Pernah dengar kisah seorang
laki-laki yang menghadap Rasulullah. “Wahai Rasulullah, terima lah
imanku. Aku ingin menjadi pengikutmu.” Rasulullah pun menyambut keinginan
laki-laki itu. Tapi tak lama si laki-laki itu menerangkan tentang masa lalu
nya, “Tapi Rasulullah, aku tidak bisa meninggalkan botol-botol minuman yang
memabukkan ini. Aku juga suka sekali melakukan perbuatan zina. Apakah aku masih
pantas untuk masuk Islam.” Rasulullah yang bijak berujar,”Berimanlah engkau,
dan berjanjilah padaku satu hal, jangan berdusta setiap kali aku bertanya
padamu.” Ternyata cara itu efektif bagi si laki-laki itu untuk berubah. Setiap
kali keinginannya datang untuk mabuk-mabukkan, dia selalu ingat pada pesan
Rasulullah untuk tidak berbohong. Demikian juga saat dia ingin menyalurkan
nafsunya pada yang tidak halal, dia pun kembali ingat perjanjiannya dengan
Rasul. Jika aku melakukan ini itu apa yang akan aku katakan pada beliau,
sementara aku tidak mungkin berbohong. ( Perlu diketahui sudah menjadi sifat
umum masyarakat Arab pada saat itu adalah jujur). Alih-alih mencari alasan pembenaran, pelan-pelan laki-laki itu akhirnya menjauhi
segala kemaksiatan yang selama ini sudah mendarah daging . Hanya dengan satu
terapi, jangan dusta alias jujur. Subhanalllah...
Coba kita lihat di jaman sekarang. Baru-baru ini masyarakat di
hebohkan dengan berita tentang beras palsu. Sebelumnya, rakyat dibuat bingung
dengan pencitraan yang dibuat para pejabat. Di sekolah anak-anak diajari untuk
mendapatkan nilai bagus dengan cara mencontek. Soal UN yang membuktikan masih
banyak masyarakat kita yang menghalalkan segala cara. Yang paling sedih saat
orang tua secara sadar mengajarkan anak-anaknya untuk tidak jujur. Ya...
sebagai lembaga masyarakat terkecil keluarga memegang peran penting dalam
membangun karakter sebuah bangsa. Ini yang sering kali diabaikan, atau bisa
jadi tidak dipahami oleh orang tua masa kini.
Berikut beberapa hal yang perlu dipikirkan saat akan berbohong, (
maksudnya kalau mau bohong pikir dulu dong hehehe ):
- Hilang Kepercayaan
Jangan main-main dengan dusta.
Sekali anda berbohong, jangan harap orang akan percaya di lain waktu. Memang
itu lah kerugian yang paling terasa. Kebohongan ibaratkan nila setitik yang
merusak susu sebelanga. Akan merusak semua kebaikan yang sudah kita lakukan
selama ini. Bahkan meski kita berbicara jujur pun, ketika cap kebohongan sudah
tertempel di wajah, ya orang sulit untuk percaya.
Hilangnya kepercayaan akan menghilangkan
banyak kesempatan baik dalam hidup kita.
Bukannya keuntungan yang datang yang ada hanya kerugian. Mana ada yang mau
berbisnis dengan orang yang tidak bisa dipercaya.
- Sibuk membuat banyak Janji dan alasan
“Pinjami saya uang karena keperluan
ini itu, saya bayar bulan depan.”
Memang lidah itu tak bertulang,
mudah sekali bergerak ke sana-sini. Seperti membuat janji palsu dan
alasan-alasan. Seorang yang tidak berani jujur pasti karena tidak berani
mengatakan alasan yang sebenarnya. Dia perlu kebohongan lain untuk menutupi satu
kebohongan. Alhasil hidup akan jauh dari ketenangan. Setiap saat harus siap
dengan alasan atau kebohongan lain untuk menutupi kesalahan diri. Wah... dunia
yang luas dibuat sumpek dan sempit.
- Kebohongan Tidak akan Menyelamatkan
Mungkin satu kebohongan akan
menyelamatkan untuk sementara. Tapi yakinlah bahwa kebohongan itu sebenarnya
menipu. Dia justru akan menjerumuskan pada sebuah kecelakaan yang fatal. Ingatkan kisah bagaimana tipu daya Iblis saat
menggoda Adam dan Hawa. Dengan kebohongan-kebohongan Iblis sukses membuat Adam
melanggar larangan Allah Swt. Apakah setelah Adam dikeluarkan dari syurga,
Iblis kembali masuk menggantikan tempat Adam. Yang ada adalah murka Allah yang
didapat Iblis. Bahkan hingga diharamkan syurga baginya, naudzubillah.
- Dosa
Meski diurutan terakhir sebenarnya
ini adalah yang paling utama. Kalau sudah takut dengan Allah mah pasti
mikir-mikir setiap kali mau berbohong. Masalahnya, kadar takut manusia jaman sekarang sama Allah
memang sudah sangat menipis. Ingat kisah yang satu ini, kisah yang terjadi di
zaman tabiin bahkan bisa jadi tabiit. Kisah seorang guru yang menguji
murid-muridnya agar menyembelih seekor ayam dengan syarat Allah tidak tahu. Dan
dari sekian banyak muridnya, hanya satu orang murid yang lulus. Dia memang sosok
istimewa. Dia sudah berlari mencari tempat yang paling tersembunyi. Dia sudah
masuk kamar di rumah yang paling terpencil, sudah dia kunci kamar itu, bahkan
lampu pun sudah dimatikan. Tapi dia merasa Allah masih melihat. Maka dia
mengikuti langkah teman-temannya masuk hutan, mencari gua paling seram hingga
tak ada yang bisa melihat perbuatannya. Tapi lagi-lagi keimananya mengingatkan
bahwa Allah Maha Melihat. Hingga akhirnya sang murid istimewa ini kembali
kepada gurunya dengan membawa ayam yang masih hidup. “Saya tidak menemukan
tempat dimana Allah tidak bisa melihatnya. Maaf kan saya guru..., saya tidak
bisa melaksanakan perintah anda.”
Nah..., masih mau memelihara kebiasaan bohong? Mikir-mikir lagi
ya...:) ***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar