gambar 1 |
Siang-siang, puasa sambil setrika rasanya mantap banget. Tapi karena itu pekerjaan domestik selaku ibu rumah tangga ya.. saya jalani saya. Agar tidak terlalu jenuh saya pun menyalakan tipi, eh kebetulan lagi berita ( kebayangkan saya nyetrika tengah hari bolong pas jam berita siang hihihi, abaikan saja...). Nah yang menarik berita ini tentang makanan tidak layak makan, bisa jadi karena kadaluarsa maupun karena memang mengandung zat-zat yang berbahaya. yang lebih bikin ngeri, karena makanan itu sudah dipacking dalam bentuk parcel dan siap kirim ke alamat yang dituju.
Hemm... kenapa saya sebut ngeri kawan? memberi dalam islam jika diniatkan karena Allah bisa mendapatkan pahala. Apalagi di bulan Ramadhan ini, dimana pahala dilipatgandakan. Tak usahlah jauh-jauh mengkritisi niat seseorang, siapa tahu dia mengirim parcel itu memang untuk orang tua atau sanak saudaranya murni karena Allah. Atau pun kolega tanpa niatan untuk suap dan sogok. Justru niatan dan aktifitas berbagi itu bukankah harus diacungi jempol.
Saya yakin deh, baik bagi pengirim maupun yang menerima bingkisan itu bisa menjadi bingkisan terbaik. Nyatanya, niat baik itu tidak diamini oleh pihak penyedia parcel. Ada saja makanan yang sudah expired yang ditemukan. Belum lagi makanan yang diimpor yang tidak jelas halal haramnya. Alih-alih ingin memberi yang terbaik malah yang ada kebingungan atau kekecewaan.
Dulu, menjelang Lebaran anak-anak sampai bersorak ketika parcel kue kering dibawa pulang sang ayah. Malamnya, karena tidak tahan melihat tampilan si kue, kita pun sepakat membukanya. Tak berapa lama, lengkungan kegembiraan di wajah anak-anak hilang, gantinya adalah kerutan kecewa karena rasanya yang tidak sebagus penampilannya.
Rasulullah Saw. menorehkan keteladanan nan mulia. Dikisahkan bahwa setiap hari beliau mendatangi seorang pengemis dengan membawa makanan dan minuman. Cukupkah dengan memberi saja lalu pulang? Tidak! Rasul bahkan menyuapi si pengemis buta itu dengan tangannya yang mulia. Masih belum cukup, saat si pengemis itu merasa kesusahan, Rasul menguyah makanan itu lalu disuapkan ke si pengemis. Harapan beliau hanya agar si pengemis tidak tersedak. Hal itu dilakukan Rasulullah sampai beliau wafat. Masya Allah!
Pantas lah jika pengemis itu langsung menolak Abu Bakar r.a., yang menemuinya dengan membawa makanan dan minuman. "Kamu bukan orang yang bisa datang padaku." Ujar si pengemis buta itu.
"Kenapa?" Abu Bakar ingin tahu. Lalu meluncurlah kisah yang membuat siapa pun meneteskan air mata ( termasuk saya saat menulis ulang kisah itu dalam karya pertama saya, hiks). Tahu kah kalian bahwa pengemis buta itu adalah seorang Yahudi yang berlidah tajam. sering menghina dan memfitanah Rasulullah. Yang karena perbuatannya itu lah tidak ada penduduk Muslim Madinah yang menaruh simpati padanya.
gambar 2 |
Memang Rasulullah adalah uswah khasanah dan bisa jadi banyak juga yang bilang, manusia biasa mah tidak bisa melakukan itu. Tapi tetap harus berusaha mengikuti apa yang sudah dicontohkan beliau dong ya? Jika tidak mampu memberi baju baru pada orang lain, minimalnya kita bisa memberi baju bekas tapi masih bagus, bukan yang robek dan tidak layak pakai. Jika memberi makanan, bukan yang kita sendiri tidak mau makan ( baik karena rasanya tidak enak atau memang sudah tidak layak konsumsi), tapi sebaiknya yang baik dan halal ( halalan thayyibah ). Jadi jangan apa yang kita tidak mau, kita kasih ke orang lain...
Hemm... mau tak mau saya teringat sahabat saya yang sudah meninggalkan dunia ini. Sejak awal mengenal almarhumah saya sudah merasakan hal istimewa pada dirinya. Setiap membawa makanan, dia selalu membaginya dengan orang- orang didekatnya. Tak jarang dia hanya kebagian sedikit. Saat memberi kado, dia juga memberi yang terbaik sesuai kemampuannya. Dan saat dia mengirim oleh-oleh untuk anak-anak saya dengan coklat, dia pilih yang harganya mahal dan jauh hanya demi yakin bahwa coklat itu halal untuk kami makan...Hiks ( karena dia musti nyari coklat produksi negeri tetangga yang terkenal ketat dalam memberi sertifikasi halal )
Semoga bisa menjadi pembelajarn buat diri, agar senantiasa bergerak memberi yang baik-baik saja, yang terbaik kalau bisa. Pastinya sesuaikan juga dengan kesanggupan kita. Karena Islam mah tidak pernah maksa, bahkan dalam zakat fitrah pun demikian, sesuaikan dengan makanan pokok yang dikonsumsi. Yuk... ah, memberi yang terbaik. Agar apa yang kita lakukan bisa menjadi peluang amal kebaikan. Bukan amal yang mendatangkan kerugian.***
sumber gambar:
gambar 1 dari www.kaskus.co.id/thread
gambar 2 koleksi pribadi dari 40 Kisah Pengantar Tidur Islami
Tidak ada komentar:
Posting Komentar