Minggu, 31 Mei 2015

Saat Campak Menyapa

Seminggu yang lalu si pengais bungsu ( 4 tahun )terpapar demam. Awalnya, saya sendiri tidak terlalu nggeh kalau dia demam. Mas El memang aktif, bahkan sebelum tidur pun bisa jadi melakukan kehebohan dulu. Begitu juga malam itu, dia tertidur pulas setelah acara koprol dan jungkir balik sana sini. Tengah malam saya terbangun karena mendengar nafasnya agak kencang. Biasanya itu terjadi saat anak demam atau sedang pilek. Perasaan, siang ini dia fine-fine aja. Cuma memang pas mandi sore di atas jam 5 dan pake acara lama pula karena main dulu sama Aa nya yang sudah duduk di kelas 4 SD. Menjelang pagi, panasnya agak turun, dan Mas El pun bangun dengan agak malas. Jadi diputuskan hari itu tidak sekolah.

Siangnya, dia kembali menunjukkan kondisi sehat wal afiat. Badannya memang agak anget, tapi dia tetap ceria. Makanpun semangat pake acara nambah. Saya perhatikan malamnya juga tidak demam lagi. Besoknya diputuskan untuk sekolah lagi meski dia agak malas. Pulang sekolah dia terlihat capek dan lemas. Badannya panas dan dia pun memilih tidur siang, satu aktifitas yang jarang sekali dilakukan apalagi di bawah jam 12 siang.  Suhu badan perlahan naik, sampai ketika sore hari sudah mencapai 38.4 derajat.

Saya tawarin bubur untuk makan malam, tapi Mas ogah. Dia malah lebih memilih nasi kepal buatan saya. Maksudnya nasi yang baru dikeluarin dari magic com lalu diakeul sebentar dan dikepal-kepal sebesar kelereng. Alhamdulillah masuk tiga suap, karena dia mengeluh tidak ingin makan. Dan beberapa kali dia menunjukkan gejala akan muntah. sepertinya perutnya sedang terasa mual. setelah sepuluh menit berlalu, saya bujuk lagi untuk makan. Tentu saja karena harus minum obat biar malamnya bisa istirahat dan tidak terganggu demam.

Menjelang tengah malam, suhu Mas naik lagi. Saya cek masih di angka 38 derajat lebih. Dikompres dia ogah, dibujuk makan dia geleng kepala ( ya iya lah siapa yang mau lagi ngantuk disuruh makan ). Saya bujuk dia minum sari kurma agar badannya ada tenaga. Alhamdulillah masuk dua sendok. Lalu saya beri air putih setiap sepuluh menit sekali. Suhunya mulai turun meski di atas 37 derajat, dan Mas El pun terlelap lagi ( mungkin karena ngantuk dan capek).

Paginya saya tawarin lagi bubur dan seperti sebelumnya dia tidak mau. Matanya mulai ada semburat merah dan belekan. Gejala pilek pun bermunculan, dari mulai bersin, hidung meler dan sedikit batuk. Bukannya sok tahu, tapi dari gejalanya demam, pilek, mata merah belekan dan biasanya diikuti mencret itu adalah ciri-ciri campak. Dan benar saja, agak sing punggung dan dada Mas sudah mulai dipenuhi bintik-bintik merah. Hemm... sayang saya lupa foto in dia :(

Dulu, saat si sulung baru 3 tahun, dia pernah terpapar campak. Dan si kembar yang baru 9 bulanan lebih pun terkena juga. praktis dalam sekali waktu saya punya tiga pasien kecil di rumah. kondisi makin dag dig dug karena saya juga sedang hamil muda ( huwaaa....). "Kalau tidak lihat kondisi ibu, saya pasti rujuk si sulung ke RS. Takut dehidrasi. Lihat mulutnya sampai pecah-pecah berdarah gitu." Duh... inget banget saya sama ucapan bu dokter saat itu.

Untunglah saat itu dokter siap banget membantu. Dia menjelaskan pada saya apa itu campak dan hal-hal yang harus dilakukan. Termasuk jika pilihannya harus rawat sendiri di rumah. Dan ini lah sekilas  tentang campak yang harus diketahui: Campak atau biasa disebut masyarakat Tampek adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus campak. biasanya menyerang organ yang mengandung lendir. gejalanya secara umum demam, flu, batuk ringan, mata berair merah dan belekan, diare. Karena disebabkan virus pengobatannya hanya menaikkan daya tahan tubuh. Dan mengobati gejalanya saja. Demam dikasih obat turun panas, batuk diberi obat batuk, saat anak diare pun bisa diberi obat anti diare.

Campak akan berbahaya jika mengalami komplikasi. Bila komplikasi dengan Bronko Pneunomia pastinya sangat berbahaya terutama  pada bayi ( bisa gagal nafas ). Biasanya ditandai dengan bercak yang keluar hampir ke seluruh tubuh. Jika campak biasa dalam waktu 1-2 hari bisa ditangani, campak yang parah akan membutuhkan waktu yang lebih lama dalam penanganannya. Dan yang tidak boleh disepelekan adalah jika wanita hamil yang tertular virus campak/rubela bisa menularkan virus ini pada bayi dalam kandungan melalui plasenta. Hal ini bisa menyebabkan terjadinya kelainan pada bayi, mata katarak bahkan tuli pada bayi.

Ada juga istilah Campak Jerman, yang sebenarnya sama saja dengan campak biasa. Hanya saja, campak Jerman biasanya lebih ringan. Dalam waktu 1 atau 2 hari penderita sudah terlihat baik, bahkan bercak pun sudah hilang. bercak yang muncul tidak terlalu banyak. Bisa dikatakan campak Jerman sama seperti campak ringan.

Dan sepertinya yang kemarin menyapa Mas El adalah campak Jerman. Bintik-bintik yang keluar hanya area punggung dan dada, itu pun tidak merata. Setelah sesiangan, bercak juga mulai hilang. Suhu tubuh berangsur normal. Belekan juga hilang, sisa sedikit pilek. Tapi saya putuskan libur sekolah sampai akhir minggu, karena anak butun istirahat untuk pemulihan.

Ada beberapa langkah yang perlu dilakukan orang tua saat anak terpapar campak :
1. Pastikan anak mendapatkan asupan gizi yang mencukupi. Seperti disebutkan di awal  bahwa penyebabnya virus maka untuk melawannya dibutuhkan caya tahan tubuh yang oke pula. Konsumsi bubur lebih baik untuk menghindari infeksi atau radang pada organ tubuh yang lain, seperti radang tenggorokan. Berikan juga dalam poris sedikit tapi sering, ini untuk menghindari komplikasi lain yang bisa jadi timbul.

2. Banyaklah memberi anak cairan. Air putih, ASI bagi bayi yang masih menyusu, bahkan kata dokter Yeni, "Air sirup atau teh manis juga boleh, selama itu anak mau mengkonsumsi cairan. Memang air putih lebih baik, tapi susahnya anak makan minum kalau sedang sakit bisa disiasati dengan minuman dan makanan kesukaannya. tentu saja dengan tetap memperhatikan gizinya.

3. Pastikan anak beristirahat dengan cukup. Jika dalam rumah ada bayi, sebaiknya dijauhkan dari penderita campak, untuk menghindari penularan.

4. Biasanya untuk penderita campak sering merasa peka terhadap cahaya, maka sebaiknya memberikan penerangan yang membuat nyaman anak ( tidak silau ).

5. untuk menghindari penularan pada lingkungan sekitar, sebaiknya anak tidak melakukan aktifitas di luar rumah. Jika sudah sekolah baik TK maupun awal SD sebaiknya anak belajar di rumah saja.

6. Tetap jaga kebersihan anak, dari mulai menyeka badannya, mengganti pakaiannya dan menggosok gigi.

7. konsultasi ke dokter jika dilihat perkembangan anak semakin parah.

Alhamdulillah... Mas El sudah pulih lagi. Bahkan saat hari sekolah tiba, dia pun ke sekolah dengan semangat. "Mau sekolah Bu, bosen di umah....." sipp lah....:)***



Tidak ada komentar:

Posting Komentar