Minggu, 26 November 2017

Jangan Bersedih, Karena Punggungmu Kuat!

Sepertinya sudah cukup lama saya tidak mengunjungi teman satu ini. Kesibukan mendaftarkan empat anak setelah Lebaran kemarin, disusul aktifitas PLS si pengais bungsu di sekolah barunya praktis membuat saya jarang sekali sekedar bercengkrama dengan teman-teman di sekolah si bungsu. Sesekali saya menyapa wanita cantik ini saat dia sedang menjemur baju atau terlihat sapu-sapu di halaman rumahnya. Selebihnya, kami sibuk dengan aktifitas masing-masing.

Teman saya ini adalah sosok muda yang bagi saya banyak memberi inspirasi. Satu yang sering membuat saya tertegun adalah keyakinannya yang kuat terhadap Allah sebagai As shomad. Bahkan yang merisaukan dia bukan gaji atau penghasilan suaminya. Atau juga biaya hidup yang makin lama makin naik. atau uang kontrakan rumah yang harus disediakan setahun sekali untuk memperpanjang masa sewanya.

Wanita cantik ini lebih risau saat menyadari shalat suaminya masih bolong-bolong. Dia masih terus gelisah saat suaminya bekerja di tempat leasing kredit kendaraan bermotor. Sungguh, hatinya gelisah karena dia tahu pekerjaan suaminya bergandengan tangan dengan riba. Satu hal yang beberapa tahun ini karena pemahamannya sudah mulai dihindari, kalau belum bisa menjauhi sepenuhnya. Dia juga lebih 'galak' saat anaknya berbuat tidak sopan baik pada kawan maupun gurunya. Meski si anak masih sangat muda.

Beberapa hari yang lalu saya mengunjunginya lagi. Karena si bungsu memang deket banget dengan anak teman saya ini. Keduanya sering main bareng, janjian ngaji bareng, bahkan jum'at kemarin pengin jum'atan bareng walau akhirnya gagal karena suami saya jum'atan di kantor. Dan meluncurlah kisah yang bagi saya merupakan pengingat diri. Dada terasa mendapat pukulan yang spontan menyadarkan saya , how lucky  I am. Dan betapa kurangnya syukur selama ini karena masih mengedepankan keluhan dan kekhawatiran.

"Beberapa bulan ini saya mengalami baby blues yang cukup parah."

"Oh, kenapa?" Di sini saya sudah merasa tidak enak banget karena jarangnya berkunjung sekedar mengajak dia ngobrol atau jadi teman curhat.

"Sejak pertama kali dekap si dede, hati saya sudah 'deg', seperti merasakan something wrong." suaranya sudah mulai terbata-bata. Dia mengambil nafas panjang berharap dadanya sedikit lega, lalu melanjutkan kisahnya. "Ternyata memang benar, dede mengidap DS ( Down syndrom ) walau minor. Kata dokter perkembangannya akan lebih lambat dari yang normal. minimlanya dari kakaknya. Awalnya saya tidak mau mengatakan kecurigaan saya sama suami. Saya keep sendiri sambil berharap perasaan saya salah. Tapi hal itu malah membuat saya stress. saya malah menolak untuk menyusui dede bayi sampai sering marah-marah terutama pada kakaknya. Sampai akhirnya saat suami bertanya kenapa saya berubah, saya memutuskan untuk cerita tentang kekhawatiran dan perkataan dokter."

Sampai di situ juga saya yang mendengarnya sudah ingin nangis. Tapi sosok mungil di depan saya terlihat tegar sekali. "Jangan menyalahkan diri, Neng. Jangan cari kambing hitam untuk melampiaskan ketidak ridhaan kita. Yakini bahwa itu adalah qadarullah, ketetapan Allah." Saya hanya bisa mengucapkan kata-kata itu.

"Iya, itu juga yang dikatakan suami saya. Tidak ada yang salah dengan kita. Juga dengan anak kita. Itu adalah ciptaanNya yang sempurna yang diamanahkan ke kita. Yakin saja pasti akan ada hal baik , akan ada kemudahan, akan ada jalan untuk menghadapi ini semua."

Ah... rasanya menguap semua kata-kata motivasi dan penguat hati ingin saya ucapkan. Tapi yang keluar malah ayat terakhir surat Al Baqarah.  Ya, saya terlalu malu untuk mengatakan, sabar saja. Tapi saya masih ingin mengingatkan bahwa Allah tidak pernah salah pilih, salah kirim apalagi salah memberi keputusan. Ini adalah pilihan, kiriman dan keputusan Allah yang terbaik. Karena yakin bahwa yang akan menerimanya juga mampu.

Memang punggung itu diciptakan untuk menahan beban. Maka saat merasa beban hidup terasa begitu berat mintalah punggung yang kuat. Yang denganya kita masih bisa berjalan tegak meniti kehidupan ini. Mencari bongkahan-bongkahan bekal kebaikan yang akan dibawa saat pulang.

Benar tidak ada beban yang berat jika ada punggung yang kuat untuk menanggungnya. Maka mintalah keekuatan pada yang Sang Maha Daya, yang tanpaNya apalah diri ini. Laa haulaa walaa quwwata illa billah...



Tidak ada komentar:

Posting Komentar