Kamis, 02 Juni 2016

Marhaban yaa Ramadhan : Agar Tak Merugi di Bulan Ramadhan

Sebentar lagi, jika diijinkan oleh Allah, kita akan memasuki bulan suci Ramadhan. Bulan suci yang Rasulullah Saw., sendiri menyambutnya kedatangannya laksana tamu agung. Penuh pengharapan, penuh kerinduan. Karena di bulan itu, kita akan ditempa, dibina, disibukkan, dilelahkan, dilemahkan untuk mendapatkan kemenangan besar di akhir bulan.

Sayang sekali, tak sedikit diantara kita malah yang menjadi orang- orang yang rugi. Bukannya kemenangan malah yang ada adalah kekalahan. Kita masih kalah dengan hawa nafsu karena selama berpuasa bukannya mengembangkan sabar dan menguatkan iman, tapi membuat nafsu meraja lela. Saat buka puasa, semua yang diinginkan tersaji di meja makan. Sampai-sampai tidak ada tenaga untuk taraweh, tadarus dan ibadah lainnya.

Di bulan Ramadhan, bukannya menggiatkan amal ubudiyah, malah menggiatkan acara kumpul-kumpul dengan judul dilaturrahmi dengan buka bersama. Banyak amal yang terlewat hanya untuk acara yang hukumnya mubah saja. Shalat maghrib mesti molor karena harus antri, belum lagi sholat taraweh yang pastinya akan dinantikan karena acara masih seru, tanggung rasanya pamit pulang dengan alasan mengejar sholat taraweh di masjid atau rumah bersama keluarga. Juga untuk urusan makanan yang biasanya cenderung berlebihan dan cenderung mubadzir.

Di awal bulan biasanya masjid penuh dengan orang yang beribadah, 10 hari kedua, barisan mulai menyusut. Apalagi kalau target hatam tadarus qur’an sudah tercapai. Banyak ibu-ibu yang memilih sibuk di dapur untuk menyiapkan kue dan makanan Lebaran. Dan di malam-malam terakhir, Ramadhan seperti tamu yang tak diundang. Karena kebanyakan sudah merindu datangnya hari raya.

Karena itu, tak ada salahnya kembali melakukan hal –hal di bawah ini bagi yang ingin jadi pemenang di akhir Ramadhan:

1. Merefresh pemahaman diri tentang Ramadhan. Bahwa Ramadhan adalah Syahrullah, bulan untuk Allah semata. Bulan dimana kita berlomba-lomba agar dilihat , agar makin disayang, agar makin ditolong  dan diampuni oleh Allah Swt. Kalau keinginan kita begitu tinggi, maka kejarlah dengan amal-amal terbaik. Jangan amal-amal yang biasa-biasa saja. Jadi lakukan amalah yang ektra lebih di bulan Ramadhan. Buang jauh hal- hal yang menyebabkan Allah tidak berkenan pada kita. Seperti kebiasaan mubazir, berlebih-lebihan ( boros ), serta melanggar aturannya.

“...Di permulaan bulan Ramadhan, Allah melihat pada ummatku. Barangsiapa Allah melihat padanya tidak akan diazab selamanya..." ( HR. Ahmad dan Baihaqi dari Jabir r.a. )

2. Agar tidak terjadi semangat di awal saja, maka modal pemahaman dan semangat harus terus dipompa. Jadikan bulan Ramadhan Syahrul Qur’an, bukan sekedar tilawah, tapi menjadikannya sebagai petunjuk ( huda ) dan pembeda ( furqan ). Karena tanpa petunjukNya, yakin tidak akan jelas apa yang akan dikejar. Maka perbanyaklah saling mengingatkan, saling menguatkan dan saling menasehati tentang kebenaran dengan Al Qur’an. Perbanyak taklim agar selalu ingat dan kembali diingatkan.

3. Menyiapkan bekal baik untuk selama Ramadhan atau Syawal.  Ini yang dicontohkan oleh para sahabat. Mereka memilih menetap ( mukim ) selama bulan Ramadhan agar bisa maksimal beribadah. Sehingga ketika di Ramadhan pikiran tidak terpecah antara memenuhi kebutuhan selama Ramadhan maupun hari raya.

4. Ingat bahwa tahun depan belum tentu masih diberi umur untuk bertemu Ramadhan, maka jangan tunda amal terbaik yang bisa kita lakukan. Tumbuhkan kebutuhan untuk beramal. Mengingat di bulan suci, amalan akan mendapatkan pahala berlipat maka tidak ada kata malas untuk beramal shaleh baik itu yang sifatnya hablumminallah maupun hablumminannas.***

Wallohu A’lam. Oleh-oleh sebuah taklim. Dan tertambah dari membaca buku, Marhaban Sepanjang Masa by Dr. H. Ahmad Salim

Tidak ada komentar:

Posting Komentar