Selasa, 23 Juni 2015

Bingkisan Istimewa untuk Mbah Uti

Setelah saya kuliah, saya baru mulai pulang dengan membawa bingkisan Lebaran. Dan karena kocek mahasiswa yang tipis, maka biasanya saya hanya membawa satu atau dua toples kue kering yang saya beli hasil nabung berbulan-bulan. Waktu itu sih, niatannya lebih ke arah pamer dan memenuhi ambisi masa kecil. Iya, pamer karena sudah merantau ke kota orang hehehehe dan keinginan dari kecil agar di meja tersaji kue kering. Maklum, ibuku sangat sibuk di bulan Ramadhan, jadi hanya sempat membeli kue-kue kiloan untuk sajian Hari Raya.

Satu dua hingga kali membawa pulang kue-kue kering bertabur coklat atau keju, masih ada senyuman di wajah ibu. Rasanya senang sekali, karena memang jarang sekali melihat wajah ibu yang tersenyum. Tapi di Lebaran berikutnya, wajah ibu mulai berubah. "Tahun depan gak usah bawa kue-kue kayak gitu lagi. kayaknya harganya mahal tuh."

"Tapi kan rasanya enak, Bu. Tuh, adik-adik saja sampe suka." Aku mencoba memberi penjelasan.

"Walau enak, bagi kami orang kampung mah, makanan kayak gitu gak laku. Mending kamu bawa sale, dodol, atau peuyeum sekalian. Pasti banyak yang suka."

Glekk..., aku hanya bisa menelan ludah. Begitulah ibuku, saklek dan tanpa tedeng aling-aling. Kadang terkesan galak dan tidak pengertian. Sejak saat itu aku jadi malas membawa pulang bingkisan Lebaran. Dan kebiasaan itu baru aku mulai lagi setelah menikah karena ada anggaran yang mendukung hehehe. Juga dukungan dari suami untuk memberi  pada orang tua. "Ya..., minimal setahun sekali dong." Ujarnya mengingatkanku.

Aku memilih beberapa kue kering sebagai bingkisan ke mertua. Dan seperti dugaan, mereka menerima penuh kegembiraan. Hal yang membuat hatiku berbunga-bunga. Sementara untuk ibu, aku bawakan pesanannya, beberapa kilo dodol aneka rupa, sale, dan beberapa kuliner oleh-oleh khas Bandung. Kali ini wajah ibu cerah ceria dan langsung memberi arahan agar kue-kue itu segera masuk toples yang sudah disediakan.

"Mbah Uti kenapa gak bikin kue?" Tanya anakku dengan polos.

"Mbah mah gak bisa bikin atuh?" Jawab Ibu dalam logat sunda yang kaku.

"Ibu kemarin bikin kue, enak lho Mbah. Pake keju, kita bantuin bentuk-bentuk." Celoteh Anakku lagi.


kue bentukan anak-anak :)


Kebetulan untuk mengisi liburan setelah pesantren kilat berakhir, aku mengajak anak-anak membuat kue kering kesukaan kami, kue putri salju. Agar berbeda, aku beri warna hijau. Aku juga beri tambahan keju Kraft, agar semakin gurih.Dan pada bagian gula tepungnya, aku beri tambahan susu bubuk full cream, hasilnya adalah putri salju pandan keju...yummmy....!

"Trus kenapa gak dibawa ke sini?" Pertanyaan ibu mengejutkanku.

"Bukannya Ibu gak suka?" Aku nyengir keki.

"Kalau buatan sendiri kayaknya enak. Hemat dan sehat lagi." Ibu memberi alasan yang membuat aku mati kutu.

Karena itu lah tahun ini aku berencana membuat kue itu lagi dengan anak-anak. Yosh, apalagi tahun sekarang libur puasa panjang pake banget karena bertepatan dengan libur kenaikan kelas. Pasti anak-anak juga akan tambah semangat, kalau tahu kue ini untuk bingkisan ke Mbah Uti nya tersayang. Tunggu ya, Bu...!***

2 komentar: