramaian. Tangan sang bunda pun tak boleh lepas darinya. Akhirnya, bundanya juga yang merasa susah dan kesal dengan tingkah anaknya ini.
Saya pun sering membawa anak-anak ikut serta dalam kegiatan saya. Ketika sedang rapat pengurus pkk, saya bawa bayi Omar dalam selimut tebal dan ma Hafidzi yang lagi aktif-aktifnya. Seminggu kemarin, saya boyong dua balita saya ini ketika menjadi nara sumber untuk bedah buku saya yang ke-3 di Sonora fm Bandung. Repot sih..., tapi meninggalkan keduanya di bawah pengawasan kakaknya yang baru 12 tahun pun gak tega. Mengingat sekarang musim hujan dan biasanya hujannya full stereo hehehe alias penuh petir.
Ada beberapa hal yang saya persiapkan sebelum memboyong dua anak saya ini, yaitu:
1. Memenuhi Kebutuhan Fisik Anak
Jangankan orang tua, anak-anak bisa sama gugupnya ketika mendatangi tempat baru. Yang tadinya gak pengin pipis, tiba-tiba ngajak ke toilet terus. Dari rumah sudah makan, sampai tempat kegiatan bisa mendadak lapar. Maka, saya pun berusaha memenuhi kebutuhan anak, termasuk makan dan minum. Intinya saya berusaha membuat anak nyaman dulu. Bahkan saya memasukkan beberapa baju ganti, susu, air minum dan cemilan kesukaan keduanya.
2. Mengenali Tempat Kegiatan
Tahun kemarin saya sudah pernah melakukan bedah buku untuk buku yang kedua, Storycake Nikmatnya Syukur di radio yang sama. Makanya, saya sudah kebayang bagaiman tempat dan ruang siaran yang akan menjadi tempat beraktifitas. Ada lobi yang bisa dipakai anak-anak menunggu yang dilengkapi dengan buku-buku anak. Toilet dan mushola juga ready. Maka, saya pun cukup pede membawa keduanya.
3. Bawa Mainan Kesukaan Anak
Ini memang selalu masuk dalam daftra list setiap kali mau mengajak anak pergi. Hafidzi yang lagi suka belajar nulis, saya bawakan alat tulis dan kertas kosong. Atau ada anak yang suka mengambar, bawakan saja buku gambar dan krayonnya. Itu cukup efektif untuk membunuh rasa bosan anak saat menunggu kegiatan orang tuanya berlangsung.
4. Kalau Perlu Sertakan Pengasuh
Artinya, kalau memang ada dan diperlukan untuk mengawasi anak, bawa lah orang yang lebih besar sebagai pengasuh atau teman bermainnya. Ramadhan tahun lalu, saya bawa dua krucil bersama Adzkiya, sulung saya. Selama saya ta'lim, Adzkiya yang menjaga adik-adiknya. Bahkan beberapa ibu malah ikut menitipkan anaknya ke sulung saya. Jadilah dia ketua geng yang membuat anak-anak asyik bermain selama sekian jam hehehe. Kemarin juga pas ke Sonora fm, Teteh Adzkiya saya ajak untuk ngawasin dua adiknya. Alhamdulillah, selain memberi rasa aman, dia juga bisa menghibur saat Omar mulai rewel karena ingin masuk ke ruang siaran.
Intinya sih memberi rasa aman dan nyaman pada anak selama di luar rumah. Dan alangkah nyamannya anak ketika menemukan orang yang dikenal berada di dekatnya.
Nah.., selamat beraktifitas bersama si kecil bunda semua :)***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar