Minggu, 20 November 2016

Belajar Menjadi Guru untuk Anak dari Lukmanul Hakim

Belum lama ini kita mempertingati hari guru. Dan tahun ini ada satu yang mengetuk hati saya saat baca quote dari Bapak Pendidikan kita - Ki Hajar Dewanatara : "Setiap orang menjadi guru, setiap rumah menjadi sekolah." Jujur saja itu bagai sentilan yang cukup keras bagi saya, mengingat amanah yang ada dalam diri sebagai istri dan ibu, rumah dan penghuninya. Ah... sudahkah saya menjadi guru di rumah saya sendiri?

Guru bukan yang sekedar mengajar teori di hadapan kelas, tapi guru yang artinya digugu dan ditiru ( dipercaya dan diikuti ). Ini yang berat sebenarnya, bagaimana menjadi pribadi yang digugur berarti harus memiliki kapasitas pada bidangnya. Maka, seorang ibu harus memiliki kapasitas baik secara keilmuan dan mental dalam mendidik dan membesarkan buah hatinya. 

Seorang ibu juga dituntut baik, karena akan menjadi teladan , profil pertama dan utama yang ditiru oleh anak-anaknya. Ibu adalah orang pertama yang dituntut mempraktekkan apa yang akan dibimbing dan dibinakan pada anak. Misal, menginginkan anak yang shaleh atau shalihah, maka jadilah ibu yang shalihah dulu. Ingin memiliki anak yang menegakkan shalat, maka jadilah orang yang pertama terlihat di mata anak sebagai penegak shalat sejati.

Dalam Al Qur'an, ada tokoh yang dijadikan teladan agar bisa menjadi pendidik anak-anak. Tujuanya jelas, menjadi generasi yang diridhai oleh Allah, generasi yang memiliki cap atau label sebagai 'Ibadur Rahman ( hamba dari Arrahman ).' Bahkan nama beliau diabadikan menjadi satu nama surat dalam Al Qur'an, yaitu surat ke 31 - Lukman.  

Nah, mari kita simak apa seperti apa gambaran Al Qur'an tentang Lukmanul Hakim sebagai guru anaknya :

1. Beraqidah Tauhid

Masih ingat tentang hadist yang menggambarkan anak sebagai kertas kosong. Orang tua ( di usia awal khusunya ibu ) nya lah yang akan menjadikannya sebagai nasrani, yahudi atau muslim. hal ini menunjukkan bahwa seorang ibu yang akan bisa menghantarkan buah hatinya kepada sosok ibadurrahman pastinya memiliki keimanan yang berlandaskan tauhid. Begitu juga yang sudah dilakukan oleh Nabi Ibrahim a.s., saat berwasiat agar anak-anak ( keturunannya ) tidak pernah menyambah berhala ( musyrik ). Beliau sendiri adalah gambaran manusia yang sangat yakin akan keesaan Allah, hingga mendapat gelar Bapak Tauhid.


 
 2. Melaksanakan Syariat Diniyah dan Dakwah

 "Hai Anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah ( mereka ) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya orang yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan ( oleh Allah )." 
 QS. Lukman (31) :17

Sesungguhnya setiap diri mengemban peran menjadi duta-duta keyakinannya. Maka, jika keyakinan kita adalah Islam, maka tunjukkanlah dengan melaksanakan syariat dan menyebarkan kebaikan yang dikandung ajaran agama ini. Jangan takut dianggap sebagai ustadzah dadakan atau tukang memberi nasehat, apalagi julukan sok suci. Karena itu dilakukan semata-mata untuk melaksanakan peran yang kelak akan diminta pertanggung jawaban. Bahkan di ayat di atas dikatakan termasuk kewajiban lho...


3. Berakhlak Karimah

Ciri dari Ibadadurrahman adalah memiliki akhlak yang terpuji, tidak angkuh, yang rendah hati, yang kata-katanya mengandung keselamatan. Intinya bukan kata-kata yang mengandung kemudharatan apalagi kecelakaan.

"Dan hamba-hamba Tuhan yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata (yang mengandung) keselamatan." QS. Al Furqan  (25 ) :63

Hal ini sangat selaras dengan QS. Lukman (31 ) : 18-19

"Dan janganlah kamu memalingkan muka dari manusia ( karena sombong ) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri. Dan sederhanalah kamu dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya, seburuk-buruk suara adalah suara keledai."


 4. Mental Tanggung Jawab

Mendidik anak dengan benar dan baik adalah bukti dari orang tua yang bertanggung jawab.  Juga bukti syukur atas karunia yang sudah didapat.

(Lukman berkata ): "Wahai Anakku, sesungguhnya jika ada ( Sesuatu perbuatan ) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya ( membalasinya ). Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha Mengetahui." QS. Lukman ( 31 ): 16


Wallohu A'lam bishowab, semoga bermanfaat ***




Tidak ada komentar:

Posting Komentar