Selasa, 04 September 2018

5 Hal Yang Perlu Disiapkan Orang Tua Saat Anak Mondok

Tak terasa sudah setahun bujang saya di pondok pesantren. Masa-masa adaptasi pun sudah berlalu. Dari yang awalnya sering murung, kini si bujang terlihat bersemangat dan betah di tempatnya belajar. Bahkan adiknya yang kini di kelas 6 sudah mengajukan proposal untuk mondok juga. Proposal yang bagi saya cukup susah untuk meloloskan karena sejak awal saya ingin anak-anak perempuan tetap di rumah, diasuh dan belajar di rumah saja. Lebih tepatnya saya ingin sebagai pendampingi mereka saat mereka memasuki dunia remaja sebagai gadis belia.

Tapi kalau ternyata sudah tekat kuat, mau apa lagi. Sebagai ortu, yang bisa dilakukan pastinya memberi dukungan terbaik. Nah, karena itulah saya coba ingat-ingat lagi apa yang perlu disiapkan dari pihak orang tua saat akan memasukkan anak ke pondok pesantren. Karena bukan hanya masalah materi semata, tapi moril itu jauh lebih penting agar anak dan orang tua bisa survive dengan kondisi ini.


1. Menyiapkan hati untuk berjauhan dengan anak
Bagi orang tua yang mungkin sibuk dalam artian terbiasa berjauhan dengan anak, bisa jadi tidak akan ada istilah melow atau merindu. Tapi jika hubungan orang tua sangat dekat dengan anak, maka orang  tua perlu mempersiapkan hatinya untuk berjauhan dengan anak. Cara paling  mudah adalah dengan memahami bahwa anak-anak sejatinya bukan milik orang tua. Mereka milik dunia yang akan mereka huni ( persis perkataan Umar bin Khattab ra. ).
Anak, nanti atau sekarang pada masanya akan meninggalkan rumah. Bisa jadi karena kuliah, bekerja atau menikah. Jadi anggap saja, anak yang akan mondok mereka mengambil jatah lebih awal dari pada yang tidak mondok. 

2. Memperbanyak prasangka baik
Prasangka baik atau positif thingking akan menghasilkan jiwa positif. Hal itu akan dirasakan juga oleh anak. Saat orang tua banyak khawatir ditambah suudzan, anak pun akan susah beradaptasi di lingkungan barunya. Titipkan anak pada sebaik-baik penjaga yaitu Allah Swt. Terlebih saat mengingat bahwa orang yang mencari ilmu maka akan mendapat curahan rahmat dari Allah, akan berada dalam naungan sayap malaikat. Mestinya hal ini bisa mengurangi banyaknya kegelisahan dan kekhawatiran saat anak di pondok.
Dalam prakterknya, akan banyak kejadian yang menguji prasangka baik ini. Misal hilangnya barang ini itu, dari mulai kaos kaki sampai peci. Dari mulai selimut sampai seragam. Awalnya saya juga sempet suusdzan, kok gitu sih? mungkin saat itu ekspresi kurang suka saya terlihat oleh anak, hingga anak pun merasa bersalah dan tidak enak hati sama emaknya ini. Tapi suami mencontohkan sebaliknya. Dengan tenang dia mendengarkan semua curhatan si bujang dan memberi pandangan-pandangan positif. Hingga si anak tidak lebih down dan kembali bersemangat.

3. Memilih Pesantren yang Tepat
Tepat disini bisa dari banyak sisi. Tanyakan pada si anak, pesantren seperti apa yang ingin dia masuki. Tahan keinginan orang tua untuk memasukkan anak ke pesantren idaman ayah ibu, atau pesantren favorit. Karena yang akan menjalani hari-hari di pesantren adalah anak. 
Itu saya tanyakan saat pertama kali si bujang mengatakan ingin mondok selulusnya dari SD. Pesantren seperti apakah? apakah yang khusus tahfidz, pesantren modern, atau pesantren yang masih tradsional. Setelah itu baru ditawarkan letak pesantrennya, apakah yang diluar kota, luar propinsi, luar pulau atau luar negara?
Saya dan suami sepakat untuk memilih pondok yang masih satu kota. Alasannya, karena kami sekeluarga masih belajar hidup berjauhan. Jadi jika keinginan untuk menjenguk tiba-tiba datang tanpa bisa ditolerir yaa masih bisa disebut gampang.

4. Bersabar karena semua butuh proses
Beda pesantren pasti beda peraturannya. Ada yang gampang dalam urusan njenguk, termasuk perpulangan. Ada juga yang hanya boleh dijenguk tapi susah dapat ijin perpulangan. Hal ini membutuhkan penyikapan yang tepat. Tidak bisa menyamakan pesantren A dengan pesantren B, pun sebaliknya. Yang bisa dilakukan ikuti aturan dan nikmati prosesnya. Berat, pasti. Apalagi jika ternyata anak sakit atau susah beradaptasi.
Saat itu ingatlah bahwa resep menghadapi ujian sudah diberikan Allah dalam Al Qur'an yaitu dengan sabar dan sholat. Bersabarlah dalam menjalani proses dan serahkan semuanya kepada Allah melalui doa-doa ( sholat ).

5. Dana
Kenapa saya memasukkan ke nomor terakhir? Bukan berarti tidak penting. Tapi saya meyakini bahwa setiap anak lahir dengan membawa rezeki masing-masing. Semua ada takarannya, semua pasti cukup. Yang ingin digaris bawahi adalah, anak mondok itu bukan sekedar pindah kamar. Mereka sedang belajar untuk mandiri, menyelesaikan permasalahan dan dewasa. Jadi, jadilah orang tua yang bijak dalam memberikan uang atau dana terhadap anak. Jangan sampai mereka tidak berubah, masih tetap manja dan tergantung orang tua padahal sudah bertahun-tahun di pesantren. Wallohu a'lam




 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar