Minggu, 06 Desember 2015

Tips Enjoy Saat Anak UAS atau Ujian

Musim UAS sudah di depan mata. Beberapa sekolah sudah menyelenggakan UAS dan bisa jadi sudah berakhir. Tapi ada juga yang baru memulai karena minggu kemarin untuk ujian praktek. Nah, seringnya sebagai ibu, mereka lebih heboh dan stress dibanding si anak yang melakoninya. Bahkan menjadi trending topik di warung sayur hehehe. Dari keluhan si anak yang susah ngapalin, ogah belajar sampai harus dikurung pake larangan gak boleh main selama UAS ( hihihi... kasihan anaknya ).


Kebetulan di rumah 4 anak juga sedang bersiap menghadapi UAS. Minggu kemarin, si kembar dan Ayesha yang di MI full day sudah selesai ujian praktek. Sementara si sulung baru minggu ini UAS. Alhamdulillah, anak-anak tipe yang mudah diingatkan untuk belajar. Biasanya ini sudah saya komunikasikan beberapa minggu yang lalu. Jauh sebelum musim UAS datang. Saya juga selalu bilang, tidak ada ruginya belajar atau mengulang pelajaran di rumah. Tidak perlu banyak-banyak, 30 menit pun cukup :)

Sejauh ini, anak-anak terlihat semangat. Mereka malah berinisiatif untuk belajar bersama. Saling uji satu sama lain juga mengingatkan jika ada yang salah. Saya juga mengingatkan bahwa ujian itu memang diperlukan bagi pelajar untuk mengetahui sejauh mana pencapaian yang sudah mereka dapat. Hasil yang didapat, adalah bukti apa yang kita lakukan. Belajar atau tidak, paham atau malah bingung.

Nah, agar bisa memberi dukungan kepada anak, berikut beberapa hal yang bisa dilakukan oleh  para ibu :)

1.  Mengenali tipe anak
Beberapa anak ada yang cepat menghapal. Ada juga yang lebih suka berhitung. Beberapa diantaranya diberi kelebihan dengan mudah dalam menghadapi semua mata pelajaran. Akal mereka cemerlang. Bahkan belajar adalah hal yang sangat disukainya. Untuk tipe yang mudah memang orang tua tidak perlu melakukan beberapa effort untuk mengajak atau mengingatkan anak belajar. Tapi untuk anak yang susah, perlu dilakukan upaya lebih agar anak mau mengulang pelajaran. 

Ketika ibu mengetahui tipe anaknya, maka dia tidak akan terlalu menekan anak untuk belajar. Karena hal itu bukan hanya akan membuat anak makin bete, tapi juga membuat anak tidak menyukai aktifitas belajar.

2. Membuat kondisi rumah yang kondusif
Sudah lama saya menerapkan no tivi after maghrib di rumah. Awalnya memang terkesan berat karena sudah terbiasa melotot di depan si kotak kaca itu. Tapi setahap demi setahap saya mulai mengurangi anak-anak untuk duduk di depan tivi. Saya lebih memperbanyak buku atau majalah anak untuk membaca. Ada juga aturan, boleh nonton tivi sabtu- minggu siang hari. malam, tetap sewaktu-waktu saja.

yang perlu digaris bawahi, bahwa aturan itu bukan hanya untuk anak. Tapi juga untuk kedua orang tua. Maka, saya dan suami pun saling mengingatkan agar tidak memencet remote tivi selama itu bukan jam nonton.

Hasilnya, mau hari biasa, mau ada formatif atau UAS sekali pun anak-anak sudah terbiasa dengan belajar. Mereka malah asyik mempersiapkan bahan yang akan diujikan. Bahkan jika mereka punya waktu lebih banyak untuk minta diuji satu sama lain ( misal masalah hapalan Al Quran ) atau dengan saya sendiri.

3. Menjaga Kesehatan Anak
Kesehatan adalah faktor penting dalam kesuksesan. So.., jangan sampai karena terlalu diforsir untuk belajar, malah sakit pas waktunya ujian. Anak-anak biasanya semangat kalau makan baso, jadi saya bikin saja sop baso dengan baso melimpah, kuah kaldu dan sayuran warna-warni. Tak lupa madu sebagai multivitamin dan anti radang alami sudah siap di rumah. Sekali lagi menjaga jauh lebih baik dari mengobati kan ya... :)

4. Membantu dengan doa
Sebaiknya jangan pas ujian saja ya berdoanya hehehe. Secara banyak ibu-ibu yang pasang status doa ketika anak-anak ujian. Sama seperti sholat malam atau sholat dhuha, sebaiknya memang dijadikan sebagai kebiasaan amal shaleh. Gak harus ada momentum kurang duit baru rajin sholat dhuha kan hehehe

Harus disadari faktor spiritual sangat penting dalam pendidikan anak. tentu kita tidak mau kan hanya mendapat anak dengan nilai-nilai akademis memukau tapi beku dalam hal spiritual. Mereka bisa sukses dari segi dunia, meraih pendidikan tertinggi bahkan sampai ke luar negeri, tapi tidak memiliki jiwa tauhid. Alahngkah ruginya..:(

Jadi, sebaiknya jadi lah ibu yang juga menjadi teladan dalam segi spritual. Anak-anak pasti akan lebih mudah mencontoh dan bangga kepada ibu-ibu yang thayyibah ini. yakin deh hehehe!

5. Menerima dengan lapang dada hasil pekerjaan anak
Ini tugas penting dari seorang ibu, menghargai kerja anak. Apalagi jika si anak sudah jungkir balik belajar, tapi ternyata hasilnya kurang memuaskan, tentunya dukungan ibu sangat diperlukan. Anak akan tetap semangat jika si ibu juga bisa memahami. Tapi anak akan jatuh down jika ternyata si ibu malah marah.  

Kondisi akan jauh berbeda, jika si ibu bisa menerima dan justru mencari tahu penyebab kegagalan anak. Bisa jadi karena anak kurang paham atau bingung di pelajaran tertentu. Pastinya ada jalan keluar yang dicari dari pada mencari kesalahan anak kan? 

Ada yang mau menambahi, sila kan lho :) dan ...semoga bermanfaat ya...:)***



Tidak ada komentar:

Posting Komentar