Minggu, 09 November 2025

Ketika Ayah Tak Hadir, Ini yang Dilakukan oleh Ibunda Hajar

Assalamualaikum men temen...

Kali ini saya menulis tentang hari ayah dan isu fatherless yang dituduh sebagai penyebab dari banyaknya masalah di generasi muda.

Hemm, eh tapi apa iya? terus bagaimana dengan Islam memandang isu ini, bagaimana juga dengan motherless yang jarang dibahas? 

yuk kita mulai...
bismillahirrahmanirrahim 

Sebelumnya, disclaimer dulu ya kalau tulisan ini tidak menyudutkan siapapun. Hanya ingin menyadarkan betapa pentingnya peran ayah ibu dalam kehidupan seorang anak. 

Tanggal 2 November kemarin diperingati sebagi hari Ayah. Mirisnya isu yang dimunculkan di media adalah tentang fatherless. Apalagi Indonesia menempati posisi 3 dari kondisi fatherless ini. Duh... sekalinya masuk 3 besar malah untuk yang kayak gini ya, hiks.

Secara kata fatherless itu artinya tidak ada ayah. Sedang secara istilah adalah kondisi dimana sosok ayah tidak hadir atau tidak berperan dalam hidup, tumbuh kembang seorang anak. Istilah linguistiknya sudah ada sejak tahun 1150, mungkin kalau di bahasa kita itu seperti istilah yatim ( tidak ada ayah/ bapak ). Namun penggunaan dalam kontek isu sosial dan mulai mendapatkan perhatian serius sejak pertengahan hingga akhir abad ke 20. Jadi sebenarnya bukan isu baru yaa...

Menurut Psikolog asal Amerika, Edward Elmer Smith - fatherless country merupakan kondisi dimana masyarakat di suatu negara tidak merasakan keberadaan dan keterlibatan figur ayah damam kehidupan sehari-hari  seorang anak. Bukan hanya tidak terlibat secara ruang dan waktu, juga mempengaruhi kondisi prikis dan psikologi seorang anak.  Para anak yang tidak memiliki figur ayah akan berujung pada fenomena father hunger, atau laparnya anak pada sosok ayah yang menyebabkan anak mengalihkan kebutuhannya pada hal lain sebagai pelampiasan. Dimana, pengalihan tersebut biasanya makah menyebabkan masalah baru yang tak jarang membayakan ( ITS News ).

Lawan fatherless adalah motherless, yaitu istilah untuk menggambarkan tidak hadirnya sosok ibu dalam tumbuh kembang anak, pendidikan anak. Padahal ibu adalah sosok penting pertama dalam kehidupan anak yaitu sebagai madrasah pertama. Istilah ini kurang populer, karena mungkin dinggap tidak terlalu berdampak pada karakter anak.

Padahal dampak motherless juga gak bisa dianggap sepele lho. Menurut Kompasiana.com menyebut bahwa motherless menggambarkan kurangnya peran ibu dalam pengasuhan. Bisa karena sang ibu meninggal, berpisah dengan anak, bercerai atau malah sibuk bekerja. Yang perlu dipahami bahwa keberadaan ibu sangat penting, sama pentingnya dengan kehadiran ayah- dalam perkembangan psikologis dan emosional anak  Tanpa sosok ibu, anak dapat mengalami berbagai dampak negatif yang mempengaruhi kesehatan mental dan sosial mereka.


Sosok Fatherless dalam Catatan Sejarah
Sebelum masuk lebih dalam ke kisah Nabi Ismail as, ada beberapa tokoh yang menjadi permata peradaban Islam yang merupakan sosok fatherless. Adalah Nabi Ismail as., yang sejak bayi merah sudah terpisah dengan ayahandanya , Nabi Ibrahim as. Pun ada Imam Bukhari dan Imam Syafii, yang merupakan anak-anak yatim yang dibesarkan dan dididik oleh ibu-ibu istimewa. 

Sementara jarang sekalu tokoh yang diceritakan tanpa ibu. Di beberapa ayat Al Qur'an memang ada percakapan antara Nabi Ya'qub dan Yusuf kecil, ada juga nasehat Lukmanul Hakim dengan putranya dan percakapan spektakuler ala Nabi Ibrahim dengan Nabi Ismail. 

Hal ini menunjukkan bahwa suatu kondisi yang sesuai dengan adagium ini: "Anak tidak akan rusak jika masih punya ibu yang berkualitas, tapi anak akan rentan rusak meskipun dia memiliki seorang bapak."


Nah di sini ada benang merah yang bisa diambil, bahwa peran ibu sangat penting dalam mencegah kerusakan anak/ generasi dalam hal apapun. Kenapa Nabi Ismail bisa tetap tumbuh menjadi anak yang sabar karena dia diasuh oleh seorang Ibu berkualitas. Kenapa Nabi Musa bisa tumbuh dengan berkualitas karena beliau punya dua ibu, yaitu ibu kandung dan Asiyah binti Muzahim ( istri Fir'aun ). Begitupun dengan Rasulullah Muhammad, beliau sampai pernah mengatakan memiliki 3 ibu,. yaitu Aminah binti Wahb ( Ibu kandung ), Halimatus Sa'diyah ( ibu susu ) dan ummu Aiman ( barkah bun Tsa'labah ) pengasuh dan perawat beliau setelah ibunda wafat.

Agar Anak Tidak Fatherless
Di sesi ini kita akan lebih fokus ke apa yang dilakukan oleh Ibunda Hajar hingga Ismail terhindar dari kehilangan sosok ayah. Bahkan saat bertemu dengan Nabi Ibrahim setelah belasan tahun tidak bertemu, tidak ada kebencian dari Ismail. Bahkan Ibrahim bisa mengajak diskusi Ismail perihal perintah Allah -yang menjadi sebab kedatangan beliau ke kota Mekkah.

Nah, sebenarnya apa yang dilakukan Bunda Hajar? 

Tentu saja satu metoda untuk membuat anak mengenal sosok yang tidak pernah ditemuinya adalah dengan berkisah. Ibunda Hajar selalu menceritakan tentang siapa ayah Ismail itu. Bagaimana beliau hidup dengan menjalani nilai-nilai  keimanan bahkan memperjuangkannya meski banyak sekali ujian. Ismail juga mengenal sepak terjang dan ketaatab sang ayah dengan baik. Sehingga dalam benak Ismail tertanam bahwa ayahnya bukanlah menelantarkan dia dan ibunya, tapi sedang mentaati perintah Allah yang amat dicintai oleh Ibrahim.

Kisah-kisah penuh kebaikan ini yang akhirnya tertanam pada Ismail bahwa ayahnya adalah sosok yang patut dihormati, dihargai, ditaati meski sosoknya tidak pernah kelihatan. Kisah-kisah Hajar tidak berisi keluhan, jauh dari meyalahkan, judge-men negatif, bahkan tidak ada caci maki. Maka Ismail pun tetap menyambut ayahnya dengan kata-kata penuh kasih sayang dalam ungkapan "Yaa abati" (wahai ayahku - yang mengekspresikan rasa hormat dan kasih sayang).

Di sini kita bisa melihat bersihnya hati Ibunda Hajar dalam mendidik Ismail. Tidak ada kebencian, kekecewaan karena dia yakin ketidak hadiran Ibrahim as. bukanlah karena bermaksiat, bukan karena keinginan pribadi atau pengaruh orang lain,  tapi karena mentaati perintah Allah Ta'ala.

Itulah yang membuat Hajar menjadi sosok ibu yang berkualitas. Ibu tangguh, bahkan ibu dari kota Mekkah, subhanallah...

Wallahu 'alam bishowab






Tidak ada komentar:

Posting Komentar