Kamis, 08 Oktober 2015

Mengundang Pertolongan Allah


Baru-baru ini saya mendapat kesempatan menulis tentang sebuah episode dalam perkembangan Islam. Tepatnya tentang peperangan yang melahirkan sosok penglima-panglima hebat. Yang tidak hanya dicintai oleh pasukan dan kawannya, tapi juga diakui kredibilitasnya oleh para lawan.

Dan banyak kejadian dalam perang, dimana pasukan yang sedikit mengalahkan pasukan yang besar dan bersenjata lengkap. Semua kemenangan itu dipahami sebagai sebuah pertolongan yang Allah kirim. Seperti saat Perang Badar dimana 313 pasukan Rasulullah dipaksa menghadapi 1000 pasukan Qurasy  yang terkenal jago perang.  Bahkan dalam sebuah keterangan jika digabung dengan pasukan kuda dan pasukan unta jumlahnya mencapai 1300 pasukan. Sementara di Perang Uhud 1000 pasukan Muslim berkurang sepertiganya karena hasutan tokoh munafik Abdullah bin Ubay. 700 pasukan yang tersisa menghadapi pasukan Quraisy yang berjumlah sekitar 3000 pasukan.

Di Perang Mu'thah dimana pasukan Islam yang dilepas Rasulullah berjumlah 3000 pasukan. Sedangkan pihak Romawi menyiapkan 200.000 pasukan terbaik mereka. Siapa yang tidak gentar dengan jumlah pasukan sebesar itu. Hal itu pun melanda pasukan Islam yang dipimpin oleh Zaid bin Kharitsah r.a. Para sahabat mengusulkan agar meminta pasukan bantuan dari Nabi, lalu berdirilah Abdullah bin Rawahah yang sudah ditunjuk sebagai panglima ke-3. "Wahai rekan-rekanku seperjuangan, demi Allah, kita memerangi musuh bukan karena jumlah pasukan dan kekuatan fisik. Kita memerangi mereka dengan kekuatan keimanan yang sudah dianugerahkan oleh Allah kepada kita. Keimanan ini lah yang akan membuat kita mulia. Ayo..., mari kita bergerak maju! kita akan mendapat satu dari dua kebaikan, kemenangan atau syahid sebagai pahlawan."

Atau pernah kah kita membaca tentang pasukan dan panglima terhebat yang pernah dibicarakan oleh Rasulullah? Mereka adalah panglima dan pasukan yang berhasil merebut kota penting Romawi, Konstantinopel. Beberapa abad kemudian, prediksi Rasulullah itu nyata adanya. Pasukan itu adalah pasukan Janissary yang dipimpin oleh Sultan Muhammad Fatih.

Ada yang menarik tentang gambaran Sultan Fatih dan pasukannya. Bahwa sejak kecil, Fatih sudah dididik dan diarahkan menjadi pejuang sejati. Bukan hanya strategi perang yang diajarkan padanya, tapi ruhaninya juga dibangun hingga memiliki kedekatan dengan Allah. Muhammad Fatih sejak baligh tidak pernah meninggalkan shalat fardu, shalat rawatib dan shalat malamnya. Subhanallah...!

Bagaimana dengan prajuritnya? Ternyata untuk keberhasilan perjuangan, diperlukan pasukan yang nyambung atau satu frekuensi dengan panglimanya. Maka, pasukan Janissary pun diambil dari pemuda-pemuda pilihan. Bukan hanya dari keberanian dan kekuatan fisik, tapi dari kesalihannya. Seperti panglimanya, mereka pun orang-orang yang tidak pernah meninggalkan shalat wajib, beberapa tidak pernah meninggalkan shalat sunnah rawatib.

Lalu tahu kah apa pesan panglimanya sebelum penyerangan yang terakhir ke Konstantinopel. Muhammad Fatih berpesan pada pasukannya, agar tidak melakukan maksiat dan perbanyak munajat kepada Allah. Perbanyak minta pertolongan kepada Allah. Subhanallah... sungguh pesan yang hanya diberikan oleh orang-orang shalih!

Besok harinya, sebelum adzan asar berkumandang, akhirnya kota dengan benteng terkuat itu pun atas ijin Allah berhasil dikuasi tentara Islam. Sungguh prestasi yang luar biasa yang bisa jadi sangat sulit diwujudkan. Prestasi yang hanya bisa diraih karena pertolongan Allah.

Dari semua kisah di atas, apa yang bisa diambil sebagai ibrah? Bahwa Allah akan menolong hamba-hamba yang juga bergerak untuk menolong agamaNya. Allah akan memberikan bumi ini kepada pewaris yang sudah ditunjukNya yaitu orang-orang shalih. Dan bahwa jika ingin ditolong oleh Allah, jadilah orang-orang seperti mereka. Yang menegakkan shalat, yang menegakkan keadilan, yang tidak bermaksiat dan senantiasa bergantung pada Allah.


"Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar." QS. Al Baqarah (2): 153

Ya, itu lah resep abadi yang sudah dibuktikan oleh orang-orang terdahulu. Dan pada zaman sekarang pun tetap bisa diterapkan. Tinggal kemauan dari diri kita apakah ingin mengundang pertolongan Allah dalam kehidupan ini, atau tidak? Wallohu a'lam bishowab.***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar