Jumat, 08 Juli 2022

Wukuf Arafah 1443 H/2022 dan Kenangan Wukuf 1440 H/2019


Sejak kemarin eforia itu sudah terasa. Di WAG alumni haji 2019 sudah mulai ramai pembicaraan tentang tarwiyah dan puncak haji esok harinya. Masih jelas dalam ingatan betapa tegangnya kami menunggu proses hajian yang bisa kita kenal ARMUNA ( Arafah Mudzalifah Mina ).  Waktu itu hampir semua jama'ah mendadak tekanan darahnya naik, bikin panik pasangan maupun petugas medis. Bisa jadi karena faktor kelelahan dan ketegangan menunggu momen yang ditunggu hampir 7 tahun lamanya ( kami rata-rata daftat haji 2012 dan berangkat 2019 ). 

Eforia itu bisa jadi karena aktifitas ibadah haji mulai dibuka lagi. Walau tidak senormal sebelum pandemi dan masih banyak pembatasan, syukur kami tak terhingga. Ikut merasakan bahagianya saat tetangga bahkan kerabat dekat mendapat undangan sebagai Duyufurrahman. Maka kegembiraan itu kian membuncah saat melihat beberapa laporan pandangan mata yang berseliweran di dunia maya, MasyaAllah wujuf di hari jum'at, haji akbar dan semoga semua jama'ah haji mendapat kemabruran aamiin.

Kenangan Haji 2019
Tahun 2019 adalah tahun terakhir pelaksanaan Ibadah haji sebelum pandemo. Rasanya masih sangat hangat dalam ingatan saat kami rutin manasik sejak akhir 2018, lalu mengurus banyak hal dari mulai tes kesehatan, hingga melunasi biaya ONH lalu mulai masuk Embarkasi Bekasi. 

Kami berkenalan dengan banyak saudara dari wilayah se provinsi. Bahkan beberapa diantaranya menjadi teman seperjalanan dan sekamar selama hampir 40 hari. Alhamdulillah hubungan silaturrahmi masih terjalin sampai saat ini, saling memberi kabar, bertemu, menasehati dalam kebenaran dan kesabaran. 

Tanggal 8 Dzulhijjah kami menaiki bus ke arah Mina untuk menunaikan Tarwiyah.  Tidak ada amal khusus di Tarwiyah hanya diauruh untuk bersiap untuk kegiatan wuluf esok hari. Dalam sunnahnya, Rasulullah SAW melakukan tarwiyah untuk persiapan dan memenuhi air sebagai belal wukuf Arafah. Jadi kita mengikuti napak tilas manasik haji Rasulullah termasuk tarwiyah. 

Karen Mina masih lowong kita pun bisa mandi besar untuk persiapan Memakai baju ihram. Antrian ke kamar mandi belum terasa, ibaratkan masa tenang sebelum badai hehehe. Dan pagi hari tanggal 9 Dzulhijjah kita susah memaki pakaian ihram dengan seluruh larangannya, tidak boleh bertengkar, memaki, berkata rofas alias kasar dan porno. Tidak boleh berburu ataupun membuat kerusakan. Bahkan aurat pun harus dijaga, agar tidak terkena denda atau dam. 

Menunggu bus yang akan mengantar ke Arafah tempat wukuf. Awalnya kita ingin wukuf di batu-batu, bukit-bukit, dengan payung atau daun yang melindungi dari terik matahari. Namun itu hanya ekspektasi karena nyatanya kita kembali masuk tenda dengan nomor kloter dan maktab yang sudah terlihat di depan tenda besar. 

Kecewa... ? Disinilah kita harus membersihkan hati bahwa ibadah itu bukan berdasar prasangka dan ekpektasi diri. Karena kuta beribadah bukan untuk kepuasan diri. Tapi untuk mendapatkan keridhaan Ilahi. Maka kami pun masik ke tenda, berdiam di dalam tenda. kalaupun bosan bisa keluar untuk duduk-duduk di sekeliling tenda.  

Selasa esensi dan ketentuan wukuf masih terpenuhi ya jalani dengan sepenuh hati. Jadi meski kita berdiam ( wukuf ) di Arafah di dalam tenda, selama masih di tempat yang termasuk tanah haram, maka sah wukufnya. Karena Wukuf itu wajib haji jadi siapapun calon jamaa'ah haji harus wukuf di Arafah. Yang sakit bahkan harus ditandu pun tetap harus hadir di Arafah. Tidak bisa dibadalkan/ digantikan. Sedang untuk lemoar jumroh ataupun thawaf ifadah itu masih bisa dibadalkan. Tapi tidak dengan wukuf.

Apa sih aktifitas selama wukuf?

Datang menjelang dhuhur, maka kita pun bersiap untuk shalat dhuhur. Sebelumnya ada khutbah dari ketua atau pembingmbing haji ataupun petugas atau bisa jadi ulama. Penginnya sih dapat tempat sekitar masjid Namirah. Karena di dekat Masjid Namirah itulah, Rasulullah SAW mendirikan kemah beliau waktu haji.

Disunahkan juga untuk mandi dan membersihkan badan setelah sampai di Namirah. Hal tersebut sangat dianjurkan dengan tujuan agar tubuh fit dan bersih saat melakukan wukuf nantinya. Kondisi Padang Arafah yang panas dan terik matahari yang menyengat juga bisa diantisipasi dengan mandi sebelum melakukan wukuf. 

Tapi kembali lagi, ibadah bukan untuk memenuhi keinginan pribadi. Dan balik ke masalah rezeki dengan ribuan bahkan jutaan jama'ah haji tidak mungkin semianya tertampung di masjid Namirah dan sekitarnya.

Apabila telah masuk waktu shalat Dzuhur, imam masjid Namirah akan membacakan khutbah singkat lalu duduk. Pada saat itu, muazin mulai mengumandangkan azan, bersamaan dengan pembacaan khutbah kedua oleh imam.

Selesai azan, dilanjutkan dengan ikamat, dan shalat Dzuhur yang di jamak dengan shalat Ashar. Pelaksanaannya juga diqashar, sehingga menjadi dua rakaat untuk shalat Dzuhur dan dua rakaat untuk shalat Ashar. Pelaksanaannya dilakukan dengan dua kali azan dan dua kali ikamat. Selesai shalat, para hujjaj tersebut langsung berangkat menuju tempat wukuf.

Itu idealnya sih tapi kami melaksanakan khutbah, shalat jamak qasar dhuhur dan asar di tenda. Lalu setelah itunlanjut dengan wukuf. Sampai menjelang puncaknya sekitar pk. 14.00- asar.  yang dilakukan selama wukuf adalah berdoa, mohon ampunan, bisa diselingi bada Al Qur'an, saling mendoakan , dan tetap menjaga diri dari larangan saat menggunakan baju ihram. 

Tidak ada shalat khusus, karena inti wukuf itu berdiam dan bermunajat pada Allah Ta'ala. Maka tak perlu mengadakan amaliah-amaliah yang tidak pernah dicontohkan oleh Rasulullah SAW dan para sahabat radiallahu anhum.

Jika badan merasa lelah atau kurang fitz karena waktu itu banyak jemaah yang sedang dalam kondisi batuk pilek, maka istirahat atau tidur saja jika dirasa butuh jeda. Lalu setelah agak segar bisa dilanjut dengan dzikirz, mohon ampun dan meminta seluruh hajat kita.

Perasaan saat itu rasanya dekat sekali dengan Allah Ta'ala.  Yakin Allah mendengar dan akan mengabulkan doa doa kita. Dan itu yang mestiny terus terpelihara, sikap taat disuruhnya apa sama Allah taat, disuruh diam diam, disuruh gerak berjalan ya gerak dan jalan. Dan ibadah itu bukan kreatifitas. Apalagi yang sudah jelas tatacaranya. Ikuti saja, tak perlu menambah-nambah dengan hal yang tak perlu. Karena yang kita inginkan ridha Allah semata...***

Wallahu a'lam bishowab



Tidak ada komentar:

Posting Komentar