Senin, 15 Agustus 2016

Nasehat Pernikahan : Memahami Arti Sakinah

Sebenarnya tema ini sudah pernah saya tulis dalam buku Surat untuk Muslimah. Dari hasil beberapa kali taklim tentang keluarga, saya ingin sekali menuliskan tentang sakinah. Bahwa sakinah adalah satu modal yang sudah diberikan oleh Allah, saat seorang laki-laki mengucapkan ikrar sekelas mitsaqan halidzan di hadapan Allah. Sebuah ikrar yang mampu menguncangkan Arsy karena begitu kuat dan beratnya perjanjian itu.
Balik lagi ke kata sakinah. Dalam QS Ar rum : 21,  kata sakinah dalam kata litaskunu ilaiha ( cenderung dan merasa tentram ). Sakinah di ayat ini dikaitkan dengan khalaqa yang artinya diciptakan oleh Allah. Dan tidak perlu upaya dari makhluk untuk membuat sakinah ini ada. Berbeda dengan kata ja'ala yang secara arti sama diciptakan oleh Allah tapi makhluk bisa mengupayakan.
Secara arti kata, sakinah sering diartikan dengan tenang, tentram, menaungi, melindungi.
Menurut imam Ibnu Katsir, kata sakinah memiliki 3 arti :
1.   Lita'tafu ( Saling mengikat hati, menyatukan hati ) seperti dalam QS. Al Anfal : 63.
Hal mendasar yang menyatukan hati adalah iman. Dengan iman maka si miskin bisa menikahi si kaya, dengan iman status sosial tidak jadi masalah, dengan iman maka tampilan fisik tidak akan jadi penilaian utama. Itu lah kenapa wanita boleh dinikahi karena kecantikan, kekayaan maupun asal keluarga, tapi yang utama dan terbaik adalah karena iman.
Karena berdasar iman, maka sakinah adalah tenang, tentram karena bertemu pasangan dan terhindar dari hal-hal yang keji ( tidak terhormat, tidak diridhai oleh Allah ).
2. Tamilu'ilaiha ( kamu condong kepadanya ). Sakinah yang diturunkan Allah membuat sepasang suami istri saling condong, saling membela dan saling memikirkan. Seorang suami akan memberikan nafkah lahir batin pada istrinya sebaliknya sang istri membuktikan kecondongan pada suaminya dengan taat dan patuh.
3. Tadmainnu biha ( kamu merasa tenang dengannya ). Tenang ketika bersama, juga tentram ketika berjauhan karena saling percaya, saling terikat hatinya. Tidak dikatakan sakinah jika berdekatan malah membuat galau. Atau membuat lalai dari kewajiban baik pada Allah maupun pada makhluk. Masih ingatkan dengan kisah Abu Bakar r.a., yang meminta sang putri menceraikan istrinya. Bukan karena tak cinta, tapi karena sang istri melalaikan suaminya dari tugas kewajibannya.
Nah, semakin jelas kan bahwa modal awal untuk mendapatkan sakinah adalah iman? Maka, jangan sekali-kali menempatkan iman dibelakang cinta dalam sebuah pernikahan.
Wallohu a'lam bishowab

Tidak ada komentar:

Posting Komentar