Jumat, 15 September 2017

Review Overprotectif Kahoko, Bikin Ketawa Sekaligus Kesindir

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhOawbXtaBfyWHI4rRz7aO8sAimbELr2D3VVh998vx8U6x6obU2L10KwStePk6H3yZnLTbtqeQBiV73skaG7lYrljiBifPybwu3MyMnme_5E3OZR5EWXQSPdHsKB9y61LN2fAxiOxTYSJ4/s640/knk+asds.jpg



Sepanjang 2017 -walaupun masih ada beberapa bulan lagi, rasanya tidak ada drama Korea yang greget. Beda dengan tahun 2016 yang bertaburan drama keren dari negeri gingseng sana. Akhirnya kembali mantengin channel tivi yang memutar dorama. Dan antusias saya langsung naik saat nemu drama Overprotectif Kahoko ( Kahogo no Kahoko ) yang lucu abis.Tapi dibalik lucu-lucunya itu tetap saja ada pesan yang cukup memukul kesadaran sebagai seorang ibu -khususnya. 

Dilihat dari judulnya drama ini memang menceritakan tentang seorang gadis yang sudah memasuki usia dewasa ( sudah kuliah dan memasuki masa mencari kerja ) ternyata tidak tahu apa-apa. Nemoto Kahoko sudah berusia 22 tahun, bisa dibilang enggak mandiri banget. Bangun harus dibangunin sama sang mama. Mau mandi semua sudah disiapkan dari mulai handuk sampai baju ganti. Selalu bangga dengan bekal makan siang yang ciamik kreasi mamanya. Bahkan pakai baju pun sesuai pilihan mamanya. Ngikik plus bingung juga lihatnya sambil mikir emang ada ya di dunia nyata. But..., meski kesannya dilebihkan ada juga kok di dunia nyata yang seperti itu, banyak malah hehehe.

Balik lagi ke Kahoko yaa...

Masalah mulai muncul saat Kahoko tidak bisa mendapatkan pekerjaan apa pun. Bahkan sampai perusahaan tempat ayahnya bekerja ( Nemoto Masataka ) pun enggan memperjakannya walau sebagai pegawai magang. Ibunya ( Nemoto Izumi ) tidak kehabisan akal. Dia malah memberi ide ( tepatnya memaksakan idenya ) pada Kahoko untuk menyiapkan diri memasuki dunia pernikahan. Asli ngakak pas lihat adegan ini. 

Di episode awal diceritakan juga kondisi keluarga besar Kahoko. Semua tampak baik, kebersamaan yang bisa membuat semua orang iri. Kasih sayang berlimpah sampai-sampai perayaan ultah Kahoko saja dilakukan dalam beberapa season hehehe. Di sini Kahoko sempat merasakan iri plus kagum dengan sepupunya Ito, yang ingin menjadi Cellois ( pemain Cello ).  Dari Ito juga Kahoko mendapati pandangan berbeda tentang keluarga besarnya.

Lucunya lagi dorama ini kadang menampilkan ilustrasi yang bikin tambah ketawa. Seperti Papa Kahoko yang menggambarkan dirinya sebagai singa jantan, kahoko sebagai anak katak, Izumi sebagai rubah, nenek sebagai gajah yang bijaksana dan lainnya. Ditambah lagu di akhir episode yang saat saya mendengarnya ada kesan hangat, kalo gak salah judulnya family hehehe ( kalo salah ya maaf yaa ).

 https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhYq_mPA56nE4qsmqlHQvDIApFvMClJN0gSGF0M6ZPlMAap_aJ0LbPQSbTUfzswCi1ZhiQPhP6UlmJFnUqLZwhWxBo6Pmc8YoZ31swCA1ab6kMm3hVsT5uq62i_wRATTBb8XgExRVjxuIM/s1600/knk+ep3-001.jpg

Sampai dia bertemu dengan seorang pemuda bernama Mugino Hajime. Seorang pemuda jangkung yang bercita-cita jadi pelukis ternama. Sekaligus pekerja paruh waktu sebagai pengantar pizza. Pertemuan demi pertemuan tak terduga terjadi antara keduanya. Dari sinilah Kahoko banyak mendapat bantuan dari Hajime untuk melihat dunia sesungguhnya. Menjadi pribadi dewasa mandiri. Memiliki keinginan untuk bekerja dan bermanfaat.

Sampai episode 5 ini, saya masih cukup puas untuk duduk di depan tivi dan mengikuti ceritanya. Banyak pelajaran yang bisa diambil, seperti di episode ke 5 saat Izumi kabur dari rumah. Bahwa seorang ibu ingin tetap berada dekat dengan anak-anaknya. Ingin selalu dianggap berguna, dan tidak ingin melewatkan sedetik pun waktu kebersamaan dengan si anak. Tapi tahu kah yang dijawab oleh nenek Kahoko, " Tidak ada seorang ibu yang merasa cukup kebersamaan dengan anak. Setiap ibu pasti merasa kurang dan selalu kurang. Tapi anak-anak akan hidup dengan mimpi dan dunianya sendiri. Kita bertugas menyiapkan mereka agar mereka mampu berjuang di kehidupan mereka." ( kata-kata saya tulis ala saya ya hehehe -gak sama persis ).

Saya sendiri punya pengalaman begitu ketat atau protektif terhadap anak. Terutama si sulung. Dia selalu menuruti semua perkataan saya hingga dia tumbuh menjadi anak yang tidak kreatif, kaku, tidak bisa berinovasi dan terlalu patuh. Anak cenderung mengalah, tidak mau ribut, dan kurang mampu mengekspresikan apa yang dirasakannya. Hemm... disini saya merasa jauh dengan anak. dan itu justru terasa menyiksa.

Ada plus minusnya memang, tapi saya sedih saat menyadari bahwa ada bagian dalam diri anak yang tidak berkembang karena kekangan pola asuh yang saya terapkan. Lalu dengan mengikuti anjuran psikolog yang kebetulan my best frend almarhumah, sedikit demi sedikit saya pun berubah. Dan anak saya pun mulai berkembang. Bahkan bisa dikatakan melesat baik kemampuan kognitif, maupun emosinya.

Ya..., sebagai pendidik anak-anak, maka patutlah tahu tujuan yang akan diraih. Umar bin Khattab  r.a. pernah bersabda bahwa didik lah anak-anak sesuai dunianya. Memang betul sekali, anak bisa jadi datang lewat kita sebagai orang tuanya, tapi mereka akan hidup di jaman dan dunia mereka yang pastinya akan berbeda dengan duani kita. Tugas kita bukan melindungi semata, tapi membuat mereka siap dan mampu menghadapi tantangan jamannya. baik berupa tantangan iman maupun kehidupan.

Intinya, jangan jadi ibu egois yang hanya keinginannya saja yang mau dituruti. Bahkan sampai cita-cita anak pun ditentukan oleh si ibu. Yakin kan bahwa setiap anak istimewa. Setiap anak diberi dua pilihan, jalan kebaikan sesuai fitrah dan jalan kefasikan. Sebagai orang tua hanya bisa membimbing, mengarahkan, mendidik, mendoakan hingga mereka memilih jalan yang benar. Selebihnya bertawakallah kepada pemilik sejati, karena tetap saja ada faktor hidayah.Wallohu a'lam***

Keterangan :
Semua gambar diambil dari http://wateryscenery.blogspot.co.id/2017/08/kahogo-no-kahoko-dorama-summer-2017.html


Tidak ada komentar:

Posting Komentar