Tadi malam, banyak sekali status-status teman-teman di media sosial yang menyebut malam Nisfu Sya'ban. Ada juga yang melengkapinya dengan ucapan minta maaf, buku amalan ditutup dan lain sebagainya. Sementara dari masjid dekat rumah sudah terdengar keramaian dari sore hari. Tadarus Al Quran pun sudah dimulai ba'da maghrib ( biasanya dilakukan setiap malam jum'at saja). Saya jadi ingat, bagaimana malam Nisfu Sya'ban di kampung. Setiap malam pertengahan bulan Sya'ban itu datang masjid ramai didatangi jama'ah. mereka membaca Al Quran, khususnya surat Yasin bersama-sama, bahkan sampai tiga kali. Dan yang saya ingat ada doa minta panjang umur ( seingat saya ya..., maklum sudah 21 tahun yang lalu sebelum saya pindah untuk kuliah ). Intinya, malam Nisfu Sya'ban di kampung memang terasa lebih syahdu ( hehehe...), kalau kata seorang sahabat mah, "malam Nisfu Sya'ban di kampung lebih berasa."
Beberapa tahun yang lalu sempat seorang teman bertanya,"Bu...enggak ke masjid, ada sholat berjama'ah, baca Qur'an dan doa bersama di Nisfu Sya'ban ?"
"Enggak Bu, saya melakukan seperti biasa saja di rumah hehehe," jawab saya santai.
"Oh..., jadi sebenarnya apa sih Nisfu Sya'ban itu dan amalan apa yang harusnya dikerjakan?" Dan ini lah jawaban saya yang coba dituangkan dalam tulisan.
Pengertian Nisfu Sya'ban
Nisfu Sya'ban adalah malam pertengahan di bulan Sya'ban. Biasanya pada malam 15 bulan Sya'ban. Artinya dua minggu lagi mendekati bulan suci Ramadhan. Beberapa hadist mengungkapkan tentang keutamaan malam ini, walaupun secara kesahihannya masih diragukan. Dalam artian tidak ada hadist shahih yang menukil tentang malam Nisfu Sya'ban. Bahkan yang ada adalah hadist-hadist dengan sanad dhaif ( lemah ) Seperti hadist di bawah ini :
"Sesungguhnya Allah 'Azza Wajalla turun ke langit dunia pada malam nisfu sya'ban dan mengampuni lebih banyak dari jumlah bulu pada kambing Bani Kalb (salah satu kabilah yang punya banyak kambing)." (HR At-Tabarani dan Ahmad) Tapi hadist ini didhoifkan oleh Imam Bukhari.
Ada pula hadist tentang amalan Rasulullah di malam Nisfu Sya'ban. Para ulama Hadist berpendapat bahwa hadist ini mursal jayyid, karena Al Baihaqi meriwayatkan hadist ini dari jalur Al 'Alaa bin Al Harist yang tidak mendengar langsung perkataan ini dari Aisyah r.a.
Dari Aisyah radhiyallahu anha berkata bahwa Rasulullah SAW bangun pada malam dan melakukan shalat serta memperlama sujud, sehingga aku menyangka beliau telah diambil. Ketika beliau mengangkat kepalanya dari sujud dan selesai dari shalatnya, beliau berkata, "Wahai Asiyah, (atau Wahai Humaira'), apakah kamu menyangka bahwa Rasulullah tidak memberikan hakmu kepadamu?" Aku menjawab, "Tidak ya Rasulallah, namun Aku menyangka bahwa Anda telah dipanggil Allah karena sujud Anda lama sekali." Rasulullah SAW bersabda, "Tahukah kamu malam apa ini?" Aku menjawab, "Allah dan rasul-Nya lebih mengetahui." Beliau bersabda, "Ini adalah malam nisfu sya'ban (pertengahan bulan sya'ban). Dan Allah muncul kepada hamba-hamba-Nya di malam nisfu sya'ban dan mengampuni orang yang minta ampun, mengasihi orang yang minta dikasihi, namun menunda orang yang hasud sebagaimana perilaku mereka." (HR Al-Baihaqi)
Sementara hadist di bawah ini memang menerangkan tentang keutamaan bulan Sya'ban dan adanya moment pengangkatan amal, tapi tidak secara khusus menyebutkan waktunya di malam pertengahan bulan Sya'ban.
Dari Usamah bin Zaid ra bahwa beliau bertanya kepada nabi SAW, "Saya tidak melihat Andaberpuasa (sunnah) lebih banyak dari bulan Sya'ban." Beliau menjawab, "Bulan sya'ban adalah bulan yang sering dilupakan orang dan terdapat di antara bulan Rajab dan Ramadhan. Bulan itu adalah bulan diangkatnya amal-amal kepada rabbul-alamin. Aku senang bila amalku diangkat sedangkan aku dalam keadaan berpuasa." (HR An-Nasai)
Hadist-hadist di atas justru lebih banyak menjelaskan tentang kemuliaan bulan Sya'ban, bulan yang banyak terlewatkan karena terletak diantara Rajab ( ada peristiwa Isra' Mi'raj ) dan Ramadhan. Yaitu Allah banyak mengampuni hambaNya, bulan diangkatnya amal-amal, bulan dimana Rasul memperpanjang shalat malamnya.
Sedang pengkhususan malam Nisfu Sya'ban dengan alasan Allah turun melihat hamba-hambanya, perlu dikoreksi dengan Hadist shahih dari Imam Bukhari Muslim yangmenyatakan bahwa Allah turun melihat hamba-hambanya setiap malam yaitu di 1/3 malam yang terakhir.
Apa Yang Harus dilakukan di Malam Nisfu Sya'ban?
Dari Ali bin Abi Thalib secara marfu' bahwa Rasululah SAW bersabda, "Bila datang malam nisfu sya'ban, maka bangunlah pada malamnya dan berpuasa lah siangnya. Sesungguhnya Allah SWT turunpada malam itu sejak terbenamnya matahari kelangit dunia dan berkata, "Adakah orang yang minta ampun, Aku akan mengampuninya. Adakah yang minta rizki, Aku akan memberinya riki.Adakah orang sakit, maka Aku akan menyembuhkannya, hingga terbit fajar. (HR Ibnu Majah dengan sanad yang dhaif)
Para ulama masih berbeda pendapat tentang penggunaan hadist dhaif. Ada yang berpendapat bahwa hadist dhaif tidak kuat untuk digunakan sebagai landasan beramal, jadi sebaiknya dibuang saja. Ada juga beberapa yang berpendapat selama kedhaifannya tidak parah ( bingung juga sih mengukur tingkat parah tidaknya kedhaifan sebuah hadist ), maka hadist itu masih boleh digunakan untuk landasan amal yang bersifat keutamaan saja.
Saya sendiri lebih menerima pendapat yang pertama, memilih memakai hadist shahih yang jauh dari dhaif sebagai landasan sebuah amal perbuatan. Karena dhaif itu cenderung ke arah palsu bahkan bisa jadi israiliyat ( naudzubillah). Jadi saya lebih setuju dengan pendapat ulama yang menyatakan malam nisfu sya'ban sama umumnya seperti malam-malam yang lain. Jadi kalau mau tadarus, shalat malam ( memperpanjang shalat malam ), mohon ampun, meminta rezeki, tidak bermusuhan, saling minta maaf, bahkan puasa jangan dikhususkan untuk malam atau siang dari pertengahan Sya'ban saja. Bukankah Rasulullah juga melakukan hal itu tiap malam? dan bukankah sudah diajarkan juga oleh beliau untuk shaum sunnat di ayyamul bid ( 13, 14, 15tiap bulannya ) kecuali saat yaumul tasyrik.
Justru seharusnya kita makin meningkatkan keimanan di moment Nisfu Sya'ban ini. Karena semakin dekat dengan datangnya bulan Ramadhan. Maka hilangkah diri dari kemusyrikan, dari perbuatan sia-sia. Maka, kuatkanlah iman dan berihtisablah ( menghitung amal ) karena dengan iman dan ihisablah kita bisa menyambut dan mengisi Ramadhan dengan amal-amal shaleh hingga naik derajat taqwa.
Sekali lagi saya tulis ini bukan untuk menggurui, apalagi menghukat pihak-pihak yang masih melakukan ritual khusus di malam nisfu sya'ban. Hanya upaya dari hamba yang lemah untuk saling berbagi dan mengingatkan. Semoga bermanfaat dan dicatat sebagai kebaikan oleh Allah Swt. Wallohu A'lam Bishowab***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar