Kamis, 01 Februari 2018

Dua Modal Besar dalam Mendidik Anak




http://www.fashioncentral.pk/wp-content/uploads/2017/02/Living_Lifestyle/Activities_For_Toddlers_During_Ramadan.jpg 
Di akhir bulan Desember ada satu kejadian yang bagi fans K-pop menyedihkan. Seorang idol K-pop yang katanya berbakat, hebat, dan banyak fansnya nyatanya bunuh diri. Diagnosa dari tim medis, si idol ini meninggal karena keracunan gas dari briket batu bara yang dibakar di dalam kamar. Dari berita-berita yang saya baca sih, katanya di Korea sono, bunuh diri yang enggak terlalu sakit ya pakai cara ini. Entahlah, saya sendiri tidak mau membuktikan pendapat ini. Asli belum siap pulang kampung, ngerasa amal masih minim hiks...










Di tengah huru-hara dunia K-pop, di negeri tercinta ini malah riuh dengan fenomena eljibiti yang bak jamur di musim hujan. Kasus-kasus bermunculan, banyak saksi matadari dunia medis yang menyaksikan akhir dari para pemuja penyimpangan ini. Sakit , meregang nyawa sendiri, tanpa keluarga yang menemani. Bahkan patner atau bisa jadi kekasih yang selama ini bersama-sama bergulat dalam dosa pun tidak ada yang datang. Puff... sungguh akhir yang mengenaskan. Tapi kok ya herannya tetap saja banyak yang ngikut ( jan wes, bikin bingung tenan ).

Apa hubungannya dengan dua modal besar mendidik anak?

Jelas ada dong, karena di jaman ini korban dan pelakunya banyak juga yang masih belia.. Depresi, rasa tertekan biasanya makin parah saat tak ada siapa pun yang siap mendampingi. Saat keluarga tidak perperan, maka yang ada hanyalah anak-anak kesepian yang rentan terhadap depresi. Sebaliknya, keluarga yang kuat ikatannya, yang selalu ada dan bisa memberi dukungan akan membuat anak-anak lebih tahan dan kuat terhadap hal-hal yang membuatnya tertekan.

Sementara  untuk penyimpangan fitrah, zaman now itu  anak yang dikenal baik, kalem, bintang kelas, putra daerah terbaik tak luput dari fitnah ini. Korban bahkan pelaku banyak juga yang masih usia belia. Sedih banget, karena generasi penerus yang mestinya bersiap menerima tongkat estafet negeri ini malah rusak oleh virus kebebebasan keblinger ini.Karena itu, bentang utama untung menghadapi gerakan fitnah ini ya dari keluarga. Dari bagaimana orang tua memperlakukan dan mendidik anak-anaknya. Sehingga mereka mampu bertahan dan memilih yang sesuai fitrah.

Modah besar mendidik anak, sejatinya ada dua. Yaitu Taqwa dan Tawakal. Taqwa diartikan bahwa mendidik anak lahir dari pemahaman untuk menghantarkan anak pada Sang Khaliq. Mengajak anak untuk menetapi fitrah hidupnya yaitu  untuk beribadah, sehingga tidak pernah bosan menyemangati, membimbing, mendoakan anak sebagai wujud amal jariah untuk orang tuanya.

Sementara tawakal adalah bentuk sikap jiwa dari orang yang beriman, dan dalam menjalankan proses  meyakini bahwa hasil terbaik adalah ketetapan Allah Swt. Untungnya, Allah Swt tidak hanya menilah dari hasil akhir, tapi juga proses. Sehingga istilah hasil tidak mengkhianati proses pun bisa berlaku. Maka berproseslah dalam mendidik anak sebaik mungkin, seoptimal mungkin. Diiringi dengan doa dan pengharapan penuh. Inshaa Allah hasilnya pun bisa membuat kita bertakbir, bertahmid dan berbahagia. Layaknya penanam yang gembiara melihat tanamannya berbunga dan berbuah.

Nah, untuk memperkuat dua modal itu maka hadirilah kajian-kajian ilmu yang bisa menambah pemahaman kita akan Allah dan seluruh ajarannya. Carilah ilmu untuk memantapkan amalmu. Dekatkan diri dan keluarga dengan Al Qur'an, yang kandungannya jauh sangat cukup untuk menjawab seluruh permasalahan hidup. Berkumpullah dengan orang-orang yang sevisi dalam mendidik anak. Yaitu membentuk generasi Qurrto A'yun. Generasi yang mengundang keridhaan Allah Swt. Tak lupa, jangan berputus asa dan jangan merasa cepat puas. Bersabarlah dan bersyukurlah atas apa yang engkau dapat. Karena mendapat anak baik dan sholeh bisa menjadi anugerah sekaligus sebagai cobaan juga kan...?

Saya ingat di sebuah percakapan WAG kelas anak yang duduk di kelas 10 MTs. Suatu hari wali kelas mengingtkan anak-anak tugas-tugas yang harus dikerjakan. Intinya Bu Guru ini mengingatkan anak-anak yang jadi tanggung jawabnya di kelas untuk semangat dan tidak cepet putus asa ketika menghadpi kesulitan mengerjakan tugas. Lalu ada yang komen, "Ibu ini semangat sekali" dilanjut dengan emot ketawa lebar tapi dengan peluh di atas kepala. Dengan gaya bergurau wali kelas ini menyahut, "Iya atuh, ibu juga harus semangat. Kan ini adalah amal jariyah ibu, menyemangati kalian untuk rajin belajar." 

Deg... sampai sini saya kok mrebes mili. Mata langsung kabur karena ada genangan air. Ya, seringnya kita merasa bosan menasehati anak, merasa sudah full mengajari anak. Padahal itu ujian, padahal itu bisa menjadi amal sholeh, bahkan amal jariyah. Yang pahalanya akan terus mengalir selama anak tersebut melakukan apa yang kita ajarkan. Allohumma aamiiin...

Wallohu a'lam bishowab...

Gambar :
http://www.fashioncentral.pk/wp-content/uploads/2017/02/Living_Lifestyle/Activities_For_Toddlers_During_Ramadan.jpg

Tidak ada komentar:

Posting Komentar