Jumat, 22 Juli 2016

Refleksi dan Resolusi

Becermin atau berkaca yang sudah merupakan kebiasaan wanita, pernah saya tulis dalam buku Surat untuk Muslimah by Quanta Elex Media. Saya juga menuliskan bahwa hubungan antara kata mar'ah ( wanita ) dengan kata mir'ah ( cermin ) yang ternyata masih satu rumpun dalam tata bahasa Arab. Artinya bahwa wanita dan cermin memang memiliki hubungan dekat. Sangat dekat bisa jadi ya hehehhe...

Nah, biasanya saat kita becermin atau berkaca pastinya dengan niatan untuk memastikan semua yang ada di wajah kita dalam kondisi baik-baik saja ( karena jarang kan anggota tubuh lain yang dicerminkan hehehhe ). Misal, bedak gak belepotan, lipstik tidak keluar jalur atau memastikan jerawat yang membandel tidak makin parah ;) ( lirik yang lagi jerawatan di sebelah hehehe ).

Jika kemudian yang dicerminkan adalah hal yang bersifat non fisik biasanya digunakana kata refleksi, muhasabah, ihtisab, menghitung, bisa juga evaluasi. Dari refleksi yang dilakukan maka akan terlihat apa yang kurang, apa yang berlebihan, apa yang belum tepat, yang masih miring dan lain sebagainya. Maka akan keluar sebuah tindakan untuk  menambah hal yang kurang. Juga perlakuan untuk mengurangi yang berlebihan.  Ini lah yang disebut resolusi.
http://doadankajianislami.com/wp-content/uploads/2014/09/cermin-diri.jpg
http://doadankajianislami.com/wp-content/uploads/2014/09/cermin-diri.jpg
Dan sebenarnya tak perlu menunggu tahun baru untuk membuat sebuah resolusi. Apalagi bagi seorang mukmin yang meyakini bahwa kematian adalah perkara gaib tapi pasti datangnya. Maka, melakukan reflesi di saat kita masih hidup, masih bisa melakukan perbaikan, itu lah yang lebih pas.
Dan bukan untuk menuju hasil sempurna, karena tidak ada seorang pun yang sempurna. Tapi untuk mencapai kondisi paling dekat dengan ridha Allah. Amal yang kita kerjakan dalam kondisi diri paling mendekati titik ikhlas.

Itu lah yang dicontohkan oleh Rasulullah Saw., untuk selalu melakukan evaluasi. Atau seperti yang dikatakan oleh Umar bin Khattab r.a., agar tidak menjadri orang-orang yang merugi karena hari ini tidak lebih baik dari kemarin. Maka, perbaikan diri dilakukan tiap hari, tiap saat. Tanpa menunggu moment tertentu.

Jangan abaikan juga pada warning-warning atau sinyal yang sebenarnya kalau kita mau jujur, mudah dirasakan. Seperti, saat kita merasa hidup begitu kering dan gelisah. Hidup terasa tidak bermakna, karena hilang tujuan utama. Atau saat diri merasa pusing karena hanya mengandalkan diri sendiri dalam menjalani hidup. Karena Allah sudah tidak ada dalam ingatan untuk diandalkan sebagai penolong. 
 
Pada saat itu lah lakukan refleksi terhadap jalan hidup yang sudah kita lakoni selama ini. Seorang ustadzah di taklim yang pernah saya ikuti mengingatkan kunci sukses dari sebuah refelsi diri yaitu jujur. Artinya tanpa kejujuran mustahil mendapatkan bayangan yang betul-betul ingin dilihat. Mustahil bisa mendapatkan jawaban yang tepat untuk semua pertanyaan ini, betulkan ini kehidupan yang diinginkan? Apakah kekurangan diri ? Apa kesalahan diri? Apa motivasi terbesar dalam hidup yang dilakoni? Kejujuran diri dalam menjawabnya akan membuahkan sebuah penilain yang bisa membawa pada perubahan. Ya... walau pun bisa jadi seperti menelan pil pahit atau jauh dari kata indah.

Jadi, siap beresolusi? maka lakukan refleksi dulu dengan jujur. Wallohu a'lam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar