Minggu, 16 Juli 2017

Yaa.. Bunayya Laa Tusyrik Billah...

Sengaja di musim liburan kemarin, saya memperbanyak ngobrol, ngaji bareng atau bahasa kerennya taklim dengan anak-anak. Niat awal sih biar liburan gak sekedar diisi dengan bersantai, main, atau malah nonton tivi. Di hari sekolah, anak-anak hanya dapat ijin nonton tivi sabtu minggu. Itu pun siang hari, sedang malam ya off alias mati. Karena itu saya mengajukan kegiatan ngaji with kiddos di rumah dan langsung di acc ama suami.




Dan kali ini saya sengaja juga menyambungkan dengan moment Sidang Tahfidz Quran yang beberapa minggu lalu dijalani si kembar saat pelepasan siswa kelas 6. Saya tertarik untuk membahas ayat-ayat yang dibacakan saat pembukaan acara itu. Yaitu QS. Lukman ( 31 ) : 12- 19. Yang berisi pesan-pesan dari Lukmanul Hakim kepada anaknya. Yang akhirnya menjadi referensi dalam parenting dan mendidik anak-anak secara islami.

Tapi mengingat lamanya konsentrasi anak yang paling banter 30 menit, saya pun fokus ke dua ayat pertama, 12 dan 13. Dan ternyata anak-anak antusias, bahkan terjadi dialog seru selama pembahasan dua ayat tersebut. Alhamdulillah...

Lanjut yaa...

QS. Lukman : 12
Berisi perintah untuk bersyukur, menjadi hamba yang pandai bersyukur. Bersyukurlah karena sudah diciptakan Allah dalam sebaik-baik bentuk. Seperti dalam QS Attin ( 95) : 4. Karena penciptaan diri adalah sebuah peristiwa agung yang terjadi karena qudrat iradatNya semata. Bersyukurlah atas apa-apa yang sudah ditetapkan dan sudah diberikan sebagai karunia bagi kita, Nak. Betapa nikmat dan karunia Allah itu tak terhitung, amat banyak. Bersyukurlah maka Allah akan menambah nikmatNya. Karena barangsiapa yang bersyukur itu untuk dirinya sendiri. Barang siapa yang kufur maka sesungguhnya Allah Maha Kaya.

QS. Lukman : 13
Bentuk syukur adalah dengan mengabdi sepenuhnya kepada Allah Swt. Inilah kenapa di lanjutkan dengan ajaran Lukman kepada anaknya untuk menjauhi musyrik. Yaa bunayya, laa tusyrik billah. Tidak mungkin kita bisa bersyukur jika musyrik atau menyekutukan Allah. Tidak mungkin kita berterimakasih, berbahagia dengan karunia Allah jika kita menduakan, mentigakan atau malah percaya ada kekuatan lain yang bisa memberi nikmat karunia dan kehidupan selain Allah Swt.

Disinilah pentingnya hidup untuk senantiasa menjaga fitrah diri yaitu bertauhid, mengesakan Allah. Bahwa itu lah tugas orang tua yang utama mengajarkan anak-anak agar bertauhid, mengimani Allah dengan sebaik-baiknya dengan sebenar-benarnya.Dan menjadi hak anak untuk meminta pengajaran yang benar dari orang tuanya. Agar tidak saling tuduh, saling menyalahkan, lempar tanggung jawab seperti dalam QS 7: 172-173

Nah, ada 3 hal kerugian dari musyrik atau tidak bertauhid :

1. Merupakan dosa tak terampunkan
2. penyebab utama tertolaknya amal
3. Tidak akan masuk syurga...

Nah, rugi bener kan kalau sampai kita musyrik. Karena sebanyak apa pun amal tidak akan dinilai oleh Allah, sia-sia. Dapat capeknya doang ya. Apalagi kalau sampai tidak bisa masuk syurga, tempat tinggalnya neraka dong? anak-anak dah pada bergidik ngeri. Ya..., begitu lah. Kan di hadist juga ada. di dalam buku kisah-kisah islami juga diceritakan seperti itu. Bahwa kelak ,setelah orang-orang beriman masuk syurga mereka mencari-cari kerabat, sahabat yang dulu di dunia bersama-sama tapi sekarang gak ada di syurga. Lalu mereka memohon kepada Allah Swt, dan diijinkan mencari kerabat dan sahabat di neraka. syaratnya selama mereka punya iman, bertauhid bisa deh masuk syurga. 

Dengan bahasa yang bisa dipahami anak-anak, ternyata respon mereka bagus banget. Bahkan setelah diucap salam penutup mereka langsung nanya, "Lanjutannya kapan Bu?" Nah, mau mencoba ngaji bersama anak di rumah, bisa seru juga kok ^ _^


Tidak ada komentar:

Posting Komentar